GAYA HIDUP SEHAT
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami makna
gaya hidup sehat dan pada akhirnya dapat menjadi agen dalam pengembangan moral
hidup kristiani di tengah masyarakat.
Gagasan Pokok
Indonesia dalam bebrapa dekade
terakhir ini menjadi pusat peredaran narkoba internasional. Bandar narkoba
dalam dan luar negeri dengan berbagai cara licik mengedarkan narkoba di hampir
segala lini kehidupan. Mirisnya, bahwa penjara di beberapa tempat di Indonesia
justru dijadikan roda bisnis narkoba. Narapidana dengan status hukuman mati
masih bisa mengatur peredaran narkoba. Sebagian besar penghuni penjara di
Indonesia adalah terkait kasus narkoba. Semua kita sudah menyadari bahwa
peredaran dan penggunaan narkoba semakin luas dan sudah merasuk ke dalam
kehidupam sebagian masyarakat Indonesia. Masyarakat semakin sadar bahwa obat
terlarang itu kini tidak hanya memasuki orang-orang yang rumah tangganya
berantakan, orang berada, atau ras-ras tertentu saja. Narkoba telah menyerang
segala lapisan masyarakat: orang kaya, pengusaha, buruh harian, eksekutif muda,
mahasiswa, pelajar, hingga masyarakat tingkat terbawah, bahkan merusak
keluarga-keluarga harmonis. Namun korban yang paling banyak adalah kaum muda.
Hal ini sungguh memprihatinkan
kita semua. Karena itulah Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000–2004, dalam program kesehatan dan
kesejahteraan sosial, antara lain mengatur tentang perilaku hidup sehat dan
pemberdayaan masyarakat. Sasaran khususnya antara lain adalah meningkatkan
perwujudan kepedulian perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan
masyarakat; menurunnya prevalensi perokok; penyalahgunaan narkotika;
psikotropika; dan zat adiktif (napza), serta meningkatnya lingkungan sehat
bebas rokok, dan bebas napza di sekolah, tempat kerja, dan tempat umum.
Selanjutnya, dalam program obat, makanan, dan bahan berbahaya bertujuan antara
lain untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat,
narkoba, psikotropika, zat adiktif, dan bahan berbahaya lainnya.
Di samping masalah narkoba,
masalah yang cukup memprihatinkan adalah semakin bertambah banyaknya jumlah
penderita HIV/AIDS dari hari ke hari. Hal itu dapat dimengerti karena keduanya
memang sering saling terkait satu sama lain. Maka melalui pelajaran ini,
peserta didik dibantu untuk menyadari akan bahaya narkoba dan penyakit
HIV/AIDS. Lebih-lebih karena hingga kini belum ditemukan obat yang mampu
menyembuhkan orang yang terkena HIV/ AIDS. Penyakit ini dapat menular dengan
cukup mudah melalui hubungan seks, transfusi darah, ataupun alat suntik. Oleh
karena itu, perlu usaha-usaha atau tindakan preventif yang dapat mencegah
seseorang kecanduan narkoba atau terinfeksi HIV/AIDS.
Santo Paulus mengatakan: “Tidak
tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam
kamu?” (1Kor. 3:16). Dengan suratnya ini, Paulus mengingatkan betapa
berharganya tubuh kita. Itu berarti kekacauan yang terjadi dalam diri kita juga
berarti kekacauan dalam bait Allah. Karena itu, mengkonsumsi narkoba berarti
awal dari usaha merusak bait Allah. Begitu juga kalau pergaulan bebas yang
mengarah pada seks bebas akan rentan terhadap HIV/AIDS, juga merupakan
pencemaran bait Allah. Bila narkoba dan HIV/AIDS telah merusak manusia, maka
manusia sulit untuk menggerakkan akal budi, hati nurani, dan perilakunya yang
sesuai dengan kehendak Allah. Kita harus senantiasa menjaga diri kita, termasuk
tubuh kita, agar Roh Allah tetap diam di dalam diri kita.
Pada kegiatan pembelajaran ini,
para peserta didik dibimbing untuk mengembangkan gaya hidup sehat, bebas dari
narkoba karena diri kita adalah tempat kediaman Allah sendiri karena Allah
bersemayam dalam hati kita. Peserta didik juga memahami dan bersikap bijak
terhadap mereka yang sudah kecanduan narkoba atau terinfeksi HIV/AIDS. Kita
tetap harus menerima dan berteman dengan mereka sebagai sesama yang perlu
mendapat perhatian dan kasih karena Allah adalah kasih yang menghidupi hidup
kita.
Doa Pembuka
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Bapa yang penuh kasih dan cinta,
kami mengundang-Mu untuk hadir dan membimbing kami dalam pertemuan pembelajaran
ini.
Melalui Roh Kudus-Mu ajarilah kami
untuk memahami hidup yang sejati dan bermakna dalam keseharian kami.
Ajarilah kami untuk menghargai
hidup kami seperti dalam sabda-Mu bahwa tubuh kami adalah bait Roh Kudus,
tempat Engkau bersemayam.
Ya Tuhan, semoga hati kami selalu
terbuka kepada-Mu.
Dan pandulah kami selalu, agar
hidup kami tertata rapi, sehat, bersih di dalam nama-Mu.
Dengan perantaraan Kristus Tuhan
dan pengantara kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Langkah Pertama: Mengamati Dan Mendalami Masalah Narkoba Di
Kalangan Remaja
1. Guru
mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdialog bersama peserta didik dan
mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang hidup
itu milik Allah dan penugasan yang diberikan. Guru menanyakan, misalnya adakah
kesulitan atau hambatan dalam melaksanakan tugas mandiri berkaitan dengan Hidup
itu Milik Allah.
2. Selanjutnya
guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang gaya hidup sehat.
Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat memotivasi belajar peserta
didik dengan pertanyaan, misalnya: Apa makna gaya hidup sehat? Apa ajaran atau
pandangan Gereja terkait kasus narkoba, penyakit HIV/AIDS. Untuk memahami hal
ini, marilah kita memulai pembelajaran dengan menyimak cerita kehidupan berikut
ini.
3. Peserta
didik mencermati cuplikan berita tentang penyalahgunaan narkoba.
Sabu Rasuki Remaja Riau, 5 Pelajar
Pesta Narkoba
Peredaran narkoba di Riau ternyata
sudah merasuki remaja di Kota Bertuah.
Lima
orang pelajar Pekanbaru, Sabtu (21/04/18) sore, diamankan petugas Polsek
Tenayan Raya ketika pesta sabu. Empat pelajar laki-laki dan seorang perempuan
yang masih di bawah umur ini, diduga melakukan pesta narkoba jenis sabu.
"Ada
5 pelajar, satu perempuan. Diamankan di sebuah rumah kosong," ungkap
Wakapolresta Pekanbaru, AKBP Edy Sumardi Priadinata, Minggu (22/04/18) pagi.
Meski barang bukti sabu tak ditemukan, namun Polisi menemukan sejumlah alat
hisap dan plastik bening diduga bekas penyimpanan serbuk haram itu.
Edy
menuturkan, kelimanya diamankan saat penggerebekan pesta sabu di sebuah rumah
kosong di kawasan Kelurahan Tangkerang Timur Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru,
Sabtu sore sekitar pukul 16.00 WIB. Penangkapan para pelajar SMA dan SMP itu
berawal dari laporan masyarakat. "Kemudian Kanit Reskrim Polsek Tenayan
Raya Ipda Budi Winarko bersama Tim Opsnal melakukan penyelidikan dan
mengamankan mereka di rumah kosong itu," lanjut Edy. Petugas, selanjutnya
akan memanggil orang tua para pelaku dan melanjutkan proses sesuai aturan
penanganan untuk anak di bawah umur. Sejauh ini, kepolisian belum merilis hasil
tes urine kelima pelajar tersebut.
Sumber:
www.madaniy.com (2018)
4. Peserta
didik dalam kelompok kecil berdiskusi dengan panduan pertanyaan- pertanyaan
berikut.
a. Apa
yang diceritakan dalam berita tadi tadi?
b. Apa
yang kalian lihat dan pikirkan dari gambar yang ada pada berita itu?
c. Apa
itu narkoba?
d. Apa
itu kecanduan obat?
e. Apa
saja gejala ketergantungan narkoba?
f.
Bagaimana mengenali tanda-tanda penggunaan narkoba?
g. Apa
penyebab ketergantungan obat/narkoba?
h. Apa
saja faktor risiko terjadinya ketergantungan obat/narkoba?
i.
Apa saja dampak kecanduan narkoba?
5. Peserta
didik melapor hasil diskusi kelompok masing-masing dan peserta lainnya dapat
memberikan tanggapan.
6. Setelah
laporan diskusi kelompok, guru memberi penjelasan sebagai peneguhan.
a. Kecanduan
obat
Kecanduan
obat adalah ketergantungan pada obat yang legal atau ilegal. Kecanduan pada
narkoba merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat mengendalikan penggunaan
narkoba dan menginginkan penggunaan obat walaupun dapat menimbulkan bahaya.
Kecanduan narkoba menyebabkan keinginan kuat untuk selalu megonsumsi narkoba.
Pada
umumnya penggunaan narkoba dimulai karena pengaruh dari lingkungan sosial.
Risiko terjadinya kecanduan dan kecepatan terjadinya kecanduan tergantung pada
jenis obat yang dikonsumsi. Beberapa obat memiliki risiko lebih tinggi dan
menyebabkan ketergantungan menjadi lebih cepat dari pada yang lain.
Seiring
waktu, seseorang membutuhkan dosis lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang
diinginkan. Seseorang yang sudah mengalami kecanduan membutuhkan obat sesegera
mungkin agar dapat merasa lebih baik. Ketika dosis narkoba yang dibutuhkan
semakin meningkat maka semakin sulit untuk menghentikan ketergantungan.
Kecanduan
narkoba dapat menyebabkan masalah serius untuk jangka panjang, seperti
terjadinya masalah kesehatan fisik, mental, hubungan, kerja, dan hukum. Pada
umumnya seseorang yang sudah mengalami ketergantungan pada narkoba membutuhkan
orang lain untuk membantu menghentikan penggunaan narkoba. Seseorang yang ingin
terlepas dari kecanduan narkoba membutuhkan program pengobatan yang diawasi
oleh dokter, keluarga, teman, atau kelompok pendukung untuk mengatasi kecanduan
narkoba dan tetap bebas narkoba.
b. Gejala
ketergantungan narkoba dan perubahan perilaku
Gejala
atau perubahan perilaku pada orang yang mengalami kecanduan narkoba antara lain
sebagai berikut.
1) Merasa
bahwa harus menggunakan obat secara teratur.
2) Memiliki
keinginan kuat untuk mengonsumsi narkoba.
3) Seiring
waktu, membutuhkan narkoba dengan dosis lebih banyak dari sebelumnya untuk
mendapatkan efek yang sama.
4) Berusaha
untuk selalu memiliki ketersediaan narkoba.
5) Menghabiskan
uang hanya untuk membeli narkoba.
6) Tidak
dapat memenuhi kewajiban dan tanggung jawab untuk pekerjaan.
7) Melakukan
tindakan kriminal untuk mendapatkan narkoba, seperti mencuri.
8) Hidupnya
menjadi terfokus dengan narkoba.
9) Mengalami
gejala ketergantungan ketika berhenti mengonsumsi narkoba.
c. Mengenali
tanda-tanda penggunaan narkoba
Tanda
dan gejala penggunaan narkoba bergantung pada jenis obat.
1) Obat
yang mengandung mariyuana, ganja, dan zat ganja.
Pada
umumnya penggunaan ganja adalah melalui merokok, dimakan, atau menghirup obat
yang menguap. Ganja sering digunakan bersama dengan zat lain, seperti alkohol
atau obat-obatan terlarang lainnya.
a) Tanda
dan gejala pengguna awal adalah sebagai berikut:
·
Mengalami euforia yang tinggi.
·
Mengalami peningkatan penglihatan, pendengaran, dan persepsi rasa.
·
Mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
·
Mengalami mata merah.
·
Mengalami mulut kering.
·
Mengalami penurunan koordinasi.
·
Kesulitan berkonsentrasi atau mengingat.
·
Mengalami pengingkatan nafsu makan.
·
Mengalami pemikiran yang paranoid.
b) Tanda
dan gejala penggunaan jangka panjang, seperti berikut ini:
·
Penurunan ketajaman mental.
·
Penurunan kinerja di sekolah atau kerja.
·
Mengalami penurunan jumlah teman dan kepentingan.
2) Obat
yang mengandung ganja sintetis dan substituen katinona
a)
Tanda dan gejala pengguna awal ganja sintetis seperti berikut.
·
Mengalami peningkatan euforia.
·
Merasa rileks.
·
Perubahan penglihatan dan persepsi pendengaran dan rasa.
·
Mengalami kecemasan yang berlebihan.
·
Mengalami paranoid.
·
Mengalami halusinasi.
·
Mengalami peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
·
Muntah.
·
Mengalami kebingungan.
b)
Substituen katinona adalah zat psikoaktif yang mirip dengan
amfetamin seperti ekstasi dan kokain. Tanda dan gejala pengguna awal adalah
seperti di bawah ini:
·
Terjadi peningkatan semangat atau euforia.
·
Mengalami pengingkatan energi.
·
Mengalami peningkatan keinginan seks.
·
Mengalami peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
·
Mengalami nyeri dada.
·
Mengalami paranoid.
·
Mengalami serangan panik.
·
Mengalami halusinasi.
·
Mengigau.
·
Mengalami perilaku psikotik dan menjadi keras.
3) Obat
yang mengandung barbiturat dan benzodiazepam
Barbiturat
dan benzodiazepam pada umumnya digunakan oleh dokter untuk mengatasi depresi
pada sistem saraf pusat. Dua golongan obat ini sering digunakan dan
disalahgunakan untuk mendapatkan sensasi relaksasi atau keinginan untuk
melupakan sejenak beban pikiran atau stress. Contoh obat yang termasuk golongan
barbiturat adalah phenobarbital. Contoh obat yang termasuk benzodiazepin
seperti diazepam, alprazolam, lorazepam, clonazepam, dan chlordiazepoxide.
Tanda
dan gejala pengguna awal kedua golongan obat tersebut adalah sebagai berikut:
·
Mudah mengantuk.
·
Berbicara cadel.
·
Kurang koordinasi.
·
Mengalami euforia atau perasaan nyaman berlebihan.
·
Mengalami kesulitan untu berkonsentrasi atau berpikir.
·
Mengalami masalah pada memori.
·
Mata bergerak-gerak dengan sengaja.
·
Mengalami kesulitan nafas dan penurunan tekanan darah.
·
Mengalami pusing.
·
Mengalami depresi.
4) Methamphetamine
dan kokain
Kedua
golongan ini digunakan dan disalahgunakan untuk meningkatkan energi, untuk
meningkatkan kinerja di tempat kerja atau sekolah, atau menurunkan berat badan
atau mengontrol nafsu makan.
Tanda
dan gejala pengguna awal adalah seperti di bawah ini:
·
Perasaan gembira dan percaya diri yang berlebihan.
·
Peningkatan kewaspadaan.
·
Peningkatan energi dan kegelisahan.
·
Mengalami perubahan perilaku.
·
Berbicara menjadi cepat atau bertele-tele.
·
Mengalami delusi dan halusinasi.
·
Mengalami perubahan suasana hati atau lekas marah.
·
Perubahan denyut jantung dan tekanan darah.
·
Mengalami mual atau muntah yang diikuti dengan penurunan berat.
·
Mengalami masalah pada pemahaman.
·
Mengalami hidung tersumbat dan kerusakan pada selaput lendir
hidung (jika menggunakan narkoba yang dihisap).
·
Mengalami kesulitan tidur.
·
Mengalami paranoid.
·
Mengalami depresi jika kadar obat dalam tubuh hilang
5) Inhalasi
Tanda
dan penggunaan inhalasi bervariasi dan tergantung pada kandungan obat yang
dihirup. Beberapa zat atau obat yang dihirup adalah zat yang berada pada lem,
pengencer cat, bensin, dan cairan pembersih. Karena zat-zat ini memiliki sifat
beracun maka pengguna dapat mengalami kerusakan otak.
Tanda
dan gejala yang terjadi pada pengguna awal adalah sebagai berikut:
·
Menggunakan zat inhalan tanpa alasan yang jelas.
·
Mengalami euforia sesaat.
·
Mengalami pusing.
·
Mengalami mual atau muntah.
·
Mengalami gerakan mata yang acak.
·
Mengalami detak jantung yang tidak teratur.
·
Mengalami tremor.
·
Mengalami ruam di sekitar hidung dan mulut.
·
Bicara menjadi cadel, gerakan lambat, dan memiliki koordinasi yang
buruk
d. Penyebab
ketergantungan obat/narkoba
Terjadinya
ketergantungan narkoba dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti berikut ini.
1) Faktor
lingkungan
Faktor
dari lingkungan yang dapat memengaruhi adalah seperti kondisi keluarga,
perilaku, dan bergaul dengan orang yang menggunakan narkoba. Faktor tersebut
merupakan faktor utama pengguna awal narkoba.
2) Faktor
genetika
Faktor
keturunan memiliki peran membantu terjadinya kecanduan narkoba. Faktor
keturunan dapat menyebabkan penundaan atau mempercepat perkembangan penyakit.
3) Perubahan
pada otak
Kecanduan
pada umumnya terjadi setelah penggunaan berulang obat. Obat adiktif dapat
menyebabkan perubahan fisik untuk beberapa sel saraf (neuron) di otak.
Perubahan otak karena dampak penggunaan obat tidak dapat kembali normal bahkan
setelah penghentian penggunaan obat.
e. Faktor
risiko terjadinya ketergantungan obat/narkoba
Semua
orang dari segala usia, jenis kelamin, atau status ekonomi dapat mengalami ketergantungan
narkoba. Namun terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kemungkinan dan
mempercepat terjadinya ketergantungan.
1) Memiliki
riwayat keluarga yang ketergantungan narkoba. Memiliki hubungan darah seperti
orang tua atau saudara yang kecanduan pada alkohol atau narkoba maka seseorang
memiliki risiko lebih besar mengalami kecanduan pada narkoba.
2) Faktor
jenis kelamin. Pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kecanduan
narkoba dari pada wanita. Namun perkembangan terjadinya ketergantungan lebih
cepat terjadi pada wanita.
3) Memiliki
gangguan kesehatan pada mental. Memiliki gangguan kese- hatan mental seperti
depresi atau gangguan stress pasca trauma maka dapat meningkatkan risiko
terjadinya ketergantungan pada narkoba.
4) Pengaruh
dari teman-teman yang mengalami kecanduan narkoba dapat meningkatkan terjadinya
ketergantungan obat/narkoba.
5) Situasi
keluarga yang tidak harmonis atau kurangnya hubungan dengan orang tua atau
saudara kandung dapat meningkatkan risiko terjadinya kecanduan narkoba.
6) Terjadinya
kecemasan, depresi, dan kesepian dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
ketergantungan pada narkoba.
7) Penggunaan
obat yang menyebabkan ketergantungan seperti penggunaan stimulan, kokain, atau
obat penghilang rasa sakit dapat mengakibatkan lebih cepat terjadinya
ketergantungan pada narkoba.
f. Dampak
kecanduan narkoba
Penggunaan
narkoba dapat menyebabkan dampak kerusakan pada kehidupan sosial dan kesehatan,
seperti berikut ini:
1) Seseorang
yang mengalami kecanduan narkoba memiliki risiko lebih tinggi mengalami
penyakit menular seperti HIV/AIDS melalui hubungan seks yang tidak aman atau
penggunaan bersama jarum.
2) Kecanduan
narkoba dapat menyebabkan masalah kesehatan untuk jangka pendek atau panjang.
Hal ini tergantung pada jenis obat yang dikonsumsi.
3) Kecanduan
narkoba dapat menyebabkan seseorang terdorong untuk melakukan kegiatan yang
berbahaya ketika berada di bawah pengaruh narkoba.
4) Kecanduan
narkoba dapat meningkatkan keinginan untuk bunuh diri.
5) Perubahan
perilaku karena kecanduan narkoba dapat menyebabkan terjadinya masalah
perkawinan atau perselisihan keluarga.
6) Penurunan
kinerja di tempat kerja karena efek dari kecanduan narkoba dapat menyebabkan
terjadinya masalah kerja bahkan kehilangan pekerjaan.
7) Penggunaan
narkoba dapat berdampak negatif pada kemampuan akademik di sekolah.
8) Memiliki
obat-obatan terlarang tanpa resep dokter dapat menyebabkan terjadinya masalah
hukum.
9) Seseorang
yang mengalami ketergantungan narkoba dapat meng-gunakan semua uangnya untuk
membeli narkoba sehingga keter-gantungan narkoba juga dapat menjadi pemicu
masalah keuangan.
g. Narkoba
hanya memberi dampak buruk dan kehancuran. Hindari narkoba untuk kehidupan yang
lebih baik.
Sumber:
www.mayoclinic.org, www.vivahealth.co.id
Langkah Kedua: Mencermati Penyakit HIV/AIDS
1. Peserta
didik berdiskusi dalam kelompok kecil tentang penyakit HIV/AIDS dengan
pertanyaan-pertanyaan berikut: (bila memungkinkan peserta didik dapat
menggunakan gadget untuk mencari informasi tentang penyakit HIV/AIDS).
a.
Mengapa
narkoba selalu dikaitkan dengan HIV/AIDS?
b.
Apakah
yang dimaksud dengan HIV?
c.
Apa
arti dari AIDS?
d.
Bagaimana
proses penularan HIV/AIDS?
e.
Apa
gejala orang yang terinfeksi HIV/AIDS?
2. Peserta
didik melaporkan hasil diskusi kelompok masing-masing dan peserta lainnya dapat
memberikan tanggapan.
3. Setelah
peserta didik melaporkan hasil diskusinya, guru memberikan penjelasan tentang
penyakit HIV/AIDS sebagai peneguhan.
Narkoba
dan HIV/AIDS
Pecandu narkoba mempunyai
kemungkinan yang sangat besar untuk terjangkit HIV/AIDS. Dikatakan bahwa lima
juta pemakai narkoba di dunia pada saat ini, tiga juta di antaranya positif
menderita HIV/AIDS. Sekitar 95% pemakai narkoba menggunakan suntikan yang
menyebabkan mereka rentan terhadap infeksi HIV/AIDS. Belum lagi melalui
hubungan seksual, sebab pemakai narkoba kadangkala atau bahkan sering kali
mempraktikkan hubungan seks bebas. Selain itu, pemakai narkoba wanita juga
terkadang terpaksa menjadi wanita tunasusila demi uang untuk membeli narkoba.
a.
Arti
HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari
Acquired Immune Deficiency Syndrome.Acquired artinya didapat. Immune artinya
kekebalan tubuh. Syndrome artinya kumpulan gejala penyakit. Jadi, AIDS dapat
disimpulkan sebagai kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya
kekebalan tubuh.
Menurunnya kekebalan tubuh ini
disebabkan oleh virus yang disebut HIV. HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus. Virus ini secara pelan-pelan mengurangi kekebalan tubuh
manusia.
Infeksi pada kekebalan tubuh
terjadi bila virus tersebut masuk ke dalam sel darah putih yang disebut
limfosit. Materi genetik virus masuk ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam
sel, virus berkembang biak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan
partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menyebabkan infeksi
pada limfosit lainnya dan kemudian menghacurkannya. Virus ini menempel pada
limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut sebagai CD4 yang
terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya
disebut sebagai CD4+ atau limfosit penolong. Limfosit penolong berfungsi
mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan, yang semuanya
membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya
limfosit, yaitu limfosit penolong, dan itu menyebabkan sistem dalam tubuh untuk
melindungi dirinya terhadap infeksi kanker menjadi lemah. Infeksi HIV juga
menyebabkan gangguan pada limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan
sering kali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini
terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi
antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi opportunistik
pada AIDS. Karena pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh
virus akan menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam
organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
b.
Penularan
HIV/AIDS
Penularan HIV terjadi melalui
kontak dengan cairan tubuh yang mengandung sel terinfeksi atau partikel virus.
Yang dimaksud dengan cairan tubuh di sini adalah darah, semen, cairan vagina,
cairan serebrospinal, dan air susu ibu. Dalam konsentrasi yang lebih kecil,
virus juga terdapat di dalam air mata, air kemih, dan air ludah.
HIV ditularkan melalui cara-cara
berikut:
1)
Hubungan
seksual dengan penderita, di mana selaput lendir mulut, vagina, atau rektum
berhubungan langsung dengan cairan tubuh yang terkontaminasi.
2)
Suntikan
atau infus darah yang terkontaminasi, seperti yang terjadi pada transfusi
darah, pemakaian jarum bersama-sama, atau tidak sengaja tergores oleh jarum
yang terkontaminasi virus HIV.
3)
Pemindahan
virus dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya sebelum atau selama proses
kelahiran atau melalui ASI. Kemungkinan terinfeksi oleh HIV meningkat jika
kulit atau selaput lendir robek atau rusak, seperti yang dapat terjadi pada
hubungan seksual yang kasar, baik melalui vagina maupun melalui anus.
4)
Penelitian
menunjukkan kemungkinan penularan HIV sangat tinggi pada pasangan seksual yang
menderita herpes, sifilis, atau penyakit kelamin yang menular lainnya, yang
mengakibatkan kerusakan pada permukaan kulit.
5)
Penularan
HIV juga dapat terjadi pada oral seks (hubungan seksual melalui mulut),
walaupun lebih jarang.
6)
Virus
HIV pada penderita wanita yang sedang hamil dapat ditularkan kepada janinnya
pada awal kehamilan (melalui plasenta) atau pada saat persalinan (melalui jalan
lahir). Anak-anak yang sedang disusui oleh ibu yang terinfeksi HIV juga dapat
tertular melalui ASI dari ibunya.
c.
Gejala
infeksi HIV/AIDS
1)
Beberapa
penderita menampakkan gejala yang menyerupai mono-nukleosis infeksiosa dalam
waktu beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejalanya berupa demam, ruam-ruam,
pembengkakan kelenjar getah bening, dan rasa tidak enak badan yang berlangsung
selama 3–14 hari. Sebagian besar gejala akan menghilang, meskipun kelenjar
getah bening tetap membesar. Selama beberapa tahun, gejala lainnya tidak
muncul. Tetapi sejumlah besar virus segera akan ditemukan di dalam darah dan
cairan tubuh lainnya, sehingga penderita dapat menularkan penyakitnya.
2)
Dalam
waktu beberapa bulan setelah terinfeksi, penderita dapat mengalami
gejala-gejala yang ringan secara berulang yang belum benar-benar menunjukkan
suatu AIDS. Penderita dapat menunjukkan gejala-gejala infeksi HIV dalam waktu
beberapa tahun sebelum terjadinya infeksi atau tumor yang khas untuk AIDS.
Gejalanya berupa: pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan,
demam yang hilang-timbul, perasaan tidak enak badan, lelah, diare berulang,
anemia, thrush (infeksi jamur di mulut).
Langkah Ketiga: Mendalami Ajaran Kristiani Dalam Hubungan Dengan
Narkoba Dan HIV/ AIDS
1. Ajaran
Kitab Suci
Bacalah
dan simaklah 1Korintus 3:16–17!
16Tidak tahukah kamu, bahwa kamu
adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
17Jika ada orang yang membinasakan
bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan
bait Allah itu ialah kamu.
2. Diskusi
kelompok dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1)
Apa
yang diajarkan rasul Paulus dalam 1Korintus 3:16–17?
2)
Apa
maksud ajaran tersebut?
3)
Jika
diri kita adalah bait Allah, apa implikasinya dalam hidup kita sebagai murid
Yesus?
4)
Mengapa
jika kita terlibat narkoba yang dapat menyebabkan HIV/AIDS, sebenarnya kita
mencemarkan bait Allah?
5)
Apa
usaha negara kita untuk menangani narkoba dan HIV/AIDS?
6)
Apa
usaha kita (Gereja) untuk menangani narkoba dan HIV/AIDS?
7)
Bagaimana
sebaiknya sikap kita terhadap mereka yang sudah terlibat dengan narkoba dan
HIV/AIDS?
3. Peserta
didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya dan peserta lain dapat
menanggapinya.
4. Guru
memberi pejelasan sebagai peneguhan. Misalnya dengan contoh di bawah ini.
a.
Santo
Paulus menghimbau orang beriman untuk menghormati dirinya sebagai bait Allah.
Dengan pernyataan atau penegasan Santo Paulus di tersebut, semakin jelas bahwa
diri kita adalah bait Allah. Itu berarti, kekacauan yang terjadi di dalam diri
kita juga berarti kekacauan pada bait Allah. Karena itu, mengkonsumsi narkoba
berarti awal dari usaha merusak bait Allah. Begitu juga kalau pergaulan bebas
yang mengarah pada seks bebas akan rentan terhadap HIV/AIDS, juga akan merusak
bait Allah.
b.
Bila
Narkoba, HIV/AIDS telah merusak manusia, maka manusia sulit untuk menggerakkan
akal budi, hati, dan perilakunya menurut kehendak Allah. Itulah ciri perusakan
terhadap bait Allah.
c.
Di
dalam tubuh yang rusak itulah Roh Allah akan sulit menemukan kedamaian,
ketenangan karena selalu dihantui oleh ketakutan dan diisolasi. Karena itu,
sebagai sarana keselamatan, Gereja Katolik selalu berupaya untuk mengingatkan
warganya agar hati-hati, waspada, dan menghindari kemungkinan terlibat dalam
kegiatan mengkonsumsi narkoba (atau menjadi distributor, produsen), menghindari
seks bebas supaya tidak terinfeksi virus HIV. Narkoba, AIDS adalah penyakit
yang sulit disembuhkan di samping membutuhkan biaya yang sangat besar.
d.
Peran
Gereja untuk menganggulangi narkoba dan HIV/AIDS
Peran Gereja Katolik dalam
menangani masalah penyalahgunaan narkoba dan masalah HIV/AIDS antara lain
sebagai berikut:
1)
Karena
masalah narkoba/napza bukan soal kerentanan pribadi, tetapi juga merupakan
masalah politis dan ekonomis, maka Gereja Katolik menyatakan kutukan terhadap
kejahatan pribadi dan sosial yang menyebabkan dan menguntungkan bagi
penyalahgunaan narkoba/ napza.
2)
Memperkuat
kesaksian Injil dari orang-orang beriman yang mengabdikan dirinya kepada
pengobatan pemakai narkoba menurut contoh Yesus Kristus, yang tidak datang
untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan hidupnya (lih. Mat.
20:28; Fil. 2:7). Konkretnya, memberdayakan setiap orang dengan cara di bawah
ini.
3)
Memberikan
pendidikan nilai/moral bagi orang-orang, keluarga- keluarga, dan
komunitas-komunitas, melalui prinsip-prinsip adikodrati untuk mencapai
kemanusiaan yang utuh dan penuh (menyeluruh dan total).
4)
Memberikan
informasi yang baik dan benar tentang narkoba kepada komunitas-komunitas, orang
tua, anak-anak remaja, dan masyarakat.
5)
Membantu
orang tua meningkatkan keterampilan untuk membangun kekeluargaan yang kuat.
6)
Membantu
orang tua melakukan strategi pencegahan penggunaan obat terlarang di rumah
dengan memberi contoh yang baik dan sehat, meningkatkan peran pengawasan dan
mengajari cara menolak penawaran obat terlarang oleh orang lain.
7)
Menyatakan
cinta kasih ke-bapa-an Allah yang diarahkan kepada keselamatan setiap pengguna
narkoba dan para penderita HIV/AIDS, melalui cinta yang mengatasi rasa
bersalah. “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit (Mat.
9:12; Luk. 15:11–32).
8)
Melakukan
tindakan pengobatan dan rehabilitasi, antara lain dengan cara: menggalang kerja
sama di antara komunitas-komunitas yang menyelenggarakan pengobatan atau
rehabilitasi dan menambah lembaga- lembaga yang mengelola pencegahan
penyalahgunaan narkoba dan penularan HIV/AIDS.
9)
Memutuskan
mata rantai permintaan atau distribusi narkoba dengan cara memperkuat
pertahanan keluarga dan pembinaan remaja di tingkat lingkungan, wilayah, dan
paroki.
e.
Hal-hal
yang perlu dilakukan oleh setiap orang untuk membantu orang lain yang kecanduan
narkoba atau menderita HIV/AIDS.
1)
Kita
memandang mereka sebagai sahabat, karena itu tidak menjauhi atau menolak mereka
yang kecanduan narkoba atau terinfeksi HIV/AIDS, karena mereka adalah manusia
yang paling kesepian di dunia ini.
2)
Berilah
mereka peneguhan bahwa mereka dapat mengatasi persoalannya.
3)
Mereka
sendiri harus bangkit untuk memulai hidup baru. Singkatnya, jadilah sahabat dan
pendamping mereka. Dengarkanlah keluhan para pecandu narkoba dan pengidap
HIV/AIDS.
Langkah Keempat: Menghayati Gaya Hidup Sehat Sesuai Ajaran Iman
Dan Moral Katolik
1. Refleksi
Peserta
didik menuliskan sebuah refleksi tentang mengembangkan gaya hidup sehat dengan
inspirasi pada 1Kor 3:16–17, atau pesan lain dari Alkitab, yang sesuai dengan
tema ini. Refleksi dapat dibuat dalam bentuk feature, puisi, atau doa.
2. Aksi
Peserta
didik memasang tulisan refleksinya di majalah dinding sekolah atau menayangkan
di media sosial sekolah (Website, Facebook, Twitter, Line, Instagram, dan
lain-lain).
Doa Penutup
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Bapa yang Maharahim,
kami telah Engkau suguhi
pengetahuan tentang menghargai kehidupan. Semoga dengan teladan Yesus Putera-Mu
yang selalu menjunjung tinggi nilai cinta kasih dan kehidupan manusia, kami pun
sanggup
dan mampu mengikuti-Nya dan
menubuatkannya dalam tindakan dan perbuatan kami terhadap sesama.
Karena Kristus Tuhan dan
pengantara kami. Amin.
Bapa Kami yang ada di surga...
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Rangkuman
1. Santo
Paulus menghimbau orang beriman untuk menghormati dirinya sebagai bait Allah.
Dengan pernyataan atau penegasan Santo Paulus tersebut, semakin jelas bahwa
diri kita adalah bait Allah. Itu berarti, kekacauan yang terjadi di dalam diri
kita juga berarti kekacauan pada bait Allah. Karena itu, mengonsumsi narkoba
berarti awal dari usaha merusak bait Allah. Begitu juga kalau pergaulan bebas
yang mengarah pada seks bebas akan rentan terhadap HIV/AIDS, juga akan merusak
bait Allah.
2. Bila
narkoba, HIV/AIDS telah merusak manusia, maka manusia sulit untuk menggerakkan
akal budi, hati, dan perilakunya menurut kehendak Allah. Itulah ciri perusakan
terhadap bait Allah. Di dalam tubuh yang rusak itulah Roh Allah akan sulit
menemukan kedamaian, ketenangan karena selalu dihantui oleh ketakutan dan
diisolasi. Karena itu, sebagai sarana keselamatan, Gereja Katolik selalu
berupaya untuk mengingatkan warganya agar hati- hati, waspada, dan menghindari
kemungkinan terlibat dalam kegiatan mengonsumsi narkoba (atau menjadi
distributor, produsen), menghindari seks bebas supaya tidak terinfeksi virus
HIV. Narkoba, HIV/AIDS adalah penyakit yang sulit disembuhkan di samping
membutuhkan biaya yang sangat besar.
3. Peran
Gereja untuk menanggulangi narkoba dan HIV/AIDS. Peran Gereja Katolik dalam
menangani masalah penyalahgunaan narkoba dan masalah HIV/AIDS antara lain
seperti di bawah ini.
4. Karena
masalah narkoba/napza bukan soal kerentanan pribadi, tetapi juga merupakan
masalah politis dan ekonomis, maka Gereja Katolik menyatakan kutukan terhadap
kejahatan pribadi dan sosial yang menyebabkan dan menguntungkan bagi penyalahgunaan
narkoba/napza.
5. Memperkuat
kesaksian Injil dari orang-orang beriman yang mengabdikan dirinya kepada
pengobatan pemakai narkoba menurut contoh Yesus Kristus, yang tidak datang
untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan hidupnya (lih. Mat.
20:28; Fil. 2:7). Konkretnya, memberdayakan setiap orang dengan berbagai cara
berikut ini.
a.
Memberikan pendidikan nilai/moral bagi orang-orang, keluarga-
keluarga, dan komunitas-komunitas, melalui prinsip-prinsip adikodrati untuk
mencapai kemanusiaan yang utuh dan penuh (menyeluruh dan total).
b.
Memberikan informasi yang baik dan benar tentang narkoba kepada
komunitas-komunitas, orang tua, anak-anak remaja, dan masyarakat.
c.
Membantu orang tua meningkatkan keterampilan untuk membangun
kekeluargaan yang kuat.
d.
Membantu orang tua melakukan strategi pencegahan penggunaan obat
terlarang di rumah dengan memberi contoh yang baik dan sehat, meningkatkan
peran pengawasan dan mengajari cara menolak penawaran obat terlarang oleh orang
lain.
e.
Menyatakan cinta kasih ke-bapa-an Allah yang diarahkan kepada
keselamatan setiap pengguna narkoba dan para penderita HIV/AIDS, melalui cinta
yang mengatasi rasa bersalah. “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi
orang sakit (Mat. 9:12; Luk 15:11–32).
f.
Melakukan tindakan pengobatan dan rehabilitasi, antara lain dengan
cara: menggalang kerja sama di antara komunitas-komunitas yang menyelenggarakan pengobatan atau rehabilitasi dan
menambah lembaga-lembaga yang mengelola pencegahan penyalahgunaan narkoba dan
penularan HIV/AIDS.
g.
Memutuskan mata rantai permintaan atau distribusi narkoba dengan
cara memperkuat pertahanan keluarga dan pembinaan remaja di tingkat lingkungan,
wilayah, dan paroki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar