MAGISTERUM GEREJA
Doa Pembuka
Ya Tuhan Allah kami, kami pada
saat ini akan memulai proses pembelajaran. Utuslahlah Roh Kudus-Mu agar
menyertai kami dalam belajar, sehingga kami dapat memahami pelajaran dengan
baik. Pada saat ini kami akan belajar tentang Magisterium Gereja sebagai salah
satu sumber untuk mengenal Yesus. Semoga dengan proses pembelajaran ini iman
kami akan semakin dikuatkan, sehingga kami akan semakin mengenal Yesus dan
menjadikanNya sebagai teladan hidup kami. Semua doa ini kami panjatkan kepadaMu
dengan Perantaraan Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.
Langkah Pertama: Menggali Pengalaman Hidup Sehari-hari tentang
Dewan Adat Raja Ampat dalam Menjaga Keindahan Alam
1. Guru
mengajak peserta didik untuk membaca atau menyimak cerita tentang Dewan Adat
Raja Ampat yang mengajari agar wisatawan ikut memelihara keindahan alam, dalam
artikel berikut:
Dewan
Adat: Wisatawan Raja Ampat Harus Diajari
Menjaga
Keindahan Alam
Editor: Reni Susanti
SORONG,
KOMPAS.com - Dewan Adat Suku Maya di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua
Barat, mengeluarkan peraturan adat untuk melindungi ekosistem laut dan menjaga
kelestarian hutan setempat.
Ketua
Dewan Adat Suku Maya Raja Ampat Kristian Thebu mengatakan, musyawarah adat akan
membahas peraturan tersebut pekan depan. “Selanjutnya akan disampaikan ke Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),” ujarnya Senin (11/9/2017).
Thebu
menjelaskan, peraturan adat antara lain melarang perusakan terumbu karang,
penangkapan ikan secara sembarangan.
Peraturan
adat ini juga mencakup pelarangan warga, instansi pemerintah maupun perusahaan
menebang kayu dan membawanya keluar dari hutan Raja Ampat. (Baca juga: Belajar
dari Kasus di Raja Ampat, Pemerintah Akan Perketat Keluar-Masuk Kapal Pesiar)
“Intinya
peraturan adat ini untuk melestarikan Raja Ampat karena meskipun sudah ada
peraturan yang dibuat pemerintah, tetapi selama ini banyak masyarakat maupun
wisatawan yang beraktivitas tidak menjaga kelestarian alam, terutama terumbu
karang,” tuturnya.
Ia
mengatakan, menjaga dan melestarikan keindahan alam Raja Ampat bukan hanya
tanggung jawab pemerintah dan lembaga konservasi, tetapi semua pihak termasuk
dewan adat dan juga wisatawan.
“Wisatawan
baik warga Indonesia maupun warga asing yang masuk ke Raja Ampat harus diajari
menjaga keindahan alam terutama terumbu karang agar pariwisata daerah itu
berkelanjutan,” katanya.
Sumber:https://regional.kompas.com/read/2017/09/11/07375961/dewan-adat-
wisatawan-raja-ampat-harus-diajari-menjaga-keindahan-alam.
2. Guru
meminta peserta didik memahami artikel melalui bantuan pertanyaan berikut:
a. Bagaimana
kesan kalian ketika membaca artikel di atas?
b. Bagaimana
komitmen Dewan Adat terhadap lingkungan?
c. Bagaimana
tanggapan masyarakat setempat peraturan yang dikeluarkanDewan Adat?
d. Nilai-nilai
apa yang dapat kalian ambil dari kisah di atas?
3. Catatlah
semua informasi yang diperoleh dalam buku catatan. Kemudian carilah informasi
melalui studi pustaka atau browsing di internet tentang contoh tradisi yang ada
di daerahmu masing-masing dan tuliskan pesan yang hendak disampaikan melalui
tradisi tersebut dan sharingkan informasi yang kalian diperoleh.
Langkah Kedua: Mendalami Kitab Suci dan Ajaran Gereja Berkaitan
dengan Magisterium Gereja
1. Guru
membagi peserta didik ke dalam 4 kelompok untuk mendalami Kitab Suci dan
Katekismus Gereja Katolik berkaitan Magisterium Gereja.
a. Kelompok
1, mendalami teks Kitab Suci Luk 6:12−16 dan KGK 85
1) Luk
6:12−16
12Pada
waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa
kepada Allah.
13Ketika
hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara
mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:
14Simon
yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan
Yohanes, Filipus dan Bartolomeus,
15Matius
dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot,
16Yudas
anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.
2) Katekismus
Gereja Katolik 85
“Adapun tugas
menafsirkan secara otentik Sabda
Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang
Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus
Kristus” (DV 10).
b. Kelompok 2,
mendalami teks Kitab
Suci Yoh 21:15−19
dan KGK 87
1) Yoh
21:15−19
15Sesudah
sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar
Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya:
“Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
16Kata Yesus
pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”
Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
17Kata
Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga
kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau
tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya:
“Gembalakanlah domba-domba-Ku.
18Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat
pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika
engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan
mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”
19Dan
hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan
memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus:
“Ikutlah Aku”
2) Katekismus
Gereja Katolik 87
Kaum
beriman mengenangkan perkataan Kristus kepada para Rasul: “Barang siapa
mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku” (Luk 10:16) dan menerima dengan rela
ajaran dan petunjuk yang diberikan para gembala kepada mereka dalam berbagai
macam bentuk.
c. Kelompok 3,
mendalami teks Kitab
Suci Yoh 20:21−24 dan KGK 88
1) Yoh
20:21−24
21Maka
kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus
Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
22Dan sesudah
berkata demikian, Ia
mengembusi mereka dan
berkata: “Terimalah Roh Kudus.
23Jikalau
kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa
orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
24Tetapi
Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada
bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.
2) Katekismus
Gereja Katolik 88
Wewenang
Mengajar Gereja menggunakan secara penuh otoritas yang diterimanya dari
Kristus, apabila ia mendefinisikan dogma-dogma, artinya apabila dalam satu
bentuk yang mewajibkan umat Kristen dalam iman dan yang tidak dapat ditarik
kembali, ia mengajukan kebenaran-kebenaran yang tercantum di dalam wahyu ilahi
atau secara mutlak berhubungan dengan kebenaran-kebenaran demikian.
d. Kelompok
4, mendalami teks Kitab Suci Mat 16:13−20 dan KGK 100
1) Mat
16:13−20
13Setelah
Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata
orang, siapakah Anak Manusia itu?”
14Jawab
mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia
dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”
15Lalu
Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
16Maka
jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”
17Kata
Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang
menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
18Dan
Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku
akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
19Kepadamu
akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat
di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
20Lalu
Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun
bahwa Ia Mesias.
2) Katekismus
Gereja Katolik 100
Tugas
untuk menjelaskan Sabda Allah secara mengikat, hanya di serahkan kepada
Wewenang Mengajar Gereja, kepada Paus dan kepada para Uskup yang bersatu
dengannya dalam satu paguyuban.
2. Guru
meminta peserta didik mendiskusikan dalam kelompok berdasarkan Kisah Para Rasul
dan Katekismus Gereja Katolik di atas dengan bantuan pertanyaan sebagai
berikut:
a. Pertanyaan
untuk Kelompok 1
1) Untuk
apa para murid dipanggil?
2) Apa
dampak panggilan itu bagi para murid?
3) Apa pesan
yang hendak disampaikan
dari Katekismus Gereja Katolik artikel 85 di atas?
b. Pertanyaan
untuk Kelompok 2
1) Apa
tugas yang diberikan kepada Petrus ?
2) Apa
artinya “Gembalakanlah domba-domba-Ku?
3) Bagaimana
hal itu terwujud dalam Gereja Katolik dewasa ini?
4) Apa pesan
yang hendak disampaikan
dari Katekismus Gereja Katolik artikel 87 di atas?
c. Pertanyaan
untuk Kelompok 3
1) Kuasa
apa yang diberikan Yesus kepada para Rasul?
2) Bagaimana
kuasa itu diwujudkan dalam Gereja Katolik dewasa ini?
3) Apa pesan
yang hendak disampaikan
dari Katekismus Gereja Katolik artikel 88?
d. Pertanyaan
untuk Kelompok 4
1) Kuasa
apa yang diberikan Yesus kepada Petrus?
2) Bagaimana
kuasa itu diwujudkan dalam Gereja Katolik dewasa ini?
3) Apa pesan
yang hendak disampaikan
dari Katekismus Gereja Katolik artikel 100?
3. Guru memberi
kesempatan tiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya di depan kelas secara bergantian. Sementara itu, kelompok
lain dapat menangggapi.
4. Untuk
Dipahami:
a. Dalam
hal menjaga kelestarian lingkungan hidup, sebenarnya sejak zaman dahulu nenek
moyang kita telah melakukan pelestarian lingkungan dan diturunkan sampai
sekarang dari generasi ke generasi. Sejak dahulu, nenek moyang kita
telah menurunkan pengetahuan,
keyakinan, pemahaman atau wawasan
serta adat kebiasaan atau etika yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu
tempat atau daerah yang biasanya diturunkan dari generasi ke generasi. Demikian
pula dengan Dewan Adat di Raja Ampat berkaitan dengan tugas dan wewenangnya
dalam menjaga lingkungan hidup. Lembaga ini mengeluarkan peraturan terkait
dengan kelestarian alam yang harus ditaati oleh warga, instansi pemerintah
maupun perusahaan penebangan kayu, bahkan oleh wisatawan juga.
b. Dalam
beradaptasi dengan lingkungan, masyarakat memperoleh dan mengembangkan suatu
kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, norma adat, nilai budaya,
aktivitas, dan peralatan sebagai hasil abstraksi mengelola lingkungan.
Seringkali pengetahuan mereka tentang lingkungan setempat dijadikan pedoman yang
akurat dalam mengembangkan kehidupan di lingkungan.
c. Berkaitan
dengan wewenang dan kuasa mengajar, dalam Gereja Katolik dikenal istilah
Magisterium Gereja. Magisterium berasal dari bahasa Latin yaitu magister yang
artinya guru, yang juga bermakna luas yang bisa berarti presiden, kepala,
direktur, dan sebagainya, dan juga dalam makna yang sempit berarti seorang
pengajar atau pembimbing kaum muda. Magisterium yang merupakan kata benda
merujuk pada jabatan seorang magister.
d. Dalam
istilah sederhana, Magisterium adalah jabatan ajaran resmi Gereja, dalam arti
peran atau otoritas, bukan sebagai pusat birokratis. Magisterium di dalamnya
terdiri dari paus dan para uskup yang bersekutu dengannya. Mereka diberikan
tugas untuk menafsirkan Kitab Suci dan membuat penilaian mengenai “tradisi”
dalam Gereja, dan membuat pernyataan resmi mengenai otentisitas tradisi-tradisi
tersebut.
e. Magisterium
Gereja dalam Kitab Suci
1) Yesus
sengaja mengambil waktu khusus untuk berdoa. Dia memohon bimbingan Allah untuk
memilih dua belas rasul dari begitu banyak pengikut-Nya. Orang-orang inilah
yang kelak akan diutus-Nya untuk sebuah tugas khusus. Dalam doa, yang menjadi
pusat adalah Allah. Yesus menyerahkan diri pada kehendak Bapa (Luk. 6:12–16).
2) Tuhan
Yesus sudah menetapkan bahwa Injil harus diberitakan kepada semua suku bangsa
di dunia dan jumlah orang yang diselamatkan harus penuh sebelum Tuhan datang
kembali di Yerusalem. Karena itu, sebagai pengikut Kristus kita harus terus
memberitakan Injil dengan berani dan dengan dipimpin oleh Roh Kudus (Mat.
28:18-20).
3) Yesus
menyebut diri-Nya sebagai yang diutus oleh Bapa. Demikian juga sebaiknya setiap
orang yang diutus oleh Yesus mempunyai dan mengetengahkan identitas bagi
dirinya sebagai orang yang diutus oleh Yesus. Tujuan utama dari pengutusan Yesus,
yaitu “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal”, merupakan tema utama dari mereka yang diutus oleh
Yesus (Yoh. 20:21-23).
4) Setiap
orang yang terlibat dalam suatu pelayanan rohani, diberikan karunia oleh Tuhan
Allah untuk memperlengkapi diri di saat melaksanakan tugas perutusan maupun
tugas pelayanan (1Kor. 12:28-31).
f.
Jemaat Perdana setia pada “Ajaran para rasul” (Kis. 2: 42). Karena
mereka telah menjadi Kristiani (para pengikut Kristus) dengan menerima sabda
Yesus Kristus, maka suatu hidup Kristiani harus senantiasa diperdalam dengan
pemberitaan Injil secara berkesinambungan. “Iman timbul dari pendengaran, dan
pendengaran oleh firman Kristus” (Rm. 10:17). Dengan penuh kerendahan hati
mereka menerima dan mengakui bahwa keselamatan telah terwujud melalui kematian
dan kebangkitan Kristus. Iman akan Kristus yang bangkit memungkinkan jemaat ini
menjadi tanda yang menarik banyak orang, seperti ditulis oleh Lukas. “… mereka
disukai semua orang” (Kis. 2:47).
g. Ciri
khas dari jemaat perdana ini bertekun. Pertama: bertekun dalam pengajaran.
Bertekun artinya rajin, giat, bersungguh-sungguh, dan disiplin bukan diselipin
(artinya, kalau ada waktu baru dilakukan). Ketekunan mereka karena ada
kerinduan untuk selalu belajar atau diajar oleh para Rasul. Inilah salah satu
ciri jemaat perdana yang ideal yatu mereka adalah jemaat yang selalu rindu
untuk belajar, tidak hanya datang beribadah.
h. Magisterium
(Lat: :Tugas mengajar”). Tugas untuk mengajarkan Injil secara berwibawa atas
nama Yesus Kristus. Orang Katolik percaya bahwa kuasa mengaja ini dimiliki oleh
seluruh dewan uskup (sebagai pengganti dewan para rasuli) dan masing-masing
uskup dalam kesatuan dengan Uskup Roma (Paus).
i.
Katekismus Gereja Katolik 85 menegaskan bahwa “Adapun tugas
menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu,
dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang
kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus” (DV 10).
j.
“Adapun tugas menafsirkan
secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan (Tradisi) itu,
dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang
kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus” Hal ini berarti bahwa tugas
menafsirkan telah dipercayakan kepada para uskup dalam persatuan dengan penerus
Petrus, Uskup Roma (KGK 85). Tugas ini diberikan Yesus Kristus kepada para
rasul dan kepada St. Petrus, dan bisa kita lihat dalam Perjanjian Baru,
terutama dalam Kisah Para Rasul ketika terjadi perselisihan mengenai penerimaan
mereka yang bukan orang Yahudi.
k. Dalam
KGK 891 dinyatakan bahwa “Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di
Roma, kepala dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala
dan guru tertinggi segenap umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliau
dalam iman, menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan
definitif… Sifat tidak dapat sesat, yang dijanjikan kepada Gereja, ada pula
pada Badan para Uskup, bila melaksanakan wewenang tertinggi untuk mengajar
bersama dengan pengganti Petrus” (LG 25) terutama dalam konsili ekumenis Bdk.
Konsili Vatikan 1: DS 3074. Apabila Gereja melalui Wewenang Mengajar
tertingginya “Menyampaikan sesuatu untuk diimani sebagai diwahyukan oleh Allah”
(DV 10) dan sebagai ajaran Kristus, maka umat beriman harus “Menerima
ketetapan-ketetapan itu dengan ketaatan iman” (LG 25). Infalibilitas ini sama
luasnya seperti warisan wahyu ilahi (bdk. LG 25).
l.
Umat Katolik percaya bahwa paus dan para uskup yang bersekutu
dengannya bisa dipercaya karena janji Yesus tentang mengirimkan Roh Kudus
kepada mereka, yang akan membimbing mereka dalam proses menyatakan “dogma-
dogma” tertentu dan menilai otentisitas dari tradisi tertentu. Seluruh konsep
mengenai magisterium bergantung pada kepercayaan ini, yaitu janji Yesus, “Aku
akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang
lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran (Yohanes
14:16-17).
m. Jadi kesimpulannya, Magisterium
adalah Wewenang Mengajar
Gereja, yang terdiri dari Bapa Paus (sebagai pengganti Rasul Petrus) dan
para uskup (sebagai pengganti para rasul) dalam persekutuan dengannya, yang
diberikan karisma "Tidak dapat sesat" (infalibilitas) oleh Yesus,
yaitu dalam hal pengajaran mengenai iman dan moral. Maka kita ketahui bahwa
sifat infalibilitas ini tidak berlaku dalam segala hal, namun hanya dalam hal
iman dan moral, yaitu pada saat mereka mengajarkan dengan tindakan definitif,
seperti yang tercantum dalam Dogma dan doktrin resmi Gereja Katolik.
n. Dari
uraian di atas, kita mengetahui pentingnya peran Magisterium yang
“bertugas untuk menafsirkan
secara otentik Sabda
Allah yang tertulis atau diturunkan itu yang
kewibawaannya dilaksanakan dalam nama Yesus Kristus.” Magisterium ini tidak
berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, supaya dapat diturunkan
sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian, oleh kuasa Roh Kudus,
Magisterium yang terdiri dari Bapa Paus dan para uskup pembantunya [yang dalam
kesatuan dengan Bapa Paus] menjaga dan melindungi Sabda Allah itu dari
interpretasi yang salah.
5. Ayat
untuk Direnungkan:
Kata
Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga
kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan,
Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata
Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. (Yohanes 21:17).
Langkah Ketiga: Refleksi dan Aksi
1. Refleksi:
Renungkanlah teks berikut!
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga
kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati
Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi
Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau
tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah
domba-domba- Ku”. (Yohanes 21:17).
Jika
kalian ditanyakan sebuah pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali berturut-turut
apa yang kalian rasakan?
Ada
yang mungkin kesal, ada yang sedih karena merasa apa yang ia jawab tidak cukup
meyakinkan untuk dapat dipercaya dan sebagainya. Umumnya sebuah pertanyaan yang
diulang-ulang bermaksud untuk meyakinkan si penanya terhadap jawaban yang ia
terima.
Coba
bayangkan seandainya kalian ditanya oleh orang tua kalian tiga kali
berturut-turut, kalian mungkin menduga pasti ada yang dicurigai dari kalian.
Sebuah
kejadian yang mirip terjadi beberapa saat sebelum Yesus naik ke surga. Yesus
menanyakan apakah Petrus
mengasihiNya sebanyak tiga kali, dan tiga kali pula Petrus
menjawab, Engkau tahu, aku mengasihi Engkau. Respons Yesus selanjutnya pada
semua jawaban Petrus adalah, “gembalakanlah domba-dombaKu”.
Apakah
Yesus meragukan Petrus mengasihi diri-Nya? Tidak. Pertanyaan yang diulang-ulang
itu bukanlah untuk kepentingan diri-Nya, melainkan untuk Petrus. Yesus tidak
menanyakan apakah Petrus mengasihi domba- domba-Nya, tapi apakah Petrus
mengasihi Yesus.
Kepercayaan
Yesus kepada Petrus sungguh besar, sehingga ia memberikan tanggung jawab untuk
memelihara dan menjaga saudara-saudaranya. Dia melakukannya untuk
menggarisbawahi bahwa kasih kepada Kristus yang sungguh-sungguhlah yang
memampukan Petrus untuk terus melayani dan menyelamatkan banyak jiwa, yang
sesungguhnya bukan pekerjaan yang mudah.
2. Aksi.
Buatlah
sebuah doa untuk Paus dan Para Uskup agar selalu diberikan kesehatan agar dapat
menjalankan tugas sebagai Gembala umat dengan baik dan selalu dapat dijadikan
sebagai teladan dalam iman dan moral.
Doa Penutup
Marilah kita tutup pelajaran
dengan mendaraskan Mazmur berikut:
Tuhan,
Gembalaku yang baik
(Mazmur
23:1–6)
1Mazmur
Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
2Ia
membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang
tenang;
3Ia
menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama- Nya.
4Sekalipun
aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebabEngkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
5Engkau
menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku
dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
6Kebajikan
dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam
dalam rumah TUHAN
Kemuliaan kepada Bapa dan Putra
dan Roh Kudus, Seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala
abad. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar