HUBUNGAN GEREJA DAN DUNIA
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami
hubungan Gereja dan dunia, serta dapat mewujudkannya dalam hidup sehari-hari di
tengah masyarakat.
Gagasan Pokok
Paus Fransiskus menyampaikan
sebuah ensiklik baru bernama Fratelli Tutti di Assisi, Italia, bertepatan
dengan peringatan meninggalnya St. Fransiskus Assisi, tanggal 3 Oktober 2020. Persaudaraan
dan persahabatan sosial adalah cara Paus menunjukkan bagaimana membangun dunia
yang lebih baik, lebih adil dan damai, dengan kontribusi semua masyarakat dan
institusi. Dengan konfirmasi tegas atas kata ‘tidak’ untuk peperangan dan
ketidakpedulian global. Suatu cita-cita yang besar tetapi juga cara nyata untuk
maju bagi mereka yang ingin membangun dunia yang lebih adil dan persaudaraan
dalam hubungan sehari-hari mereka, dalam kehidupan sosial, politik dan
institusi. Fratelli Tutti adalah “Ensiklik Sosial” (6) yang meminjam judul
“Nasihat” Santo Fransiskus dari Assisi, yang diadaptasi dari salah satu nasihat
St. Fransiskus, yang di kalangan para Fansiskan dikenal dengan sebutan Petuah:
“Marilah saudara sekalian, kita memandang Gembala yang Baik yang telah
menanggung sengsara salib untuk menanggung dosa domba-domba-Nya” (Petuah 6,1).
Ensiklik ini menunjukkan konsistensi Gareja Katolik dalam hubungan atau
relasinya dengan dunia.
Konsili Vatikan II dalam
Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, artikel 1 antara lain menyatakan:
“Kegembiraan dan harapan, duka, dan kecemasan manusia dewasa ini,terutama yang
miskin dan terlantar, adalah kegembiraan dan harapan, duka, dan kecemasan
murid-murid Kristus pula”. Kata-kata Konsili ini menunjukkan perhatian dan keprihatinan
Gereja terhadap dunia. Namun, Gereja tidak berhenti pada perhatian dan
keprihatinan saja. Gereja sungguh- sungguh mewartakan dan memberi kesaksian
tentang “Kabar Gembira” kepada dunia, sambil belajar dan mengambil banyak
nilai-nilai positif yang dimiliki dunia untuk perkembangan diri dan
pewartaannya. Gereja kini telah memiliki pandangan tentang dunia yang jauh
lebih positif dari zaman-zaman yang lampau, sehingga hubungan antara keduanya
menjadi lebih saling menguntungkan. Jadi, hubungan antara Gereja dan dunia
memiliki pandangan-pandangan baru yang perlu dipahami.
Melalui pembelajaran ini para
peserta didik diajak untuk memahami apa dan bagaimana sesungguhnya hubungan
Gereja dan dunia, terutama pasca Konsili Vatikan II. Dengan memahami esensi
hubungan tersebut peserta didik sebagai anggota Gereja dapat turut serta
membangun dunia dengan semangat Kristus yang adalah Kepala Gereja.
Doa Pembuka
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin. Allah yang penuh kasih, Yesus Kristus telah mengutus kami menjadi
insan dan Gereja yang hidup, Gereja yang menjadi terang, garam, dan ragi bagi
dunia dan dunia menjadi tempat atau ladang, di mana Gereja dan kami umat-Mu
berbakti.
Melalui pembelajaran ini,
jadikanlah kami umat-Mu menjadi Gereja yang mampu membangun kehidupan manusia
yang damai, adil, sejahtera, serta senantiasa menjaga keutuhan ciptaan-Mu.
Berkatilah kami dalam pertemuan
ini, agar kami mampu belajar bersama dan terbuka pada karya Roh Kudus-Mu.
Demi Kristus Tuhan dan pengantara
kami. Amin. Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.
Langkah Pertama: Menggali Pengalaman Hidup
1. Guru
mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdialog bersama peserta didik dan
mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang
tugas-tugas karya pastoral Gereja dan penugasan sebelumnya. Misalnya, adakah
kesulitan atau hambatan dalam melaksanakan tugas terakhir yang diberikan yaitu
Gereja yang membangun persekutuan (koinonia) dalam hidupnya sehari-hari.
2. Selanjutnya
guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang Gereja dan dunia.
Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat memotivasi belajar peserta
didik dengan pertanyaan, misalnya: Apa makna hubungan Gereja dan dunia? Apa
makna ajaran sosial Gereja? Apa makna hak asasi manusia dalam terang ajaran
Kitab Suci dan ajaran Gereja. Pada kesempatan ini kita akan memulai belajar
tentang apa hubungan Gereja dan dunia. Untuk itu marilah kita memulai
pembelajaran dengan menyimak artikel berita berikut ini.
3. Peserta
didik membaca dan menyimak artikel berita berikut ini.
Angka
Kemiskinan dan Pengangguran Meningkat
(Menganalisa
Masalah Sosial Ekonomi Masyarakat Terdampak Covid–19)
“Kemiskinan
diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut
(Soekanto,2013). Kasus Corona di Indonesia telah hampir melumpuhkan kegiatan
ekonomi masyarakat. Sejak pemerintah menerapkan berbagai kebijakan seperti Work
From Home, pembatasan wilayah, dan penutupan berbagai tempat publik seperti
tempat wisata, banyak perusahaan atau perkantoran yang meliburkan pegawainya.
Para pengusaha UMKM juga bahkan ada yang memutihkan karyawan (PHK) sebagai
antisipasi dampak penutupan usaha dalam waktu yang belum ditentukan.
Tidak
hanya itu, pekerja sektor informal juga sangat dirugikan akibat kasus Corona
ini. Para pekerja informal yang biasanya mendapatkan pendapatan harian kini
kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka adalah pekerja warung, toko
kecil, pedagang asongan, pedagang di pasar, pengendara ojek online, hingga
pekerja lain yang menggantungkan hidup dari pendapatan harian termasuk di
pusat-pusat perbelanjaan. Akibatnya mereka memilih pulang kampung ke daerah masing-masing
karena tidak sanggup menanggung beban kehidupan tanpa adanya kepastian
pemasukan. Selama delapan hari terakhir, tercatat 876 armada bus antarprovinsi
yang membawa kurang lebih 14.000 penumpang dari Jabodetabek, menuju Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Sebagian besar dari mereka adalah
pekerja informal yang mencari nafkah di ibu kota (BBC Indonesia, 30 Maret
2020).
Hal
ini tentu bisa menyebabkan angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia
meningkat. Per Maret 2019 saja, penduduk golongan rentan miskin dan hampir
miskin di Indonesia sudah mencapai 66,7 juta orang atau hampir tiga kali lipat
jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan (golongan miskin dan sangat miskin).
Ironisnya sebagian besar dari golongan ini bekerja di sektor informal,
khususnya yang mengandalkan upah harian. Apabila penanganan pandemi berlangsung
lama, periode pembatasan dan penurunan mobilitas orang akan semakin panjang.
Akibatnya, golongan rentan miskin dan hampir miskin yang bekerja di sektor
informal dan mengandalkan upah harian akan sangat mudah kehilangan mata
pencaharian dan jatuh ke bawah garis kemiskinan (CNBC Indonesia, 29 Maret
2020).
Dengan
berbagai masalah sosial ekonomi tersebut, pemerintah Indonesia berupaya untuk
memulihkan kondisi, salah satunya dengan memberikan insentif sebagai stimulus
bagi masyarakat. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah
tengah menyiapkan stimulus ekonomi Jilid III yang akan difokuskan untuk sektor
kesehatan dan menjangkau jaring sosial. Aliran bantuan ini akan disalurkan
melalui program-program pemerintah seperti program keluarga harapan, kredit
usaha rakyat, kredit ultra mikro, kartu sembako, hingga program bantuan pangan
non tunai (Tempo, 18 Maret 2020). Namun, pemerintah juga bukan hanya perlu memerhatikan
kesejahteraan masyarakat dalam hal ekonomi saja, pemerintah juga harus
memerhatikan sisi sosial dan psikologis masyarakat. Hal ini karena
kesejahteraan sosial bukan hanya menyangkut pemenuhan kebutuhan ekonomi, namun
juga kebutuhan sosial dan psikologis berupa ketenangan dan keamanan bagi
masyarakat. Salah satunya dengan terus membatasi informasi tidak benar (hoaks)
yang dapat meresahkan masyarakat dan memberikan informasi yang dapat memberikan
semangat dan energi positif bagi masyarakat. Dengan demikian, kesejahteraan
bagi masyarakat Indonesia, baik yang terdampak Corona maupun yang tidak, akan
tetap terjamin hingga kasus Corona ini selesai”.
Syadza Alifa, M.Kesos/Calon
Widyaiswara Ahli Pertama BBPPKS Bandung
Sumber: puspensos.kemsos.go.id
4. Peserta
didik berdiskusi dalam kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a.
Apa
itu kemiskinan menurut artikel ini?
b.
Mengapa
terjadi lonjakan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia? (Buatlah analisa
berdasarkan situasi yang terjadi saat ini!)
c.
Bagaimana
cara pemerintah Indonesia menanggulangi atau menekan bertambahnya orang miskin
dan penggangguran akibat Covid–19?
d.
Apa
pendapat dan solusi kalian tentang permasalahan kemiskinan dan pengangguran
yang terjadi saat ini dan ke depannya?
5. Peserta
didik melaporkan/mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masing- masing dan
peserta atau kelompok lain dapat memberikan tanggapan.
6. Guru
memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban-jawaban peserta didik
dalam pleno, misalnya:
a. Kemiskinan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri
sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan
tenaga, mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
b. Kasus
Corona atau Covid–19 di Indonesia telah hampir melumpuhkan kegiatan ekonomi
masyarakat. Untuk menanggulangi penyebaran yang semakin masif, pemerintah
menerapkan berbagai kebijakan seperti Work From Home, pembatasan wilayah, dan
penutupan berbagai tempat publik seperti tempat wisata, banyak perusahaan atau
perkantoran yang meliburkan pegawainya.
c. Para
pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) juga bahkan ada yang memutihkan
karyawan (PHK) sebagai antisipasi dampak penutupan usaha dalam waktu yang belum
ditentukan.
d. Pemerintah
Indonesia berupaya untuk memulihkan kondisi, salah satunya dengan memberikan
insentif sebagai stimulus bagi masyarakat.
Langkah Kedua: Menggali Ajaran Gereja Tentang Hubungan Gereja
Dengan Dunia
1. Peserta
didik membaca/menyimak artikel tentang Ensiklik Fratelli Tutti.
Poin-Poin
Penting dalam Ensiklik Paus Fransiskus tentang “Fratelli Tutti”
Bertempat
di Assisi, Italia, bertepatan dengan peringatan meninggalnya Santo Fransiskus
Assisi, 3 Oktober 2020 Paus Fransiskus menandatangani sekaligus meluncurkan
sebuah ensiklik baru Fratelli Tutti.
Sesuai
dengan pilihan tempat peresmian ensiklik baru itu, isinya memang banyak
berkaitan dengan spiritualitas yang dihidupi St. Fransiskus, sosok yang juga
dikenal sebagai Si Miskin dari Assisi.
Judul
ensiklik ini, Fratelli Tutti (Semua Bersaudara) juga diadaptasi dari salah satu
nasihat St. Fransiskus, yang di kalangan para Fansiskan dikenal dengan sebutan
Petuah: “Marilah saudara sekalian, kita memandang Gembala yang Baik yang telah
menanggung sengsara salib untuk menanggung dosa domba-domba-Nya.” (Petuah 6,1).
Berikut
adalah poin-poin penting tentang ensiklik Fratelli Tutti.
1) Paus
menggambarkan ensiklik ini ini sebagai “Ensiklik Sosial” yang bertujuan
mempromosikan aspirasi universal menuju persaudaraan dan persahabatan sosial.
2) Ensiklik
ini dimulai dengan penekanan bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah
keluarga manusia, anak dari satu Pencipta, berada dalam perahu yang sama, dan
karenanya kita perlu menyadari bahwa dunia yang terglobalisasi dan saling
berhubungan ini hanya bisa diselamatkan oleh kerja sama kita semua.
3) Dokumen
Persaudaraan Manusia untuk Hidup Bersama atau Dokumen Abu Dhabi yang
ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar pada Februari 2019
menjadi salah satu inspirasi ensiklik ini, yang dikutip berkali-kali.
4) Paus
Fransiskus menggarisbawahi bahwa dunia yang lebih adil dicapai dengan
mempromosikan perdamaian, yang bukan hanya sekadar tidak adanya perang; tetapi
menuntut keterlibatan semua orang.
5) Salah
satu konteks lahirnya ensiklik adalah pandemi Covid–19 yang, menurut Paus
Fransiskus “meletup secara tak terduga” saat dia “menulis ensiklik”. Ia
menyatakan, keadaan darurat kesehatan global akibat pandemi telah membantu
menunjukkan bahwa “tidak ada yang dapat menghadapi kehidupan dalam isolasi” dan
bahwa waktunya telah benar-benar datang untuk “bermimpi, kemudian, sebagai satu
keluarga manusia” di mana kita semua adalah “saudara dan saudari “(7–8).
6) Dalam
bab pertama, ensiklik ini merefleksikan tentang banyak distorsi di era
kontemporer: manipulasi konsep-konsep seperti demokrasi, kebebasan, keadilan;
hilangnya makna komunitas sosial dan sejarah; keegoisan dan ketidakpedulian
terhadap kebaikan bersama; logika pasar berdasarkan keuntungan dan budaya
pemborosan; pengangguran, rasisme, kemiskinan; disparitas hak dan penyimpangannya
seperti perbudakan, perdagangan manusia, pelecehan terhadap perempuan yang
dipaksa menggugurkan kandungan dan perdagangan organ (10–24).
7) Ensiklik
menawarkan teladan, pembawa harapan: Orang Samaria yang Baik Hati. Paus
menekankan bahwa, dalam masyarakat tidak sehat yang mengabaikan penderitaan dan
yang “buta huruf” dalam merawat yang lemah dan rentan (64–65), kita semua
dipanggil – seperti orang Samaria yang Baik Hati – menjadi bertetangga dengan
orang lain.
8) Paus
Fransiskus mendesak kita untuk pergi “’keluar dari diri” untuk menemukan
“keberadaan yang lebih penuh dalam diri orang lain”, membuka diri kepada orang
lain.
9) Sebuah
masyarakat yang diwarnai oleh persaudaraan akan menjadi masyarakat yang
mempromosikan pendidikan dalam dialog untuk mengalahkan “virus” dari
“individualisme radikal” (105) dan untuk memungkinkan setiap orang memberikan
yang terbaik dari diri mereka sendiri.
10) Sementara
itu, sebagian dari bab kedua dan keempat didedikasikan untuk isu migran. Dengan
kehidupan mereka yang “dipertaruhkan”, melarikan diri dari perang,
penganiayaan, bencana alam, perdagangan yang tidak bermoral, direnggut dari
komunitas asalnya, para migran harus disambut, dilindungi, didukung dan
diintegrasikan.
11) Paus
juga menyerukan untuk membangun dalam masyarakat konsep “kewarganegaraan
penuh”, dan menolak penggunaan istilah “minoritas” secara diskriminatif
(129–131).
12) Yang
paling dibutuhkan di atas segalanya – terbaca dalam dokumen tersebut – adalah
tata kelola global, sebuah kolaborasi internasional untuk migrasi yang mengimplementasikan
perencanaan jangka panjang.
13) Dari
bab enam, “Dialog dan persahabatan dalam masyarakat”, selanjutnya muncul konsep
hidup sebagai “seni perjumpaan” dengan semua orang, bahkan dengan dunia
pinggiran dan dengan masyarakat asli, karena “kita masing-masing dapat belajar
sesuatu dari orang lain.”
14) Dialog
sejati, memang memungkinkan seseorang untuk menghormati sudut pandang orang
lain, kepentingan mereka yang sah dan di atas segalanya, kebenaran martabat
manusia.
15) Perdamaian
adalah “seni” yang melibatkan dan menghargai setiap orang dan di mana setiap
orang harus melakukan bagiannya.
16) Pembangunan
perdamaian adalah “upaya terbuka, tugas yang tidak pernah berakhir” dan oleh
karena itu penting untuk menempatkan pribadi manusia, martabatnya, dan kebaikan
bersama sebagai pusat dari semua aktivitas (230–232).
17) Pengampunan
terkait dengan perdamaian: kita harus mencintai semua orang, tanpa
kecuali–ensiklik menyatakan mencintai penindas berarti membantunya untuk
berubah dan tidak membiarkan dia terus menindas sesamanya. Memaafkan tidak
berarti impunitas, dan mengampuni tidak berarti melupakan, tetapi menyangkal
kekuatan jahat yang merusak dan keinginan untuk balas dendam.
18) Bagian
dari bab ketujuh, berfokus pada perang: itu bukan “hantu dari masa lalu” – kata
Paus Fransiskus – “tetapi ancaman terus-menerus.”
19) Selain
itu, karena senjata kimia dan biologi nuklir yang menyerang banyak warga sipil
yang tidak bersalah, saat ini kita tidak dapat lagi berpikir, seperti di masa
lalu, tentang kemungkinan “perang yang adil”, tetapi kita harus dengan tegas
menegaskan kembali: “Jangan pernah ada perang lagi!”.
20) Kita
diingatkan bahwa kita sedang mengalami “perang dunia yang bertempur sedikit
demi sedikit”, karena semua konflik saling berhubungan, penghapusan total
senjata nuklir adalah “keharusan moral dan kemanusiaan”.
21) Daripada
uang diinvestasikan untuk senjata, Paus menyarankan pembentukan dana global
untuk penghapusan kelaparan (255–262).
22) Paus
Fransiskus juga menyatakan dengan jelas posisi yang berkaitan dengan hukuman
mati bahwa hal itu tidak dapat diterima dan harus dihapuskan di seluruh dunia,
karena “bahkan seorang pembunuh tidak kehilangan martabat pribadinya” – Paus
menulis – “dan Tuhan sendiri berjanji untuk menjamin ini.” Dari sini, ada dua
nasihat: jangan memandang hukuman sebagai balas dendam, melainkan sebagai
bagian dari proses penyembuhan dan reintegrasi sosial, dan untuk memperbaiki
kondisi penjara, dengan menghormati martabat para narapidana, juga
mempertimbangkan bahwa “hukuman seumur hidup adalah hukuman mati rahasia”.
(263–269).
23) Ada
penekanan pada perlunya menghormati “kesucian hidup” (283) di mana saat ini
“beberapa bagian dari keluarga manusia kita, tampaknya, dapat segera
dikorbankan”, seperti yang belum lahir, orang miskin, orang cacat dan orang tua
(18).
24) Dalam
bab kedelapan dan terakhir, Paus berfokus pada “Agama untuk melayani
persaudaraan di dunia kita” dan sekali lagi menekankan bahwa kekerasan tidak
memiliki dasar dalam keyakinan agama.
25) Paus
menggarisbawahi bahwa perjalanan perdamaian antaragama adalah mungkin dan oleh
karena itu perlu untuk menjamin kebebasan beragama, hak asasi manusia yang
fundamental bagi semua orang yang percaya (279).
26) Ensiklik
itu merefleksikan, khususnya, pada peran Gereja: dia tidak “membatasi misinya
pada ranah pribadi”, katanya. Terakhir, mengingatkan para pemimpin agama
tentang peran mereka sebagai “mediator otentik” yang mengerahkan diri untuk
membangun perdamaian.
27) Ensiklik
menyimpulkan dengan mengingat Martin Luther King, Desmond Tutu, Mahatma Gandhi
dan di atas segalanya Beato Charles de Foucauld, teladan bagi setiap orang
tentang apa artinya mengidentifikasi dengan yang paling kecil untuk menjadi
“saudara universal ”(286–287).
28) Baris
terakhir dari dokumen menyajikan dua doa: satu “untuk Sang Pencipta” dan yang
lainnya “Doa Ekumenis Kristen”, sehingga hati umat manusia dapat memendam
“semangat persaudaraan.”
2. Dalam
kelompok diskusi, peserta didik mendalami artikel tentang ensiklik Fratelli
Tutti dengan pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Apa
tujuan Paus Fransisiskus menyampaikan ensiklik ini?
b. Apa
yang menjadi penekanan utama dalam ensiklik ini?
c. Salah
satu konteks lahirnya ensiklik adalah pandemi Covid–19. Apa yang disampaikan
Paus tentang hal tersebut?
d. Dalam
bab pertama, ensiklik ini merefleksikan tentang banyak distorsi di era
kontemporer. Apa isi ajaran Paus tentang hal ini?
e. Ensiklik
menawarkan teladan, pembawa harapan, orang Samaria yang baik hati. Apa yang
diajarkan Paus tentang hal ini?
f.
Dari bab enam, “Dialog dan persahabatan dalam masyarakat. Di sini
Paus menyampaikan tentang apa?
g. Pengampunan
terkait dengan perdamaian, apa yang dikatakan Paus tentang hal ini?
h. Bagian
dari bab ketujuh, berfokus pada perang. Apa ajaran Paus tentang perang?
i.
Dalam bab kedelapan dan terakhir, Paus berfokus pada agama. Apa
ajaran Paus tentang peran agama?
j.
Ensiklik ini merefleksikan, khususnya, tentang peran Gereja. Apa
refleksi Paus tentang peran Gereja?
k. Buatlah
analisa berdasarkan ajaran dalam ensiklik Fratelli Tutti dengan situasi dan
kondisi sosial-ekonomi di Indonesia seperti yang sudah dibahas sebelumnya (lihat
angka kemiskinan dan pengangguran meningkat)!
Setelah
berdiskusi, setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya dan dapat ditanggapi
oleh peserta didik lain.
3. Guru
memberi penjelasan sebagai peneguhan, misalnya sebagai berikut:
a. Paus
menggambarkan ensiklik ini ini sebagai “Ensiklik Sosial” yang bertujuan
mempromosikan aspirasi universal menuju persaudaraan dan persahabatan sosial.
b. Ensiklik
ini dimulai dengan penekanan bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah
keluarga manusia, anak dari satu Pencipta, berada dalam perahu yang sama, dan
karenanya kita perlu menyadari bahwa dunia yang terglobalisasi dan saling
berhubungan ini hanya bisa diselamatkan oleh kerja sama kita semua.
c. Salah
satu konteks lahirnya ensiklik adalah pandemi Covid-19 yang, menurut Paus
Fransiskus “meletup secara tak terduga” saat dia “menulis ensiklik”. Ia
menyatakan, keadaan darurat kesehatan global akibat pandemi telah membantu
menunjukkan bahwa “tidak ada yang dapat menghadapi kehidupan dalam isolasi” dan
bahwa waktunya telah benar-benar datang untuk “bermimpi, kemudian, sebagai satu
keluarga manusia” di mana kita semua adalah “saudara dan saudari “(7–8).
d. Dalam
bab pertama, ensiklik ini merefleksikan tentang banyak distorsi di era
kontemporer: manipulasi konsep-konsep seperti demokrasi, kebebasan, keadilan;
hilangnya makna komunitas sosial dan sejarah; keegoisan dan ketidakpedulian
terhadap kebaikan bersama; logika pasar berdasarkan keuntungan dan budaya
pemborosan; pengangguran, rasisme, kemiskinan; disparitas hak dan penyimpangannya
seperti perbudakan, perdagangan manusia, pelecehan terhadap perempuan yang
dipaksa menggugurkan kandungan dan perdagangan organ (10–24).
e. Ensiklik
menawarkan teladan, pembawa harapan: Orang Samaria yang Baik Hati. Paus
menekankan bahwa, dalam masyarakat tidak sehat yang mengabaikan penderitaan dan
yang “buta huruf” dalam merawat yang lemah dan rentan (64–65), kita semua
dipanggil – seperti orang Samaria yang Baik Hati – menjadi bertetangga dengan
orang lain.
f. Dari
bab enam, “Dialog dan persahabatan dalam masyarakat”, selanjutnya muncul konsep
hidup sebagai “seni perjumpaan” dengan semua orang, bahkan dengan dunia
pinggiran dan dengan masyarakat asli, karena “kita masing-masing dapat belajar
sesuatu dari orang lain.”
g. Pengampunan
terkait dengan perdamaian: kita harus mencintai semua orang, tanpa kecuali –
Ensiklik menyatakan mencintai penindas berarti membantunya untuk berubah dan
tidak membiarkan dia terus menindas sesamanya. Memaafkan tidak berarti
impunitas, dan mengampuni tidak berarti melupakan, tetapi menyangkal kekuatan
jahat yang merusak dan keinginan untuk balas dendam.
h. Bagian
dari bab ketujuh, berfokus pada perang: itu bukan “hantu dari masa lalu” – kata
Paus Fransiskus – “tetapi ancaman terus-menerus.”
i. Dalam
bab kedelapan dan terakhir, Paus berfokus pada “Agama untuk melayani
persaudaraan di dunia kita” dan sekali lagi menekankan bahwa kekerasan tidak
memiliki dasar dalam keyakinan agama.
j. Ensiklik
itu merefleksikan, khususnya, pada peran Gereja: dia tidak “membatasi misinya
pada ranah pribadi”. Paus Fransiskus mengingatkan para pemimpin agama tentang
peran mereka sebagai “mediator otentik” yang mengerahkan diri untuk membangun
perdamaian.
k. Berkaitan
dengan ensiklik Fratelli Tutti, Konsili Vatikan II (1962) dalam Gaudium et Spes
mengajarkan bahwa, “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang
zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada
sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka. Sebab
persekutuan mereka terdiri dari orang-orang, yang dipersatukan dalam Kristus,
dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka menuju kerajaan Bapa, dan
telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang. Maka
persekutuan mereka itu mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat
manusia serta sejarahnya” (GS 1).
Langkah Ketiga: Menghayati Hubungan Gereja Dengan Dunia
1. Refleksi
Peserta
didik membaca dan menyimak cerita tentang Yesus memberi makan lima ribu orang
dalam Yohanes 6:1–14.
Setelah membaca teks Injil
tersebut, peserta didik menuliskan refleksi tentang kepeduliannya sebagai murid
Yesus dalam menghadapi masalah-masalah sosial di sekitar kehidupan masyarakat.
Refleksi bisa dalam bentuk puisi, atau cerita pengalaman hidup aktual. (Sebagai
inspirasi refleksi peserta didik diajak untuk membaca terlebih dahulu cerita
tentang Yesus memberi makan lima ribu orang dalam Yohanes 6:1–14).
2. Aksi
Guru
memberi penugasan kepada peserta didik dalam kelompok untuk membuat suatu aksi
sosial secara nyata di lingkungan sekolah atau masyarakat dan melaporkannya
secara tertulis.
Doa Penutup
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin
Allah Bapa yang Mahabaik dan
Mahabijaksana.
Melalui sesi pembelajaran ini,
kami putera-puteri-Mu telah Engkau
suguhi berkat yang berlimpah. Kami umat pilihan-Mu yang Engkau panggil, Engkau
utus untuk melakukan pekerjaan misi, misi yang membawa kebaikan dan cinta di
tengah dunia.
Semoga kami putera-puteri-Mu
menjadi Injil yang hidup
yang dapat mengembangkan
kebudayaannya, adat istiadat, alam pikiran, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Demi Kristus Tuhan dan pengantara
kami. Amin.
Bapa Kami...
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin
Rangkuman
1. Dalam
ensiklik Fratelli Tutti, Paus Fransiskus menggambarkan ensiklik ini sebagai
“Ensiklik Sosial” yang bertujuan mempromosikan aspirasi universal menuju
persaudaraan dan persahabatan sosial.
2. Ensiklik
Fratelli Tutti, dimulai dengan penekanan bahwa kita semua adalah bagian dari
sebuah keluarga manusia, anak dari satu Pencipta, berada dalam perahu yang
sama, dan karenanya kita perlu menyadari bahwa dunia yang terglobalisasi dan
saling berhubungan ini hanya bisa diselamatkan oleh kerja sama kita semua.
3. Salah
satu konteks lahirnya ensiklik Fratelli Tutti, adalah pandemi Covid–19 yang,
menurut Paus Fransiskus “meletup secara tak terduga” saat dia “menulis
ensiklik”. Ia menyatakan, keadaan darurat kesehatan global akibat pandemi telah
membantu menunjukkan bahwa “tidak ada yang dapat menghadapi kehidupan dalam
isolasi” dan bahwa waktunya telah benar-benar datang untuk “bermimpi, kemudian,
sebagai satu keluarga manusia” di mana kita semua adalah “saudara dan saudari
“.
4. Kegembiraan
dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin
dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan para murid Kristus juga. Kata-kata Konsili ini menunjukkan perhatian
dan keprihatinan Gereja terhadap dunia. Namun, Gereja tidak berhenti pada
perhatian dan keprihatinan saja. Gereja sungguh- sungguh mewartakan dan memberi
kesaksian tentang “Kabar Gembira” kepada dunia, sambil belajar dan mengambil
banyak nilai-nilai positif yang dimiliki dunia untuk perkembangan diri dan
pewartaannya.
5. Gereja
kini telah memiliki pandangan tentang dunia yang jauh lebih positif dari
zaman-zaman yang lampau, sehingga hubungan antara keduanya menjadi lebih saling
menguntungkan. Jadi, hubungan antara Gereja dan dunia memiliki
pandangan-pandangan baru yang perlu dipahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar