Cari Blog Ini

Senin, 27 Januari 2025

MAGISTERUM GEREJA

 

MAGISTERUM GEREJA

 

Doa Pembuka

Ya Tuhan Allah kami, kami pada saat ini akan memulai proses pembelajaran. Utuslahlah Roh Kudus-Mu agar menyertai kami dalam belajar, sehingga kami dapat memahami pelajaran dengan baik. Pada saat ini kami akan belajar tentang Magisterium Gereja sebagai salah satu sumber untuk mengenal Yesus. Semoga dengan proses pembelajaran ini iman kami akan semakin dikuatkan, sehingga kami akan semakin mengenal Yesus dan menjadikanNya sebagai teladan hidup kami. Semua doa ini kami panjatkan kepadaMu dengan Perantaraan Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.

 

Langkah Pertama: Menggali Pengalaman Hidup Sehari-hari tentang Dewan Adat Raja Ampat dalam Menjaga Keindahan Alam

1.      Guru mengajak peserta didik untuk membaca atau menyimak cerita tentang Dewan Adat Raja Ampat yang mengajari agar wisatawan ikut memelihara keindahan alam, dalam artikel berikut:

Dewan Adat: Wisatawan Raja Ampat Harus Diajari

Menjaga Keindahan Alam

Editor: Reni Susanti

SORONG, KOMPAS.com - Dewan Adat Suku Maya di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, mengeluarkan peraturan adat untuk melindungi ekosistem laut dan menjaga kelestarian hutan setempat.

Ketua Dewan Adat Suku Maya Raja Ampat Kristian Thebu mengatakan, musyawarah adat akan membahas peraturan tersebut pekan depan. “Selanjutnya akan disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),” ujarnya Senin (11/9/2017).

Thebu menjelaskan, peraturan adat antara lain melarang perusakan terumbu karang, penangkapan ikan secara sembarangan.

Peraturan adat ini juga mencakup pelarangan warga, instansi pemerintah maupun perusahaan menebang kayu dan membawanya keluar dari hutan Raja Ampat. (Baca juga: Belajar dari Kasus di Raja Ampat, Pemerintah Akan Perketat Keluar-Masuk Kapal Pesiar)

“Intinya peraturan adat ini untuk melestarikan Raja Ampat karena meskipun sudah ada peraturan yang dibuat pemerintah, tetapi selama ini banyak masyarakat maupun wisatawan yang beraktivitas tidak menjaga kelestarian alam, terutama terumbu karang,” tuturnya.

Ia mengatakan, menjaga dan melestarikan keindahan alam Raja Ampat bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan lembaga konservasi, tetapi semua pihak termasuk dewan adat dan juga wisatawan.

“Wisatawan baik warga Indonesia maupun warga asing yang masuk ke Raja Ampat harus diajari menjaga keindahan alam terutama terumbu karang agar pariwisata daerah itu berkelanjutan,” katanya.

Sumber:https://regional.kompas.com/read/2017/09/11/07375961/dewan-adat- wisatawan-raja-ampat-harus-diajari-menjaga-keindahan-alam.

 

2.      Guru meminta peserta didik memahami artikel melalui bantuan pertanyaan berikut:

a.    Bagaimana kesan kalian ketika membaca artikel di atas?

b.    Bagaimana komitmen Dewan Adat terhadap lingkungan?

c.     Bagaimana tanggapan masyarakat setempat peraturan yang dikeluarkanDewan Adat?

d.    Nilai-nilai apa yang dapat kalian ambil dari kisah di atas?

3.      Catatlah semua informasi yang diperoleh dalam buku catatan. Kemudian carilah informasi melalui studi pustaka atau browsing di internet tentang contoh tradisi yang ada di daerahmu masing-masing dan tuliskan pesan yang hendak disampaikan melalui tradisi tersebut dan sharingkan informasi yang kalian diperoleh.

 

 

Langkah Kedua: Mendalami Kitab Suci dan Ajaran Gereja Berkaitan dengan Magisterium Gereja

1.      Guru membagi peserta didik ke dalam 4 kelompok untuk mendalami Kitab Suci dan Katekismus Gereja Katolik berkaitan Magisterium Gereja.

a.    Kelompok 1, mendalami teks Kitab Suci Luk 6:12−16 dan KGK 85

1)      Luk 6:12−16

12Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.

13Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:

14Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus,

15Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot,

16Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

 

2)      Katekismus Gereja Katolik 85

“Adapun  tugas  menafsirkan  secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus” (DV 10).

 

b.    Kelompok  2,  mendalami  teks  Kitab  Suci  Yoh  21:15−19  dan KGK 87

1)      Yoh 21:15−19

15Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

16Kata  Yesus  pula  kepadanya untuk  kedua kalinya: “Simon,  anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

17Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan,  Engkau  tahu  segala  sesuatu, Engkau tahu, bahwa  aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.

18Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”

19Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku”

 

2)      Katekismus Gereja Katolik 87

Kaum beriman mengenangkan perkataan Kristus kepada para Rasul: “Barang siapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku” (Luk 10:16) dan menerima dengan rela ajaran dan petunjuk yang diberikan para gembala kepada mereka dalam berbagai macam bentuk.

 

c.     Kelompok  3,  mendalami  teks  Kitab  Suci  Yoh  20:21−24 dan KGK 88

1)      Yoh 20:21−24

21Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”

22Dan  sesudah  berkata  demikian,  Ia  mengembusi  mereka  dan  berkata: “Terimalah Roh Kudus.

23Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

24Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.

 

2)      Katekismus Gereja Katolik 88

Wewenang Mengajar Gereja menggunakan secara penuh otoritas yang diterimanya dari Kristus, apabila ia mendefinisikan dogma-dogma, artinya apabila dalam satu bentuk yang mewajibkan umat Kristen dalam iman dan yang tidak dapat ditarik kembali, ia mengajukan kebenaran-kebenaran yang tercantum di dalam wahyu ilahi atau secara mutlak berhubungan dengan kebenaran-kebenaran demikian.

 

d.    Kelompok 4, mendalami teks Kitab Suci Mat 16:13−20 dan KGK 100

1)      Mat 16:13−20

13Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”

14Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”

15Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”

16Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”

17Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

18Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.

19Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

20Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.

 

2)      Katekismus Gereja Katolik 100

Tugas untuk menjelaskan Sabda Allah secara mengikat, hanya di serahkan kepada Wewenang Mengajar Gereja, kepada Paus dan kepada para Uskup yang bersatu dengannya dalam satu paguyuban.

 

2.      Guru meminta peserta didik mendiskusikan dalam kelompok berdasarkan Kisah Para Rasul dan Katekismus Gereja Katolik di atas dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:

a.    Pertanyaan untuk Kelompok 1

1)      Untuk apa para murid dipanggil?

2)      Apa dampak panggilan itu bagi para murid?

3)      Apa  pesan  yang  hendak  disampaikan  dari  Katekismus  Gereja Katolik artikel 85 di atas?

b.    Pertanyaan untuk Kelompok 2

1)      Apa tugas yang diberikan kepada Petrus ?

2)      Apa artinya “Gembalakanlah domba-domba-Ku?

3)      Bagaimana hal itu terwujud dalam Gereja Katolik dewasa ini?

4)      Apa  pesan  yang  hendak  disampaikan  dari  Katekismus  Gereja Katolik artikel 87 di atas?

c.     Pertanyaan untuk Kelompok 3

1)      Kuasa apa yang diberikan Yesus kepada para Rasul?

2)      Bagaimana kuasa itu diwujudkan dalam Gereja Katolik dewasa ini?

3)      Apa  pesan  yang  hendak  disampaikan  dari  Katekismus  Gereja Katolik artikel 88?

d.    Pertanyaan untuk Kelompok 4

1)      Kuasa apa yang diberikan Yesus kepada Petrus?

2)      Bagaimana kuasa itu diwujudkan dalam Gereja Katolik dewasa ini?

3)      Apa  pesan  yang  hendak  disampaikan  dari  Katekismus  Gereja Katolik artikel 100?

3.      Guru  memberi  kesempatan  tiap  kelompok  untuk  mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas secara bergantian. Sementara itu, kelompok lain dapat menangggapi.

4.      Untuk Dipahami:

a.      Dalam hal menjaga kelestarian lingkungan hidup, sebenarnya sejak zaman dahulu nenek moyang kita telah melakukan pelestarian lingkungan dan diturunkan sampai sekarang dari generasi ke generasi. Sejak dahulu, nenek moyang  kita  telah  menurunkan  pengetahuan,  keyakinan,  pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah yang biasanya diturunkan dari generasi ke generasi. Demikian pula dengan Dewan Adat di Raja Ampat berkaitan dengan tugas dan wewenangnya dalam menjaga lingkungan hidup. Lembaga ini mengeluarkan peraturan terkait dengan kelestarian alam yang harus ditaati oleh warga, instansi pemerintah maupun perusahaan penebangan kayu, bahkan oleh wisatawan juga.

b.      Dalam beradaptasi dengan lingkungan, masyarakat memperoleh dan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, norma adat, nilai budaya, aktivitas, dan peralatan sebagai hasil abstraksi mengelola lingkungan. Seringkali pengetahuan mereka tentang lingkungan setempat dijadikan pedoman yang akurat dalam mengembangkan kehidupan di lingkungan.

c.       Berkaitan dengan wewenang dan kuasa mengajar, dalam Gereja Katolik dikenal istilah Magisterium Gereja. Magisterium berasal dari bahasa Latin yaitu magister yang artinya guru, yang juga bermakna luas yang bisa berarti presiden, kepala, direktur, dan sebagainya, dan juga dalam makna yang sempit berarti seorang pengajar atau pembimbing kaum muda. Magisterium yang merupakan kata benda merujuk pada jabatan seorang magister.

d.      Dalam istilah sederhana, Magisterium adalah jabatan ajaran resmi Gereja, dalam arti peran atau otoritas, bukan sebagai pusat birokratis. Magisterium di dalamnya terdiri dari paus dan para uskup yang bersekutu dengannya. Mereka diberikan tugas untuk menafsirkan Kitab Suci dan membuat penilaian mengenai “tradisi” dalam Gereja, dan membuat pernyataan resmi mengenai otentisitas tradisi-tradisi tersebut.

e.      Magisterium Gereja dalam Kitab Suci

1)      Yesus sengaja mengambil waktu khusus untuk berdoa. Dia memohon bimbingan Allah untuk memilih dua belas rasul dari begitu banyak pengikut-Nya. Orang-orang inilah yang kelak akan diutus-Nya untuk sebuah tugas khusus. Dalam doa, yang menjadi pusat adalah Allah. Yesus menyerahkan diri pada kehendak Bapa (Luk. 6:12–16).

2)      Tuhan Yesus sudah menetapkan bahwa Injil harus diberitakan kepada semua suku bangsa di dunia dan jumlah orang yang diselamatkan harus penuh sebelum Tuhan datang kembali di Yerusalem. Karena itu, sebagai pengikut Kristus kita harus terus memberitakan Injil dengan berani dan dengan dipimpin oleh Roh Kudus (Mat. 28:18-20).

3)      Yesus menyebut diri-Nya sebagai yang diutus oleh Bapa. Demikian juga sebaiknya setiap orang yang diutus oleh Yesus mempunyai dan mengetengahkan identitas bagi dirinya sebagai orang yang diutus oleh Yesus. Tujuan utama dari pengutusan Yesus, yaitu “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”, merupakan tema utama dari mereka yang diutus oleh Yesus (Yoh. 20:21-23).

4)      Setiap orang yang terlibat dalam suatu pelayanan rohani, diberikan karunia oleh Tuhan Allah untuk memperlengkapi diri di saat melaksanakan tugas perutusan maupun tugas pelayanan (1Kor. 12:28-31).

f.        Jemaat Perdana setia pada “Ajaran para rasul” (Kis. 2: 42). Karena mereka telah menjadi Kristiani (para pengikut Kristus) dengan menerima sabda Yesus Kristus, maka suatu hidup Kristiani harus senantiasa diperdalam dengan pemberitaan Injil secara berkesinambungan. “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rm. 10:17). Dengan penuh kerendahan hati mereka menerima dan mengakui bahwa keselamatan telah terwujud melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Iman akan Kristus yang bangkit memungkinkan jemaat ini menjadi tanda yang menarik banyak orang, seperti ditulis oleh Lukas. “… mereka disukai semua orang” (Kis. 2:47).

g.       Ciri khas dari jemaat perdana ini bertekun. Pertama: bertekun dalam pengajaran. Bertekun artinya rajin, giat, bersungguh-sungguh, dan disiplin bukan diselipin (artinya, kalau ada waktu baru dilakukan). Ketekunan mereka karena ada kerinduan untuk selalu belajar atau diajar oleh para Rasul. Inilah salah satu ciri jemaat perdana yang ideal yatu mereka adalah jemaat yang selalu rindu untuk belajar, tidak hanya datang beribadah.

h.      Magisterium (Lat: :Tugas mengajar”). Tugas untuk mengajarkan Injil secara berwibawa atas nama Yesus Kristus. Orang Katolik percaya bahwa kuasa mengaja ini dimiliki oleh seluruh dewan uskup (sebagai pengganti dewan para rasuli) dan masing-masing uskup dalam kesatuan dengan Uskup Roma (Paus).

i.        Katekismus Gereja Katolik 85 menegaskan bahwa “Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus” (DV 10).

j.         “Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan (Tradisi) itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus” Hal ini berarti bahwa tugas menafsirkan telah dipercayakan kepada para uskup dalam persatuan dengan penerus Petrus, Uskup Roma (KGK 85). Tugas ini diberikan Yesus Kristus kepada para rasul dan kepada St. Petrus, dan bisa kita lihat dalam Perjanjian Baru, terutama dalam Kisah Para Rasul ketika terjadi perselisihan mengenai penerimaan mereka yang bukan orang Yahudi.

k.       Dalam KGK 891 dinyatakan bahwa “Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, kepala dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman, menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif… Sifat tidak dapat sesat, yang dijanjikan kepada Gereja, ada pula pada Badan para Uskup, bila melaksanakan wewenang tertinggi untuk mengajar bersama dengan pengganti Petrus” (LG 25) terutama dalam konsili ekumenis Bdk. Konsili Vatikan 1: DS 3074. Apabila Gereja melalui Wewenang Mengajar tertingginya “Menyampaikan sesuatu untuk diimani sebagai diwahyukan oleh Allah” (DV 10) dan sebagai ajaran Kristus, maka umat beriman harus “Menerima ketetapan-ketetapan itu dengan ketaatan iman” (LG 25). Infalibilitas ini sama luasnya seperti warisan wahyu ilahi (bdk. LG 25).

l.        Umat Katolik percaya bahwa paus dan para uskup yang bersekutu dengannya bisa dipercaya karena janji Yesus tentang mengirimkan Roh Kudus kepada mereka, yang akan membimbing mereka dalam proses menyatakan “dogma- dogma” tertentu dan menilai otentisitas dari tradisi tertentu. Seluruh konsep mengenai magisterium bergantung pada kepercayaan ini, yaitu janji Yesus, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran (Yohanes 14:16-17).

m.    Jadi  kesimpulannya,  Magisterium  adalah  Wewenang  Mengajar  Gereja, yang terdiri dari Bapa Paus (sebagai pengganti Rasul Petrus) dan para uskup (sebagai pengganti para rasul) dalam persekutuan dengannya, yang diberikan karisma "Tidak dapat sesat" (infalibilitas) oleh Yesus, yaitu dalam hal pengajaran mengenai iman dan moral. Maka kita ketahui bahwa sifat infalibilitas ini tidak berlaku dalam segala hal, namun hanya dalam hal iman dan moral, yaitu pada saat mereka mengajarkan dengan tindakan definitif, seperti yang tercantum dalam Dogma dan doktrin resmi Gereja Katolik.

n.      Dari uraian di atas, kita mengetahui pentingnya peran Magisterium yang “bertugas  untuk  menafsirkan  secara  otentik  Sabda  Allah  yang  tertulis atau diturunkan itu yang kewibawaannya dilaksanakan dalam nama Yesus Kristus.” Magisterium ini tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, supaya dapat diturunkan sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian, oleh kuasa Roh Kudus, Magisterium yang terdiri dari Bapa Paus dan para uskup pembantunya [yang dalam kesatuan dengan Bapa Paus] menjaga dan melindungi Sabda Allah itu dari interpretasi yang salah.

5.      Ayat untuk Direnungkan:

Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. (Yohanes 21:17).

 

Langkah Ketiga: Refleksi dan Aksi

1.      Refleksi: Renungkanlah teks berikut!

Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba- Ku”. (Yohanes 21:17).

Jika kalian ditanyakan sebuah pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali berturut-turut apa yang kalian rasakan?

Ada yang mungkin kesal, ada yang sedih karena merasa apa yang ia jawab tidak cukup meyakinkan untuk dapat dipercaya dan sebagainya. Umumnya sebuah pertanyaan yang diulang-ulang bermaksud untuk meyakinkan si penanya terhadap jawaban yang ia terima.

Coba bayangkan seandainya kalian ditanya oleh orang tua kalian tiga kali berturut-turut, kalian mungkin menduga pasti ada yang dicurigai dari kalian.

Sebuah kejadian yang mirip terjadi beberapa saat sebelum Yesus naik ke surga.  Yesus  menanyakan  apakah  Petrus  mengasihiNya  sebanyak  tiga kali, dan tiga kali pula Petrus menjawab, Engkau tahu, aku mengasihi Engkau. Respons Yesus selanjutnya pada semua jawaban Petrus adalah, “gembalakanlah domba-dombaKu”.

Apakah Yesus meragukan Petrus mengasihi diri-Nya? Tidak. Pertanyaan yang diulang-ulang itu bukanlah untuk kepentingan diri-Nya, melainkan untuk Petrus. Yesus tidak menanyakan apakah Petrus mengasihi domba- domba-Nya, tapi apakah Petrus mengasihi Yesus.

Kepercayaan Yesus kepada Petrus sungguh besar, sehingga ia memberikan tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga saudara-saudaranya. Dia melakukannya untuk menggarisbawahi bahwa kasih kepada Kristus yang sungguh-sungguhlah yang memampukan Petrus untuk terus melayani dan menyelamatkan banyak jiwa, yang sesungguhnya bukan pekerjaan yang mudah.

2.      Aksi.

Buatlah sebuah doa untuk Paus dan Para Uskup agar selalu diberikan kesehatan agar dapat menjalankan tugas sebagai Gembala umat dengan baik dan selalu dapat dijadikan sebagai teladan dalam iman dan moral.

 

Doa Penutup

Marilah kita tutup pelajaran dengan mendaraskan Mazmur berikut:

Tuhan, Gembalaku yang baik

(Mazmur 23:1–6)

1Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

2Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;

3Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama- Nya.

4Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebabEngkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

5Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.

6Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN

 

Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar