Cari Blog Ini

Minggu, 19 Januari 2025

GAYA HIDUP SEHAT

 

GAYA HIDUP SEHAT

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu memahami makna gaya hidup sehat dan pada akhirnya dapat menjadi agen dalam pengembangan moral hidup kristiani di tengah masyarakat.

 

Gagasan Pokok

Indonesia dalam bebrapa dekade terakhir ini menjadi pusat peredaran narkoba internasional. Bandar narkoba dalam dan luar negeri dengan berbagai cara licik mengedarkan narkoba di hampir segala lini kehidupan. Mirisnya, bahwa penjara di beberapa tempat di Indonesia justru dijadikan roda bisnis narkoba. Narapidana dengan status hukuman mati masih bisa mengatur peredaran narkoba. Sebagian besar penghuni penjara di Indonesia adalah terkait kasus narkoba. Semua kita sudah menyadari bahwa peredaran dan penggunaan narkoba semakin luas dan sudah merasuk ke dalam kehidupam sebagian masyarakat Indonesia. Masyarakat semakin sadar bahwa obat terlarang itu kini tidak hanya memasuki orang-orang yang rumah tangganya berantakan, orang berada, atau ras-ras tertentu saja. Narkoba telah menyerang segala lapisan masyarakat: orang kaya, pengusaha, buruh harian, eksekutif muda, mahasiswa, pelajar, hingga masyarakat tingkat terbawah, bahkan merusak keluarga-keluarga harmonis. Namun korban yang paling banyak adalah kaum muda.

Hal ini sungguh memprihatinkan kita semua. Karena itulah Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000–2004, dalam program kesehatan dan kesejahteraan sosial, antara lain mengatur tentang perilaku hidup sehat dan pemberdayaan masyarakat. Sasaran khususnya antara lain adalah meningkatkan perwujudan kepedulian perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan masyarakat; menurunnya prevalensi perokok; penyalahgunaan narkotika; psikotropika; dan zat adiktif (napza), serta meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok, dan bebas napza di sekolah, tempat kerja, dan tempat umum. Selanjutnya, dalam program obat, makanan, dan bahan berbahaya bertujuan antara lain untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, narkoba, psikotropika, zat adiktif, dan bahan berbahaya lainnya.

Di samping masalah narkoba, masalah yang cukup memprihatinkan adalah semakin bertambah banyaknya jumlah penderita HIV/AIDS dari hari ke hari. Hal itu dapat dimengerti karena keduanya memang sering saling terkait satu sama lain. Maka melalui pelajaran ini, peserta didik dibantu untuk menyadari akan bahaya narkoba dan penyakit HIV/AIDS. Lebih-lebih karena hingga kini belum ditemukan obat yang mampu menyembuhkan orang yang terkena HIV/ AIDS. Penyakit ini dapat menular dengan cukup mudah melalui hubungan seks, transfusi darah, ataupun alat suntik. Oleh karena itu, perlu usaha-usaha atau tindakan preventif yang dapat mencegah seseorang kecanduan narkoba atau terinfeksi HIV/AIDS.

Santo Paulus mengatakan: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1Kor. 3:16). Dengan suratnya ini, Paulus mengingatkan betapa berharganya tubuh kita. Itu berarti kekacauan yang terjadi dalam diri kita juga berarti kekacauan dalam bait Allah. Karena itu, mengkonsumsi narkoba berarti awal dari usaha merusak bait Allah. Begitu juga kalau pergaulan bebas yang mengarah pada seks bebas akan rentan terhadap HIV/AIDS, juga merupakan pencemaran bait Allah. Bila narkoba dan HIV/AIDS telah merusak manusia, maka manusia sulit untuk menggerakkan akal budi, hati nurani, dan perilakunya yang sesuai dengan kehendak Allah. Kita harus senantiasa menjaga diri kita, termasuk tubuh kita, agar Roh Allah tetap diam di dalam diri kita.

Pada kegiatan pembelajaran ini, para peserta didik dibimbing untuk mengembangkan gaya hidup sehat, bebas dari narkoba karena diri kita adalah tempat kediaman Allah sendiri karena Allah bersemayam dalam hati kita. Peserta didik juga memahami dan bersikap bijak terhadap mereka yang sudah kecanduan narkoba atau terinfeksi HIV/AIDS. Kita tetap harus menerima dan berteman dengan mereka sebagai sesama yang perlu mendapat perhatian dan kasih karena Allah adalah kasih yang menghidupi hidup kita.

 

Doa Pembuka

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Bapa yang penuh kasih dan cinta, kami mengundang-Mu untuk hadir dan membimbing kami dalam pertemuan pembelajaran ini.

Melalui Roh Kudus-Mu ajarilah kami untuk memahami hidup yang sejati dan bermakna dalam keseharian kami.

Ajarilah kami untuk menghargai hidup kami seperti dalam sabda-Mu bahwa tubuh kami adalah bait Roh Kudus, tempat Engkau bersemayam.

Ya Tuhan, semoga hati kami selalu terbuka kepada-Mu.

Dan pandulah kami selalu, agar hidup kami tertata rapi, sehat, bersih di dalam nama-Mu.

Dengan perantaraan Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

 

 

Langkah Pertama: Mengamati Dan Mendalami Masalah Narkoba Di Kalangan Remaja

1.    Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdialog bersama peserta didik dan mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang hidup itu milik Allah dan penugasan yang diberikan. Guru menanyakan, misalnya adakah kesulitan atau hambatan dalam melaksanakan tugas mandiri berkaitan dengan Hidup itu Milik Allah.

2.    Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang gaya hidup sehat. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya: Apa makna gaya hidup sehat? Apa ajaran atau pandangan Gereja terkait kasus narkoba, penyakit HIV/AIDS. Untuk memahami hal ini, marilah kita memulai pembelajaran dengan menyimak cerita kehidupan berikut ini.

 

3.    Peserta didik mencermati cuplikan berita tentang penyalahgunaan narkoba.

 

Sabu Rasuki Remaja Riau, 5 Pelajar Pesta Narkoba

Peredaran narkoba di Riau ternyata sudah merasuki remaja di Kota Bertuah.

Lima orang pelajar Pekanbaru, Sabtu (21/04/18) sore, diamankan petugas Polsek Tenayan Raya ketika pesta sabu. Empat pelajar laki-laki dan seorang perempuan yang masih di bawah umur ini, diduga melakukan pesta narkoba jenis sabu.

"Ada 5 pelajar, satu perempuan. Diamankan di sebuah rumah kosong," ungkap Wakapolresta Pekanbaru, AKBP Edy Sumardi Priadinata, Minggu (22/04/18) pagi. Meski barang bukti sabu tak ditemukan, namun Polisi menemukan sejumlah alat hisap dan plastik bening diduga bekas penyimpanan serbuk haram itu.

Edy menuturkan, kelimanya diamankan saat penggerebekan pesta sabu di sebuah rumah kosong di kawasan Kelurahan Tangkerang Timur Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, Sabtu sore sekitar pukul 16.00 WIB. Penangkapan para pelajar SMA dan SMP itu berawal dari laporan masyarakat. "Kemudian Kanit Reskrim Polsek Tenayan Raya Ipda Budi Winarko bersama Tim Opsnal melakukan penyelidikan dan mengamankan mereka di rumah kosong itu," lanjut Edy. Petugas, selanjutnya akan memanggil orang tua para pelaku dan melanjutkan proses sesuai aturan penanganan untuk anak di bawah umur. Sejauh ini, kepolisian belum merilis hasil tes urine kelima pelajar tersebut.

Sumber: www.madaniy.com (2018)

 

4.    Peserta didik dalam kelompok kecil berdiskusi dengan panduan pertanyaan- pertanyaan berikut.

a.      Apa yang diceritakan dalam berita tadi tadi?

b.      Apa yang kalian lihat dan pikirkan dari gambar yang ada pada berita itu?

c.       Apa itu narkoba?

d.      Apa itu kecanduan obat?

e.      Apa saja gejala ketergantungan narkoba?

f.        Bagaimana mengenali tanda-tanda penggunaan narkoba?

g.       Apa penyebab ketergantungan obat/narkoba?

h.      Apa saja faktor risiko terjadinya ketergantungan obat/narkoba?

i.        Apa saja dampak kecanduan narkoba?

 

5.    Peserta didik melapor hasil diskusi kelompok masing-masing dan peserta lainnya dapat memberikan tanggapan.

 

6.    Setelah laporan diskusi kelompok, guru memberi penjelasan sebagai peneguhan.

a.    Kecanduan obat

Kecanduan obat adalah ketergantungan pada obat yang legal atau ilegal. Kecanduan pada narkoba merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat mengendalikan penggunaan narkoba dan menginginkan penggunaan obat walaupun dapat menimbulkan bahaya. Kecanduan narkoba menyebabkan keinginan kuat untuk selalu megonsumsi narkoba.

Pada umumnya penggunaan narkoba dimulai karena pengaruh dari lingkungan sosial. Risiko terjadinya kecanduan dan kecepatan terjadinya kecanduan tergantung pada jenis obat yang dikonsumsi. Beberapa obat memiliki risiko lebih tinggi dan menyebabkan ketergantungan menjadi lebih cepat dari pada yang lain.

Seiring waktu, seseorang membutuhkan dosis lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Seseorang yang sudah mengalami kecanduan membutuhkan obat sesegera mungkin agar dapat merasa lebih baik. Ketika dosis narkoba yang dibutuhkan semakin meningkat maka semakin sulit untuk menghentikan ketergantungan.

Kecanduan narkoba dapat menyebabkan masalah serius untuk jangka panjang, seperti terjadinya masalah kesehatan fisik, mental, hubungan, kerja, dan hukum. Pada umumnya seseorang yang sudah mengalami ketergantungan pada narkoba membutuhkan orang lain untuk membantu menghentikan penggunaan narkoba. Seseorang yang ingin terlepas dari kecanduan narkoba membutuhkan program pengobatan yang diawasi oleh dokter, keluarga, teman, atau kelompok pendukung untuk mengatasi kecanduan narkoba dan tetap bebas narkoba.

 

b.    Gejala ketergantungan narkoba dan perubahan perilaku

Gejala atau perubahan perilaku pada orang yang mengalami kecanduan narkoba antara lain sebagai berikut.

1)      Merasa bahwa harus menggunakan obat secara teratur.

2)      Memiliki keinginan kuat untuk mengonsumsi narkoba.

3)      Seiring waktu, membutuhkan narkoba dengan dosis lebih banyak dari sebelumnya untuk mendapatkan efek yang sama.

4)      Berusaha untuk selalu memiliki ketersediaan narkoba.

5)      Menghabiskan uang hanya untuk membeli narkoba.

6)      Tidak dapat memenuhi kewajiban dan tanggung jawab untuk pekerjaan.

7)      Melakukan tindakan kriminal untuk mendapatkan narkoba, seperti mencuri.

8)      Hidupnya menjadi terfokus dengan narkoba.

9)      Mengalami gejala ketergantungan ketika berhenti mengonsumsi narkoba.

 

c.     Mengenali tanda-tanda penggunaan narkoba

Tanda dan gejala penggunaan narkoba bergantung pada jenis obat.

1)   Obat yang mengandung mariyuana, ganja, dan zat ganja.

Pada umumnya penggunaan ganja adalah melalui merokok, dimakan, atau menghirup obat yang menguap. Ganja sering digunakan bersama dengan zat lain, seperti alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya.

a)   Tanda dan gejala pengguna awal adalah sebagai berikut:

·  Mengalami euforia yang tinggi.

·  Mengalami peningkatan penglihatan, pendengaran, dan persepsi rasa.

·  Mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.

·  Mengalami mata merah.

·  Mengalami mulut kering.

·  Mengalami penurunan koordinasi.

·  Kesulitan berkonsentrasi atau mengingat.

·  Mengalami pengingkatan nafsu makan.

·  Mengalami pemikiran yang paranoid.

 

b)   Tanda dan gejala penggunaan jangka panjang, seperti berikut ini:

·  Penurunan ketajaman mental.

·  Penurunan kinerja di sekolah atau kerja.

·  Mengalami penurunan jumlah teman dan kepentingan.

 

2)   Obat yang mengandung ganja sintetis dan substituen katinona

a)   Tanda dan gejala pengguna awal ganja sintetis seperti berikut.

·  Mengalami peningkatan euforia.

·  Merasa rileks.

·  Perubahan penglihatan dan persepsi pendengaran dan rasa.

·  Mengalami kecemasan yang berlebihan.

·  Mengalami paranoid.

·  Mengalami halusinasi.

·  Mengalami peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

·  Muntah.

·  Mengalami kebingungan.

b)   Substituen katinona adalah zat psikoaktif yang mirip dengan amfetamin seperti ekstasi dan kokain. Tanda dan gejala pengguna awal adalah seperti di bawah ini:

·  Terjadi peningkatan semangat atau euforia.

·  Mengalami pengingkatan energi.

·  Mengalami peningkatan keinginan seks.

·  Mengalami peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

·  Mengalami nyeri dada.

·  Mengalami paranoid.

·  Mengalami serangan panik.

·  Mengalami halusinasi.

·  Mengigau.

·  Mengalami perilaku psikotik dan menjadi keras.

 

3)   Obat yang mengandung barbiturat dan benzodiazepam

Barbiturat dan benzodiazepam pada umumnya digunakan oleh dokter untuk mengatasi depresi pada sistem saraf pusat. Dua golongan obat ini sering digunakan dan disalahgunakan untuk mendapatkan sensasi relaksasi atau keinginan untuk melupakan sejenak beban pikiran atau stress. Contoh obat yang termasuk golongan barbiturat adalah phenobarbital. Contoh obat yang termasuk benzodiazepin seperti diazepam, alprazolam, lorazepam, clonazepam, dan chlordiazepoxide.

Tanda dan gejala pengguna awal kedua golongan obat tersebut adalah sebagai berikut:

·  Mudah mengantuk.

·  Berbicara cadel.

·  Kurang koordinasi.

·  Mengalami euforia atau perasaan nyaman berlebihan.

·  Mengalami kesulitan untu berkonsentrasi atau berpikir.

·  Mengalami masalah pada memori.

·  Mata bergerak-gerak dengan sengaja.

·  Mengalami kesulitan nafas dan penurunan tekanan darah.

·  Mengalami pusing.

·  Mengalami depresi.

 

4)   Methamphetamine dan kokain

Kedua golongan ini digunakan dan disalahgunakan untuk meningkatkan energi, untuk meningkatkan kinerja di tempat kerja atau sekolah, atau menurunkan berat badan atau mengontrol nafsu makan.

Tanda dan gejala pengguna awal adalah seperti di bawah ini:

·  Perasaan gembira dan percaya diri yang berlebihan.

·  Peningkatan kewaspadaan.

·  Peningkatan energi dan kegelisahan.

·  Mengalami perubahan perilaku.

·  Berbicara menjadi cepat atau bertele-tele.

·  Mengalami delusi dan halusinasi.

·  Mengalami perubahan suasana hati atau lekas marah.

·  Perubahan denyut jantung dan tekanan darah.

·  Mengalami mual atau muntah yang diikuti dengan penurunan berat.

·  Mengalami masalah pada pemahaman.

·  Mengalami hidung tersumbat dan kerusakan pada selaput lendir hidung (jika menggunakan narkoba yang dihisap).

·  Mengalami kesulitan tidur.

·  Mengalami paranoid.

·  Mengalami depresi jika kadar obat dalam tubuh hilang

 

5)   Inhalasi

Tanda dan penggunaan inhalasi bervariasi dan tergantung pada kandungan obat yang dihirup. Beberapa zat atau obat yang dihirup adalah zat yang berada pada lem, pengencer cat, bensin, dan cairan pembersih. Karena zat-zat ini memiliki sifat beracun maka pengguna dapat mengalami kerusakan otak.

Tanda dan gejala yang terjadi pada pengguna awal adalah sebagai berikut:

·  Menggunakan zat inhalan tanpa alasan yang jelas.

·  Mengalami euforia sesaat.

·  Mengalami pusing.

·  Mengalami mual atau muntah.

·  Mengalami gerakan mata yang acak.

·  Mengalami detak jantung yang tidak teratur.

·  Mengalami tremor.

·  Mengalami ruam di sekitar hidung dan mulut.

·  Bicara menjadi cadel, gerakan lambat, dan memiliki koordinasi yang buruk

 

d.    Penyebab ketergantungan obat/narkoba

Terjadinya ketergantungan narkoba dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti berikut ini.

1)      Faktor lingkungan

Faktor dari lingkungan yang dapat memengaruhi adalah seperti kondisi keluarga, perilaku, dan bergaul dengan orang yang menggunakan narkoba. Faktor tersebut merupakan faktor utama pengguna awal narkoba.

2)      Faktor genetika

Faktor keturunan memiliki peran membantu terjadinya kecanduan narkoba. Faktor keturunan dapat menyebabkan penundaan atau mempercepat perkembangan penyakit.

3)      Perubahan pada otak

Kecanduan pada umumnya terjadi setelah penggunaan berulang obat. Obat adiktif dapat menyebabkan perubahan fisik untuk beberapa sel saraf (neuron) di otak. Perubahan otak karena dampak penggunaan obat tidak dapat kembali normal bahkan setelah penghentian penggunaan obat.

 

e.    Faktor risiko terjadinya ketergantungan obat/narkoba

Semua orang dari segala usia, jenis kelamin, atau status ekonomi dapat mengalami ketergantungan narkoba. Namun terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kemungkinan dan mempercepat terjadinya ketergantungan.

1)      Memiliki riwayat keluarga yang ketergantungan narkoba. Memiliki hubungan darah seperti orang tua atau saudara yang kecanduan pada alkohol atau narkoba maka seseorang memiliki risiko lebih besar mengalami kecanduan pada narkoba.

2)      Faktor jenis kelamin. Pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kecanduan narkoba dari pada wanita. Namun perkembangan terjadinya ketergantungan lebih cepat terjadi pada wanita.

3)      Memiliki gangguan kesehatan pada mental. Memiliki gangguan kese- hatan mental seperti depresi atau gangguan stress pasca trauma maka dapat meningkatkan risiko terjadinya ketergantungan pada narkoba.

4)      Pengaruh dari teman-teman yang mengalami kecanduan narkoba dapat meningkatkan terjadinya ketergantungan obat/narkoba.

5)      Situasi keluarga yang tidak harmonis atau kurangnya hubungan dengan orang tua atau saudara kandung dapat meningkatkan risiko terjadinya kecanduan narkoba.

6)      Terjadinya kecemasan, depresi, dan kesepian dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya ketergantungan pada narkoba.

7)      Penggunaan obat yang menyebabkan ketergantungan seperti penggunaan stimulan, kokain, atau obat penghilang rasa sakit dapat mengakibatkan lebih cepat terjadinya ketergantungan pada narkoba.

 

f.      Dampak kecanduan narkoba

Penggunaan narkoba dapat menyebabkan dampak kerusakan pada kehidupan sosial dan kesehatan, seperti berikut ini:

1)      Seseorang yang mengalami kecanduan narkoba memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit menular seperti HIV/AIDS melalui hubungan seks yang tidak aman atau penggunaan bersama jarum.

2)      Kecanduan narkoba dapat menyebabkan masalah kesehatan untuk jangka pendek atau panjang. Hal ini tergantung pada jenis obat yang dikonsumsi.

3)      Kecanduan narkoba dapat menyebabkan seseorang terdorong untuk melakukan kegiatan yang berbahaya ketika berada di bawah pengaruh narkoba.

4)      Kecanduan narkoba dapat meningkatkan keinginan untuk bunuh diri.

5)      Perubahan perilaku karena kecanduan narkoba dapat menyebabkan terjadinya masalah perkawinan atau perselisihan keluarga.

6)      Penurunan kinerja di tempat kerja karena efek dari kecanduan narkoba dapat menyebabkan terjadinya masalah kerja bahkan kehilangan pekerjaan.

7)      Penggunaan narkoba dapat berdampak negatif pada kemampuan akademik di sekolah.

8)      Memiliki obat-obatan terlarang tanpa resep dokter dapat menyebabkan terjadinya masalah hukum.

9)      Seseorang yang mengalami ketergantungan narkoba dapat meng-gunakan semua uangnya untuk membeli narkoba sehingga keter-gantungan narkoba juga dapat menjadi pemicu masalah keuangan.

g.    Narkoba hanya memberi dampak buruk dan kehancuran. Hindari narkoba untuk kehidupan yang lebih baik.

Sumber: www.mayoclinic.org, www.vivahealth.co.id

 

 

Langkah Kedua: Mencermati Penyakit HIV/AIDS

1.    Peserta didik berdiskusi dalam kelompok kecil tentang penyakit HIV/AIDS dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: (bila memungkinkan peserta didik dapat menggunakan gadget untuk mencari informasi tentang penyakit HIV/AIDS).

a.    Mengapa narkoba selalu dikaitkan dengan HIV/AIDS?

b.    Apakah yang dimaksud dengan HIV?

c.     Apa arti dari AIDS?

d.    Bagaimana proses penularan HIV/AIDS?

e.    Apa gejala orang yang terinfeksi HIV/AIDS?

 

2.    Peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompok masing-masing dan peserta lainnya dapat memberikan tanggapan.

 

3.    Setelah peserta didik melaporkan hasil diskusinya, guru memberikan penjelasan tentang penyakit HIV/AIDS sebagai peneguhan.

 

Narkoba dan HIV/AIDS

Pecandu narkoba mempunyai kemungkinan yang sangat besar untuk terjangkit HIV/AIDS. Dikatakan bahwa lima juta pemakai narkoba di dunia pada saat ini, tiga juta di antaranya positif menderita HIV/AIDS. Sekitar 95% pemakai narkoba menggunakan suntikan yang menyebabkan mereka rentan terhadap infeksi HIV/AIDS. Belum lagi melalui hubungan seksual, sebab pemakai narkoba kadangkala atau bahkan sering kali mempraktikkan hubungan seks bebas. Selain itu, pemakai narkoba wanita juga terkadang terpaksa menjadi wanita tunasusila demi uang untuk membeli narkoba.

a.    Arti HIV/AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome.Acquired artinya didapat. Immune artinya kekebalan tubuh. Syndrome artinya kumpulan gejala penyakit. Jadi, AIDS dapat disimpulkan sebagai kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh.

Menurunnya kekebalan tubuh ini disebabkan oleh virus yang disebut HIV. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini secara pelan-pelan mengurangi kekebalan tubuh manusia.

Infeksi pada kekebalan tubuh terjadi bila virus tersebut masuk ke dalam sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus masuk ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembang biak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menyebabkan infeksi pada limfosit lainnya dan kemudian menghacurkannya. Virus ini menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut sebagai CD4 yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sebagai CD4+ atau limfosit penolong. Limfosit penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan, yang semuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.

Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit, yaitu limfosit penolong, dan itu menyebabkan sistem dalam tubuh untuk melindungi dirinya terhadap infeksi kanker menjadi lemah. Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan sering kali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi opportunistik pada AIDS. Karena pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus akan menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam organisme dan sasaran baru yang harus diserang.

 

b.    Penularan HIV/AIDS

Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang mengandung sel terinfeksi atau partikel virus. Yang dimaksud dengan cairan tubuh di sini adalah darah, semen, cairan vagina, cairan serebrospinal, dan air susu ibu. Dalam konsentrasi yang lebih kecil, virus juga terdapat di dalam air mata, air kemih, dan air ludah.

HIV ditularkan melalui cara-cara berikut:

1)      Hubungan seksual dengan penderita, di mana selaput lendir mulut, vagina, atau rektum berhubungan langsung dengan cairan tubuh yang terkontaminasi.

2)      Suntikan atau infus darah yang terkontaminasi, seperti yang terjadi pada transfusi darah, pemakaian jarum bersama-sama, atau tidak sengaja tergores oleh jarum yang terkontaminasi virus HIV.

3)      Pemindahan virus dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya sebelum atau selama proses kelahiran atau melalui ASI. Kemungkinan terinfeksi oleh HIV meningkat jika kulit atau selaput lendir robek atau rusak, seperti yang dapat terjadi pada hubungan seksual yang kasar, baik melalui vagina maupun melalui anus.

4)      Penelitian menunjukkan kemungkinan penularan HIV sangat tinggi pada pasangan seksual yang menderita herpes, sifilis, atau penyakit kelamin yang menular lainnya, yang mengakibatkan kerusakan pada permukaan kulit.

5)      Penularan HIV juga dapat terjadi pada oral seks (hubungan seksual melalui mulut), walaupun lebih jarang.

6)      Virus HIV pada penderita wanita yang sedang hamil dapat ditularkan kepada janinnya pada awal kehamilan (melalui plasenta) atau pada saat persalinan (melalui jalan lahir). Anak-anak yang sedang disusui oleh ibu yang terinfeksi HIV juga dapat tertular melalui ASI dari ibunya.

c.     Gejala infeksi HIV/AIDS

1)        Beberapa penderita menampakkan gejala yang menyerupai mono-nukleosis infeksiosa dalam waktu beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejalanya berupa demam, ruam-ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan rasa tidak enak badan yang berlangsung selama 3–14 hari. Sebagian besar gejala akan menghilang, meskipun kelenjar getah bening tetap membesar. Selama beberapa tahun, gejala lainnya tidak muncul. Tetapi sejumlah besar virus segera akan ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya, sehingga penderita dapat menularkan penyakitnya.

2)        Dalam waktu beberapa bulan setelah terinfeksi, penderita dapat mengalami gejala-gejala yang ringan secara berulang yang belum benar-benar menunjukkan suatu AIDS. Penderita dapat menunjukkan gejala-gejala infeksi HIV dalam waktu beberapa tahun sebelum terjadinya infeksi atau tumor yang khas untuk AIDS. Gejalanya berupa: pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, demam yang hilang-timbul, perasaan tidak enak badan, lelah, diare berulang, anemia, thrush (infeksi jamur di mulut).

 

Langkah Ketiga: Mendalami Ajaran Kristiani Dalam Hubungan Dengan Narkoba Dan HIV/ AIDS

1.    Ajaran Kitab Suci

Bacalah dan simaklah 1Korintus 3:16–17!

16Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?

17Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.

 

2.    Diskusi kelompok dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1)     Apa yang diajarkan rasul Paulus dalam 1Korintus 3:16–17?

2)     Apa maksud ajaran tersebut?

3)     Jika diri kita adalah bait Allah, apa implikasinya dalam hidup kita sebagai murid Yesus?

4)     Mengapa jika kita terlibat narkoba yang dapat menyebabkan HIV/AIDS, sebenarnya kita mencemarkan bait Allah?

5)     Apa usaha negara kita untuk menangani narkoba dan HIV/AIDS?

6)     Apa usaha kita (Gereja) untuk menangani narkoba dan HIV/AIDS?

7)     Bagaimana sebaiknya sikap kita terhadap mereka yang sudah terlibat dengan narkoba dan HIV/AIDS?

 

3.    Peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya dan peserta lain dapat menanggapinya.

 

4.    Guru memberi pejelasan sebagai peneguhan. Misalnya dengan contoh di bawah ini.

a.    Santo Paulus menghimbau orang beriman untuk menghormati dirinya sebagai bait Allah. Dengan pernyataan atau penegasan Santo Paulus di tersebut, semakin jelas bahwa diri kita adalah bait Allah. Itu berarti, kekacauan yang terjadi di dalam diri kita juga berarti kekacauan pada bait Allah. Karena itu, mengkonsumsi narkoba berarti awal dari usaha merusak bait Allah. Begitu juga kalau pergaulan bebas yang mengarah pada seks bebas akan rentan terhadap HIV/AIDS, juga akan merusak bait Allah.

b.    Bila Narkoba, HIV/AIDS telah merusak manusia, maka manusia sulit untuk menggerakkan akal budi, hati, dan perilakunya menurut kehendak Allah. Itulah ciri perusakan terhadap bait Allah.

c.     Di dalam tubuh yang rusak itulah Roh Allah akan sulit menemukan kedamaian, ketenangan karena selalu dihantui oleh ketakutan dan diisolasi. Karena itu, sebagai sarana keselamatan, Gereja Katolik selalu berupaya untuk mengingatkan warganya agar hati-hati, waspada, dan menghindari kemungkinan terlibat dalam kegiatan mengkonsumsi narkoba (atau menjadi distributor, produsen), menghindari seks bebas supaya tidak terinfeksi virus HIV. Narkoba, AIDS adalah penyakit yang sulit disembuhkan di samping membutuhkan biaya yang sangat besar.

 

d.    Peran Gereja untuk menganggulangi narkoba dan HIV/AIDS

Peran Gereja Katolik dalam menangani masalah penyalahgunaan narkoba dan masalah HIV/AIDS antara lain sebagai berikut:

1)      Karena masalah narkoba/napza bukan soal kerentanan pribadi, tetapi juga merupakan masalah politis dan ekonomis, maka Gereja Katolik menyatakan kutukan terhadap kejahatan pribadi dan sosial yang menyebabkan dan menguntungkan bagi penyalahgunaan narkoba/ napza.

2)      Memperkuat kesaksian Injil dari orang-orang beriman yang mengabdikan dirinya kepada pengobatan pemakai narkoba menurut contoh Yesus Kristus, yang tidak datang untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan hidupnya (lih. Mat. 20:28; Fil. 2:7). Konkretnya, memberdayakan setiap orang dengan cara di bawah ini.

3)      Memberikan pendidikan nilai/moral bagi orang-orang, keluarga- keluarga, dan komunitas-komunitas, melalui prinsip-prinsip adikodrati untuk mencapai kemanusiaan yang utuh dan penuh (menyeluruh dan total).

4)      Memberikan informasi yang baik dan benar tentang narkoba kepada komunitas-komunitas, orang tua, anak-anak remaja, dan masyarakat.

5)      Membantu orang tua meningkatkan keterampilan untuk membangun kekeluargaan yang kuat.

6)      Membantu orang tua melakukan strategi pencegahan penggunaan obat terlarang di rumah dengan memberi contoh yang baik dan sehat, meningkatkan peran pengawasan dan mengajari cara menolak penawaran obat terlarang oleh orang lain.

7)      Menyatakan cinta kasih ke-bapa-an Allah yang diarahkan kepada keselamatan setiap pengguna narkoba dan para penderita HIV/AIDS, melalui cinta yang mengatasi rasa bersalah. “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit (Mat. 9:12; Luk. 15:11–32).

8)      Melakukan tindakan pengobatan dan rehabilitasi, antara lain dengan cara: menggalang kerja sama di antara komunitas-komunitas yang menyelenggarakan pengobatan atau rehabilitasi dan menambah lembaga- lembaga yang mengelola pencegahan penyalahgunaan narkoba dan penularan HIV/AIDS.

9)      Memutuskan mata rantai permintaan atau distribusi narkoba dengan cara memperkuat pertahanan keluarga dan pembinaan remaja di tingkat lingkungan, wilayah, dan paroki.

 

e.    Hal-hal yang perlu dilakukan oleh setiap orang untuk membantu orang lain yang kecanduan narkoba atau menderita HIV/AIDS.

1)      Kita memandang mereka sebagai sahabat, karena itu tidak menjauhi atau menolak mereka yang kecanduan narkoba atau terinfeksi HIV/AIDS, karena mereka adalah manusia yang paling kesepian di dunia ini.

2)      Berilah mereka peneguhan bahwa mereka dapat mengatasi persoalannya.

3)      Mereka sendiri harus bangkit untuk memulai hidup baru. Singkatnya, jadilah sahabat dan pendamping mereka. Dengarkanlah keluhan para pecandu narkoba dan pengidap HIV/AIDS.

 

Langkah Keempat: Menghayati Gaya Hidup Sehat Sesuai Ajaran Iman Dan Moral Katolik

1.    Refleksi

Peserta didik menuliskan sebuah refleksi tentang mengembangkan gaya hidup sehat dengan inspirasi pada 1Kor 3:16–17, atau pesan lain dari Alkitab, yang sesuai dengan tema ini. Refleksi dapat dibuat dalam bentuk feature, puisi, atau doa.

2.    Aksi

Peserta didik memasang tulisan refleksinya di majalah dinding sekolah atau menayangkan di media sosial sekolah (Website, Facebook, Twitter, Line, Instagram, dan lain-lain).

 

 

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Bapa yang Maharahim,

kami telah Engkau suguhi pengetahuan tentang menghargai kehidupan. Semoga dengan teladan Yesus Putera-Mu yang selalu menjunjung tinggi nilai cinta kasih dan kehidupan manusia, kami pun sanggup

dan mampu mengikuti-Nya dan menubuatkannya dalam tindakan dan perbuatan kami terhadap sesama.

Karena Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bapa Kami yang ada di surga...

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

 

Rangkuman

1.    Santo Paulus menghimbau orang beriman untuk menghormati dirinya sebagai bait Allah. Dengan pernyataan atau penegasan Santo Paulus tersebut, semakin jelas bahwa diri kita adalah bait Allah. Itu berarti, kekacauan yang terjadi di dalam diri kita juga berarti kekacauan pada bait Allah. Karena itu, mengonsumsi narkoba berarti awal dari usaha merusak bait Allah. Begitu juga kalau pergaulan bebas yang mengarah pada seks bebas akan rentan terhadap HIV/AIDS, juga akan merusak bait Allah.

2.    Bila narkoba, HIV/AIDS telah merusak manusia, maka manusia sulit untuk menggerakkan akal budi, hati, dan perilakunya menurut kehendak Allah. Itulah ciri perusakan terhadap bait Allah. Di dalam tubuh yang rusak itulah Roh Allah akan sulit menemukan kedamaian, ketenangan karena selalu dihantui oleh ketakutan dan diisolasi. Karena itu, sebagai sarana keselamatan, Gereja Katolik selalu berupaya untuk mengingatkan warganya agar hati- hati, waspada, dan menghindari kemungkinan terlibat dalam kegiatan mengonsumsi narkoba (atau menjadi distributor, produsen), menghindari seks bebas supaya tidak terinfeksi virus HIV. Narkoba, HIV/AIDS adalah penyakit yang sulit disembuhkan di samping membutuhkan biaya yang sangat besar.

3.    Peran Gereja untuk menanggulangi narkoba dan HIV/AIDS. Peran Gereja Katolik dalam menangani masalah penyalahgunaan narkoba dan masalah HIV/AIDS antara lain seperti di bawah ini.

4.    Karena masalah narkoba/napza bukan soal kerentanan pribadi, tetapi juga merupakan masalah politis dan ekonomis, maka Gereja Katolik menyatakan kutukan terhadap kejahatan pribadi dan sosial yang menyebabkan dan menguntungkan bagi penyalahgunaan narkoba/napza.

5.    Memperkuat kesaksian Injil dari orang-orang beriman yang mengabdikan dirinya kepada pengobatan pemakai narkoba menurut contoh Yesus Kristus, yang tidak datang untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan hidupnya (lih. Mat. 20:28; Fil. 2:7). Konkretnya, memberdayakan setiap orang dengan berbagai cara berikut ini.

a.    Memberikan pendidikan nilai/moral bagi orang-orang, keluarga- keluarga, dan komunitas-komunitas, melalui prinsip-prinsip adikodrati untuk mencapai kemanusiaan yang utuh dan penuh (menyeluruh dan total).

b.    Memberikan informasi yang baik dan benar tentang narkoba kepada komunitas-komunitas, orang tua, anak-anak remaja, dan masyarakat.

c.     Membantu orang tua meningkatkan keterampilan untuk membangun kekeluargaan yang kuat.

d.    Membantu orang tua melakukan strategi pencegahan penggunaan obat terlarang di rumah dengan memberi contoh yang baik dan sehat, meningkatkan peran pengawasan dan mengajari cara menolak penawaran obat terlarang oleh orang lain.

e.    Menyatakan cinta kasih ke-bapa-an Allah yang diarahkan kepada keselamatan setiap pengguna narkoba dan para penderita HIV/AIDS, melalui cinta yang mengatasi rasa bersalah. “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit (Mat. 9:12; Luk 15:11–32).

f.      Melakukan tindakan pengobatan dan rehabilitasi, antara lain dengan cara: menggalang kerja sama di antara komunitas-komunitas yang menyelenggarakan         pengobatan atau rehabilitasi dan menambah lembaga-lembaga yang mengelola pencegahan penyalahgunaan narkoba dan penularan HIV/AIDS.

g.    Memutuskan mata rantai permintaan atau distribusi narkoba dengan cara memperkuat pertahanan keluarga dan pembinaan remaja di tingkat lingkungan, wilayah, dan paroki.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar