MEMBANGUN HIDUP BERPOLAKAN PRIBADI
YESUS
Tujuan Pembelajaran:
Peserta didik memahami pola
kehidupan Yesus sehingga bersedia untuk membangun hidupnya dengan berpolakan
pada Yesus Kristus, yang diwujudkan dalam hidupnya setiap hari.
Gagasan Pokok:
Relasi dengan idola seringkali
bersifat sementara. Ketika kita mengidolakan seseorang karena kecantikannya,
hampir bisa dipastikan dalam beberapa tahun saja tidak akan mengidolakan. Bisa
karena muncul tokoh lain yang lebih cantik, atau tokoh yang tadi diidolakan itu
tidak cantik lagi karena dimakan usia. Demikian juga, ketika seseorang hanya
mengidolakan atas dasar kemampuan atau ketrampilan, maka hanya dalam beberapa
tahun saja kekaguman dan pengidolaan itu akan luntur ketika muncul orang lain
yang lebih hebat dan lebih berprestasi.
Dalam upaya pengembangan diri
sebagai orang beriman, manusia membutuhkan tokoh idola yang bersifat kekal,
yang tidak tergantikan, yang tidak luntur oleh waktu. Pengidolaan semacam ini
biasanya sangat berkaitan dengan nilai, sikap, karakter yang dimiliki sang
tokoh. Ketika orang mengidolakan nilai, sikap, karakter yang unggul, maka
unsur-unsur lain menjadi tidak penting: asal usul, penampilan, dan sebagainya.
Yesus yang kita idolakan malahan
menuntut lebih dalam lagi. Ia memanggil agar hubungan dengan mereka yang
percaya kepadanya merupakan hubungan pribadi yang dalam. Yesus memanggil agar
kita mempunyai hidup yang diarahkan oleh teladan-Nya. Meneladan itu mempunyai
makna yang dalam. Thomas A Kempis, menyebutnya meniru atau mengimitasi. Maka
kalau kita meneladan Kristus, berarti kita meniru Dia. Meniru Yesus tidak bisa
hanya sebagian, melainkan seluruhnya dan seutuhnya sehingga kita menjadi
sehati, sepikir, seperasaan dan setindakan dengan Kristus.
Membangun hidup yang berpolakan
Yesus Kristus berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang
memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan
situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan
keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan,
kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang. Semoga melalui
materi pembelajaran ini peserta didik mempunyai keyakinan bahwa Kristulah pola
hidup satu-satunya yang dapat menjadi model pengembangan diri.
Lagu
Guru mengajak peserta didik membuka pelajaran dengan bernyanyi,
misalnya:
O
YESUS KRISTUS, SANG TERANG (PS 544)
do=g
6/4 1/4=112
1.
O
Yesus Kristus, Sang Terang, dunia gelap sinarilah; tuntun yang susah dan lesu
masuk ke kandang domba-Mu.
2.
Domba
yang hilang carilah, sembuhkan luka hati-Nya hingga pada-Nya Kau beri damai
surgawi tak henti.
3.
Yang
tuli buatlah sembuh: 'kan mendengarkan sabda-Mu; yang bisu pun pulihkanlah:
'kan mengungkapkan imannya.
4.
Maka
bersatu-padulah sekarang dan selamanya kami memuji-Mu terus dalam terang-Mu
yang kudus.
Langkah Pertama: Memahami Pengertian dan Manfaat “Pola” atau
“Model” dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Guru
memberi pengantar singkat, lalu bertanya jawab dengan peserta didik: Judul pelajaran
kita hari ini “ Membangun Hidup Berpolakan Pribadi Yesus”
Pertanyaan:
a. Apa
yang terpikir oleh kalian dengan kata “pola”?
b. Kapan
atau dalam aktivitas atau kesempatan apa biasanya kalian membutuhkan pola?
c. Apa
fungsi pola?
d. Bagaimana
seharusnya hubungan antara pola yang dimiliki dengan hasil yang diperoleh?
2. Guru
memberi kesempatan beberapa peserta didik untuk menjawab.
3. Bila
diperlukan, guru dapat menyimpulkan, misalnya:
a. Dalam
kamus sinonim, Kata “pola” mempunyai persamaan arti dengan beberapa kata berikut:
contoh, ideal, model, prototipe, patron, format, dan sebagainya.
b. Dalam
kehidupan sehari-hari, “pola” dibutuhkan sebelum seseorang membuat atau
melakukan sesuatu. Jika kalian ingin membangun rumah, apa langkah awalnya?
Sebelum kalian dapat memulai pekerjaan, kalian harus memiliki rencana. Kalian
harus memutuskan berapa banyak ruangan yang diinginkan dan di mana harus
meletakkan pintu dan jendela. Kalian membutuhkan pola untuk membantu saat
membangun.
c. Pola
berguna sebagai penuntun atau model, oleh karena itu apa saja yang dihasilkan
diharapkan sesuai dengan pola yang dipilih. Minimal hasil mendekati dengan pola
yang dipilih.
Langkah Kedua: Memahami bahwa Iman akan Yesus Kristus Perlu
Dinyatakan Melalui Perbuatan
1. Guru
memberikan pengantar singkat, misalnya:
Sebelum membahas pengertian hidup
beriman yang berpola kepada Yesus Kristus, kalian perlu memahami terlebih
dahulu hubungan antara Iman dan perbuatan. Untuk memahami hal tersebut, kalian
bisa memahaminya dari Surat Yakobus 2: 14-24.
2. Guru
meminta peserta didik, membaca kutipan Surat Yakobus 2:14-24 dilanjutkan dengan
tanya jawab.
Iman
Tanpa Perbuatan Pada Hakikatnya Adalah Mati
14Apakah gunanya, saudara-saudaraku,
jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai
perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
15Jika seorang saudara atau saudari
tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari,
16dan seorang dari antara kamu
berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai
kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi
tubuhnya, apakah gunanya itu?
17Demikian juga halnya dengan iman:
Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah
mati.
18Tetapi mungkin ada orang berkata:
"Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia:
"Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan
menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.
19Engkau percaya, bahwa hanya ada
satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan
mereka gemetar.
20Hai manusia yang bebal, maukah
engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
21Bukankah Abraham, bapa kita,
dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak,
anaknya, di atas mezbah?
22Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama
dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi
sempurna.
23Dengan jalan demikian genaplah nas
yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. " Karena itu Abraham
disebut: "Sahabat Allah."
24Jadi kamu lihat, bahwa manusia
dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
Pertanyaan:
a.
Apa
yang dimaksud iman tanpa perbuatan itu mati?
b.
Perbuatan
seperti apakah yang dimaksudkan?
c.
Mengapa
Abraham disebut sebagai “Sahabat Allah” atau “Bapa orang beriman”?
3. Setelah
memberi kesempatan beberapa peserta didik menjawab, guru dapat menegaskan
beberapa hal berikut:
a.
Kitab
Suci mengajarkan kepada kita bahwa iman yang tidak melakukan perbuatan baik
adalah iman yang mati (lih. Yak. 2:17). Dengan demikian iman yang hidup adalah
iman yang dinyatakan dalam perbuatan baik, dan iman seperti itulah yang akan
menyelamatkan kita (lih. Ef. 2: 8-10; Tit. 3: 5-8).
b.
Lumen
Gentium 4 menyatakan: “Tetapi tidak diselamatkan orang, meskipun termasuk
anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih; jadi yang “dengan
badan” memang berada di dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan
hatinya”. Jadi sekalipun seseorang secara badani sudah menjadi anggota Gereja,
tetapi bila hidupnya tidak bertambah dalam cinta kasih, ia pun tidak akan
diselamatkan.
c.
Iman
bukan soal pengakuan, melainkan diwujudkan dalam perbuatan baik. “Anak-anakku,
marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan
perbuatan dan dalam kebenaran.” (1Yoh. 3:18).
4. Guru
mengajak peserta didik membaca beberapa kutipan Kitab Suci berikut, lalu
diminta merumuskan isi kutipan tersebut berkaitan dengan iman akan Yesus
Kristus:
a. Mat.
7:21-24
b. Kol.
2: 1-2
c. Luk.
6:46-49
d. Luk.
12:43-48
e. Yoh.
14:12-15
f.
Yoh. 14:21-25
5. Guru
memberi kesempatan peserta didik menyampaikan jawabannya.
6. Setelah
selesai, guru dapat menyampaikan penegasan berikut:
a.
Dalam
pengajaran-Nya Yesus juga selalu menekankan bahwa iman bukan soal pengakuan
atau sekedar sering menyebut nama-Nya saja, melainkan mengasihi-Nya dengan cara
melaksanakan kehendak Bapa (bdk. Mat. 7:21-24, Luk. 6:46-49, Yoh. 14:21-25),
bertanggung jawab atas kepercayaan yang telah diberikan Tuhan kepada-Nya (Luk. 12:43-48),
melakukan apa yang Yesus lakukan, bahkan lebih besar daripadanya (Yoh.
14:12-15). Beriman berarti berjuang mencari memperoleh segala kekayaan dan
keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus (Kol. 2: 1-2)
b.
Beriman
kepada Yesus juga tidak cukup hanya dengan kesediaan mendengarkan ajaran-Nya
atau mengikuti-Nya kemanapun Yesus pergi, tetapi terutama melakukan apa yang
dikehendaki Bapa sebagaimana diajarkan-Nya. Hanya dengan cara demikian, maka
Yesus pun akan mencintai mereka yang setia melakukan kehendak Bapa.
Langkah Ketiga: Memahami Ajakan untuk Hidup Berpola pada Yesus
Kristus
1. Guru
meminta peserta didik masuk dalam kelompok. Tiap kelompok diminta membaca
kutipan Kitab Suci dan menjawab pertanyaan berkaitan dengan kutipannya.
a. Kelompok
1: Yoh. 13:12-16
12Sesudah Ia membasuh kaki mereka,
Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada
mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?
13Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan,
dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
14Jadi jikalau Aku membasuh kakimu,
Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;
15sebab Aku telah memberikan suatu
teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat
kepadamu.
16Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan
dari pada dia yang mengutusnya.
Pertanyaan:
1)
Teladan
apa yang diberikan Yesus dalam kutipan tersebut?
2)
Bagaimana
teladan Yesus itu bisa diwujudkan dalam kehidupan zaman sekarang?
b. Kelompok
2: 1 Petrus 2: 21-23
21Sebab untuk itulah kamu dipanggil,
karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan
bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
22Ia tidak berbuat dosa, dan tipu
tidak ada dalam mulut-Nya.
23Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak
membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi
Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
Pertanyaan:
1)
Teladan
apa yang diberikan Yesus kepada pengikut-Nya?
2)
Bagaimana
teladan Yesus itu bisa diwujudkan di zaman sekarang?
c. Kelompok
3: Filipi 2:5-11
5 Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6 yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan,
7melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia.
8Dan dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib.
9Itulah sebabnya Allah sangat
meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
10supaya dalam nama Yesus bertekuk
lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah
bumi,
11dan segala lidah mengaku:
"Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Pertanyaan:
1)
Teladan
apa yang diberikan Yesus kepada pengikut-Nya?
2)
Bagaimana
teladan Yesus itu bisa diwujudkan di zaman sekarang?
d. Kelompok
4: Ef 4: 17-32
17Sebab itu kukatakan dan kutegaskan
ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang
tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia
18dan pengertiannya yang gelap, jauh
dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka
dan karena kedegilan hati mereka.
19Perasaan mereka telah tumpul,
sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan
serakah segala macam kecemaran.
20Tetapi kamu bukan demikian. Kamu
telah belajar mengenal Kristus.
21Karena kamu telah mendengar
tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata
dalam Yesus,
22yaitu bahwa kamu, berhubung dengan
kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui
kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,
23supaya kamu dibaharui di dalam roh
dan pikiranmu,
24dan mengenakan manusia baru, yang
telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang
sesungguhnya.
25Karena itu buanglah dusta dan
berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.
26Apabila kamu menjadi marah,
janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam
amarahmu
27dan janganlah beri kesempatan
kepada Iblis.
28Orang yang mencuri, janganlah ia
mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik
dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang
berkekurangan.
29Janganlah ada perkataan kotor
keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di
mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
30Dan janganlah kamu mendukakan Roh
Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
31Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan,
pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala
kejahatan.
32Tetapi hendaklah kamu ramah
seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni,
sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Pertanyaan:
1)
Temukan
ciri-ciri apa yang ada pada orang yang belum mengenal Allah dengan orang yang
sudah beriman kepada Kristus?
2)
Ciri
manusia baru mana yang relevan untuk diterapkan zaman sekarang?
2. Guru
mempersilahkan tiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya, dengan terlebih
dahulu membacakan kutipan Kitab Suci yang menjadi bagian tugas mereka.
Setelah
menanggapi hasil diskusi, guru dapat membacakan gagasan berikut, atau meminta
peserta didik membaca sendiri dari Buku Siswa:
a. Sejak
semula Allah memanggil manusia hidup dalam kelimpahan kasih- Nya dan
menghendaki kebahagiaan serta kesempurnaan sebagaimana Allah sempurna adanya.
Itulah sebabnya, Allah sudah terlebih dahulu menetapkan Yesus Kristus sebagai
gambar Allah yang sempurna. “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang
sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan” (Kol. 1:15.19). Tetapi
kesempurnaan Yesus Kristus sebagai gambar Allah bukan berkaitan dengan fisik,
melainkan dalam cinta dan perbuatan-Nya yang menyelematkan. Berkat Gambar itulah
manusia diciptakan "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan
rupa Kita,", maka "Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka." (Kej. 1:26-27)
b. Hal
ini mengandung konsekuensi, iman kepada Allah berarti iman akan Dia yang
menjadi gambar Allah, dan iman kepada Yesus sebagai gambar Allah berarti
bersedia menjadikan Yesus sebagai pola hidup mereka yang percaya kepada-Nya.
Menjadikan Yesus sebagai pola hidup berarti bersedia hidup sesuai teladan-Nya
dan melakukan apa yang menjadi perintah-Nya.(bdk. Yoh. 13:12-16).
c. Dalam
pewartaan-Nya Gereja perdana pun sangat menekankan pemahaman iman sebagai
imitasi/meniru cara hidup Yesus. Iman akan Yesus bukan sekadar mengenal,
memahami siapa Yesus, melainkan – dan terutama – “meniru”, “meneladan”,
“mengenakan” atau “menjadi serupa dengan” Kristus. Tetapi terlebih melakukan
seperti yang dilakukan Yesus sendiri, dalam cara pikir, cara tindak Kristus dan
seluruh pribadi Yesus.
d. Dalam
iman Katolik, panggilan menjadi serupa dengan Kristus itu terutama dimulai pada
saat baptis. Baptis menjadikan kita serupa dipersatukan sepenuhnya dengan
Kristus.
e. Keserupaan
kita dengan Kristus dapat meliputi seluruh aspek hidupYes us. Beberapa diantaranya,
adalah sebagai berikut:
1) Yesus
menjalani kehidupan doa-Nya
a) Yesus
pribadi pendoa, sering berkomunikasi dengan Tuhan dengan cara yang akrab dan
intim (Luk. 10:21)
b) Dia
sering menarik diri dari tekanan kehidupan sehari-hari berdoa di tempat yang
sunyi (Luk. 5:16) (Luk. 8:12-15)
c) Yesus
juga ditemukan dalam doa pada saat-saat krisis (Mat. 26:39).
d) Akhirnya
Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa yang benar.
2) Yesus
melayani sesama
a) Perjalanan
hidup Yesus adalah untuk melayani sesama (Mrk. 1:23-45). Melalui sejumlah
khotbah atau pengajaran-Nya, menjadi jelas siapa yang menjadi fokus
pelayanan-Nya, yakni mereka yang miskin, berdosa, disingkirkan (Yoh. 9: 1-41)
b) Sikap
pelayanan ini menjadi sangat jelas ditunjukkan dalam kisah perjamuan terakhir
di mana Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai contoh pelayanan satu sama
lain (Yoh. 13: 1-15).
c) Keberpihakan
Yesus ini pula yang menjadi ciri pelayanan Gereja saat ini.
3) Yesus
mencintai dan mengampuni orang lain
a) Yesus
adalah pribadi yang memberi kebebasan manusia melalui pengampunan, bahkan
mengampuni kegagalan manusia (Yoh. 21: 1-14. Luk. 23:34).
b) Dalam
doa Bapa Kami sekali lagi Yesus mengajarkan untuk mengampuni orang lain. (Luk.
11: 4).
4) Yesus
pribadi yang peka dan mudah tergerak
a) Yesus
adalah pribadi yang memiliki hati yang peka dan mudah tergerak oleh belas
kasihan. Ia tidak akan berdiam diri melihat orang-orang yang datang meminta
pertolongannya.
b) Hidup-Nya
seolah untuk orang lain. Ia tidak memikirkan kepentingan dirinya sama sekali.
(bdk. Mrk. 1:41, Luk. 7:13, Mat. 20:34, Mrk. 8:2, Mat. 14:14, Luk. 10:33)
3. Ayat
untuk Direnungkan:
Demikian
juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu
pada hakekatnya adalah mati (Yak. 2:17).
Langkah Keempat: Refleksi dan Aksi
1. Refleksi.
Guru
meminta peserta didik mendramakan wujud penghayatan hidup yang berpola pada
Yesus Kristus. Tugas ini sebaiknya sudah diberikan tiga minggu sebelumnya.
Peserta diundi untuk mendramakan tema berikut:
a.
Kehidupan
keluarga yang berpola pada hidup Yesus
b.
Kehidupan
pelajar yang berpola pada hidup Yesus Kristus
c.
Kehidupan
pelayan masyarakat yang berpola pada hidup Yesus
d.
Kehidupan
jemaat yang berpola pada hidup Yesus
Dramatisasi
direkam menggunakan kamera ponsel. Hasil rekaman diserahkan kepada guru untuk
ditayangkan.
Setelah
drama selesai ditampilkan, guru meminta siswa untuk menulis- kan refleksi
mereka makna hidup yang berpola pada hidup Yesus dalam keluarga, dalam
kehidupan di sekolah, dalam kehidupan di masyarakat, dan dalam kehidupan di
jemaat.
2. Aksi.
Guru
meminta peserta didik menuliskan beberapa aspek hidup Yesus yang akan ditiru
dalam seminggu ini, dalam buku catatan atau jurnal mereka.
Lagu Penutup
Guru dapat mengajak peserta didik
menutup pelajaran dengan bernyanyi lagu Ku Mau S’perti Yesus, bisa juga dalam
bentuk video: https://www.youtube.com/ watch?v=yxyLXgvlXd4
Ku
Mau S'perti Yesus
Bagaikan bejana siap dibentuk,
demikian hidupku di tangan-Mu
Dengan urapan kuasa Roh-Mu, ku
dibaharui selalu
Jadikan ku alat dalam rumah-Mu,
inilah hidupku di tangan-Mu
Bentuklah s'turut kehendak-Mu,
pakailah sesuai rencana-Mu
Ku mau s'perti-Mu Yesus,
disempurnakan s'lalu
Dalam segenap jalanku, memuliakan
nama-Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar