Cari Blog Ini

Senin, 27 Januari 2025

MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA

 

MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA

 

Doa Pembuka

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Allah Bapa di Surga, Engkau memanggil setiap orang untuk mencintai alam ciptaan-Mu. Engkau pula memanggil kami untuk mensyukuri keanekaragaman suku, agama, dan budaya. Semoga bangsa Indonesia yang penuh keanekaragaman ini hidup bersatu padu, saling menghargai satu dengan yang lain sehingga terciptalah perdamaian sejati di antara kami. Semoga melalui sabda-Mu yang kami dengar pada kegiatan pembelajaran ini, kami dapat menjadi pembawa damai bagi bangsa dan negara yang kami cintai ini. Doa ini kami satukan dengan doa yang diajarkan Yesus Kristus Putera-Mu.

Bapa kami...

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

 

Langkah pertama: menggali pemahaman tentang perdamaian dan persatuan dalam hidup masyarakat

1.    Apersepsi

a.    Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengajak peserta didik berdialog dan mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang Keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia. Guru menanyakan, misalnya; adakah kesulitan atau hambatan dalam melakukan penugasan terkait rencana aksi dari pokok bahasan tentang Keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia.

b.    Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang mengupayakan perdamaian dan persatuan bangsa. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya: bagaimana cara mengupayakan perdamaian dan persatuan bangsa kita, Indonesia.

Nah, mari kita memulai pembelajaran dengan menyimak cerita berikut ini.

2.    Cerita Kehidupan

a.    Peserta didik membaca dan menyimak berita media berikut ini.

Aku Memaafkanmu, Sahabat! Aku Mengampunimu!

Pada tanggal 13 Mei 1981, dunia bergempar. Mehmet Ali Agca menembak Paus Yohanes Paulus II saat audensi umum di lapangan Basilika St. Petrus, kota Vatikan.

Pemuda berkebangsaan Turki ini ingin menyakiti Paus di tengah-tengah kerumunan para peziarah dan pengunjung yang datang dari berbagai negara di dunia, namun Tuhan masih melindungi Paus sehingga tak sampai terbunuh. Mehmed akhirnya berhasil ditangkap polisi Italia kemudian segera diproses hukum oleh pengadilan Italia dan dijatuhi hukuman seumur hidup serta dijebloskan ke dalam penjara dengan penjagaan super ketat.

Namun selanjutnya dunia kembali dikejutkan dengan berita yang luar biasa. Dikisahkan bahwa dua hari setelah Natal di tahun 1983 Paus Yohanes Paulus II, yang saat itu berusia 63 tahun mendatangi penjara yang dihuni Mehmet Ali Agca yang berusia 25 tahun.

“Aku memaafkanmu, Sahabat! Aku mengampunimu,” ujar Paus Yohanes Paulus II sembari memeluk Mehmet Ali Agca.

Selanjutnya Mehmet Ali Agca dibebaskan pada tanggal 18 Januari 2010. Dia akhirnya menjadi seorang Katolik dan tinggal di Polandia, kemudian kembali ke negeri asalnya di Turki. Mehmet Ali Agca kini menyibukkan diri dengan merawat kucing dan anjing yang ditelantarkan di Istanbul. "Hak-hak hewan sama pentingnya dengan hak asasi manusia. Saya menghabiskan sekitar 200 pound sterling sebulan untuk memberi makan mereka," ujarnya. Hewan-hewan itu, kata Agca, mengenal baik dirinya. Mereka sangat polos. "Saya merasa seperti Paus bagi hewan-hewan liar di Istanbul."

Pada tahun 2014 Mehmet mengunjungi Vatikan, berdoa serta memper- sembahkan seikat mawar putih di atas makam Paus Yohanes Paulus II. Kisah perjalanan menuju Vatikan pun penuh perjuangan mengingat ia dilarang Italia untuk masuk ke negara itu. Agca terpaksa memasuki Roma dengan melalui jalan tikus, melalui hutan, bukit dan ngarai akhirnya sampai di Vatikan demi memberi penghormatan kepada St. Yohanes Paulus II yang dulu ia pernah coba membunuhnya.

Kisah abadi dan legendaris tentang cinta, pengampunan dan perdamaian serta persaudaraan sejati. Pada adegan kehidupan itulah sebuah agama menjadi indah dan suci. Pada akhirnya nama Tuhan juga yang dimuliakan penuh cinta, bukan penuh ketakutan.

(Daniel Boli Kotan; dari berbagai sumber)

 

b.    Pendalaman

Peserta didik berdiskusi dalam kelompok dengan panduan pertanyaan berikut ini.

1)      Apa yang dikisahkan dalam cerita di atas ?

2)      Mengapa Paus Yohanes mengampuni Mehmet Ali Agca?

3)      Bagaimana hidup Mehmet Ali Agca selanjutnya?

4)      Apa pesan utama dari cerita ini?

5)      Mengapa jawaban kalian (pada nomor 4) demikian?

 

c.     Melaporkan hasil diskusi

Peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompok dan peserta lainnya dapat menanggapi atau mengkritisinya.

 

d.    Penjelasan

Guru memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban hasil diskusi peserta didik, misalnya:

1)      Kisah tentang Paus Yohanes Paulus II dan Mehmet Ali Agca merupakan kisah tentang cinta, pengampunan dan perdamaian dan persaudaraan sejati. Pada adegan kehidupan itulah sebuah agama menjadi indah dan suci.

2)      Paus Yohanes Paulus II memiliki kepedulian besar akan Gereja dan dunia, bahkan menapaki derita serta pergulatan umat manusia. Bahkan dia sendiri ikut menapaki penderitaan tersebut, tertembak pada 13 Mei 1981 oleh Mehmet Ali Agca. Paus Yohanes Paulus II tetap mengajak kita semua menapaki jalan kehidupan, yang ditandai dengan berbagai kesulitan dan tantangan, tanpa kehilangan sukacita, sebab kita tahu dan sadar bahwa kita tidak berjalan sendirian.

3)      Kebersamaan serta kesatuan sebagai umat manusia, di tengah perbedaan yang ada, merupakan sesuatu yang melekat dalam kenyataan penciptaan. Hal tersebut diperlihatkan pula dalam berbagai kunjungan yang dilakukannya. Kunjungan tersebut memperlihatkan penghargaan akan umat manusia, menyapa siapa saja yang dijumpai dan meneguhkan kebersamaan umat manusia di dunia ini. Yohanes Paulus II, adalah Paus yang tidak saja menyingkapkan wajah Gereja sebagai Gereja dunia. Dia memperlihatkan pula bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang berada di tengah dunia, menjadi tanda serta sarana keselamatan Allah bagi dunia.

4)      Yohanes Paulus II dikenal sebagai Paus dialog agama dan perdamaian. Dia mengulangi apa yang dikatakan Paus Paulus VI dalam ensiklik pertamanya, Ecclesiam Suam, bahwa dialog adalah jalan yang ditempuh Gereja. Yohanes Paulus II menggambarkan dirinya sebagai Paus dialog, bahkan menyebutkan bahwa dialog agama merupakan prioritas penting dalam masa kepausannya.

5)      Perdamaian dunia tidak akan mungkin tanpa adanya dialog, bahkan perdamaian, antar umat beragama. Maka dia tanpa henti memperjuangkan perdamaian di Yerusalem, yang baginya merupakan ibu kota tiga agama samawi: Yahudi, Kristiani dan Islam. Perdamaian dan dialog sejati di Yerusalem menurutnya akan memicu perdamaian bagi dunia.

6)      Kita tidak melupakan pula inisiatif Paus Yohanes Paulus II akan doa perdamaian dunia di Assisi. Umat beriman adalah pembawa pesan dan pelaku perdamaian, sebab mereka adalah para pendamba perdamaian dan beriman kepada Allah perdamaian. Maka umat beriman perlu lebih memperhatikan sesama, saling bekerjasama dan berbagi satu sama lain dalam saling menghormati satu sama lain.

7)      Perdamaian jangan sekadar menjadi proses kompromi dan negoisasi kepentingan politik dan ekonomi, sebab upaya pewujud perdamaian bergantung terutama dalam langkah pencarian diri manusia akan Allah, yang menuntun dan mengenali hati manusia. Maka doa bagi perdamaian merupakan sesuatu yang amat mendasar, pun kerja sama antarumat beriman bagi perdamaian semakin dibutuhkan dewasa ini.

8)      Perdamaian adalah sesuatu yang sangat rapuh. Demikian dikatakan Paus di Assisi pada tahun 1986. Perdamaian senantiasa terancam oleh berbagai upaya untuk meruntuhkannya. Oleh karena itu perdamaian perlu dibangun di atas landasan yang kokoh. Tanpa itu, bangunan perdamaian akan mudah digoncangkan. Maka Paus mengingatkan bahwa perdamaian yang kokoh dan lestari tidak bisa hanya dilandaskan pada segala upaya manusia.

9)      Untuk itu dibutuhkan doa yang mendalam, rendah hati dan penuh kepercayaan. Doa bagi perdamaian dunia adalah salah satu upaya penting demi kepentingan tegaknya perdamaian dunia. Malahan dikatakan bahwa di hari-hari terakhir hidupnya terungkap pernyataannya, “Betapa lama, bahkan sejak aku mulai menghirupkan napas, aku tanpa henti mendambakan perdamaian”.

10)  Ketika berkunjung ke Indonesia, saat bertemu dengan para pemuka agama tanggal 10 Oktober 1989, Yohanes Paulus II mengatakan bahwa salah satu tantangan dasar yang dihadapi masyarakat modern Indonesia adalah bagaimana membangun masyarakat harmonis dari berbagai unsur berbeda, yang merupakan sumber janji dan masa depan kebesaran bangsa ini.

11)  Umat Katolik Indonesia termotivasi untuk menyumbangkan diri bagi upaya membangun masyarakat harmonis dari berbagai unsur berbeda dalam visi harmoni universal, yang berakar pada iman kristiani pula. Dengan iman kita akan Allah yang Esa, kita yang mengimani Kristus terinspirasikan untuk bekerja bagi kemajuan perdamaian serta harmoni antar umat manusia. Dialog dan kerja sama yang saling menghargai seperti itu dapat memainkan peran besar dalam membangun masyarakat yang damai dan bersatu.

 

Langkah kedua: menggali ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja tentang perdamaian dan persatuan

1.    Ajaran Kitab Suci

a.    Membaca dan Menyimak Teks Kitab Suci

Peserta didik membaca dan menyimak Injil Matius 5:9, 21 – 25

9Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

21Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

22Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

23Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,

24tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

25Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

 

b.    Pendalaman

Peserta didik diajak berdiskusi dengan panduan pertanyaan berikut.

1)   Apa yang dikisahkan dalam Injil Matius 5:9, 21–25?

2)   Apa pesan perdamaian yang diwartakan dalam teks Injil itu?

3)   Apa upayamu untuk mewujudkan ajaran Yesus tentang perdamaian dalam hidupmu sehari-hari?

 

c.     Penjelasan

Guru memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban peserta didik dalam diskusi, misalnya:

1)   Yesus Kristus, adalah tokoh sempurna dalam perdamaian. Demi untuk perdamaian, dan persatuan hidup manusia, Yesus melalui jalan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, mendamaikan dunia dengan Allah. Yesus bersabda, ”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).

2)   Pendamaian adalah sebagai wujud dari kasih Allah kepada manusia. Allah selalu berinisitaif bagi pendamaian. Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia, yaitu kasih Bapa kepada anak-Nya. Paulus menandaskan bahwa “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm.5:8).

3)   Gagasan dasar pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak yang sekarang telah didamaikan. Jalan pendamaian senantiasa bersifat menyingkirkan penyebab timbulnya permusuhan. Kasih Allah tidak berubah kepada manusia, kendati apa pun yang diperbuat manusia. Pekerjaan Kristus yang mendamaikan berakar dalam kasih Allah yang begitu besar kepada manusia.

4)   Dalam Perjanjian Baru sendiri, Allah-lah yang memprakarsi adanya perdamaian antara Dia dan manusia, yang merupakan wujud kasih-Nya. Perdamaian yang di dalamnya kasih, kasih yang telah dinyatakan Allah kepada manusia menuntut agar manusia juga saling mengasihi terhadap sesamanya.

 

2.    Ajaran Gereja tentang perdamaian dan persatuan

a.    Membaca dan menyimak Ajaran Gereja

Peserta didik membaca ajaran Gereja Katolik tentang pentingnya perdamaian dan persatuan dalam hidup manusia dalam Gaudium et Spes 78.

“Damai tidak melulu berarti tidak ada perang, tidak pula dapat diartikan sekadar menjaga keseimbangan saja kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Damai juga tidak terwujud akibat kekuasaan diktatorial. Melainkan dengan tepat dan cermat disebut “hasil karya keadilan” (Yes. 32:17). Damai merupakan buah hasil tata tertib, yang oleh Sang Pencipta ilahi ditanamkan dalam masyarakat manusia, dan harus diwujudkan secara nyata oleh mereka yang haus akan keadilan yang makin sempurna. Sebab kesejahteraan umum bangsa manusia dalam kenyataan yang paling mendasar berada di bawah hukum yang kekal. Tetapi mengenai tuntutannya yang konkrit perdamaian tergantung dari perubahan-perubahan yang silih berganti di sepanjang masa. Maka tidak pernah tercapai sekali untuk seterusnya, melainkan harus terus menerus dibangun. Kecuali itu, karena kehendak manusia mudah goncang, terlukai oleh dosa, usaha menciptakan perdamaian menuntut, supaya setiap orang tiada hentinya mengendalikan nafsu-nafsunya, dan memerlukan kewaspadaan pihak penguasa yang berwenang.

Akan tetapi itu tidak cukup. Perdamaian itu di dunia tidak dapat di capai, kalau kesejahteraan pribadi-pribadi tidak di jamin, atau orang-orang tidak penuh kepercayaan dan dengan rela hati saling berbagi kekayaan jiwa maupun daya cipta mereka. Kehendak yang kuat untuk menghormati sesama dan bangsa-bangsa lain serta martabat mereka begitu pula kesungguhan menghayati persaudaraan secara nyata mutlak untuk mewujudkan perdamaian. Demikianlah perdamaian merupakan buah cinta kasih juga, yang masih melampaui apa yang dapat di capai melalui keadilan.

Damai di dunia ini, lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan buah damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa. Sebab Putera sendiri yang menjelma, Pangeran damai, melalui salib-Nya telah mendamaikan semua orang dengan Allah. Sambil mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu Tubuh, Ia telah membunuh kebencian dalam Daging-Nya sendiri, dan sesudah dimuliakan dalam kebangkitan-Nya Ia telah mencurahkan Roh cinta kasih ke dalam hati orang-orang.

Oleh karena itu segenap umat kristiani dipanggil. Dengan mendesak, supaya “sambil melaksanakan kebenaran dalam cinta kasih” (Ef. 4:15), menggabungkan diri dengan mereka yang sungguh cinta damai, untuk memohon dan mewujudkan perdamaian.

Digerakkan oleh semangat itu juga, kami merasa wajib memuji mereka, yang dapat memperjuangkan hak-hak manusia menolak untuk menggunakan kekerasan, dan menempuh upaya-upaya pembelaan, yang tersedia pula bagi mereka yang tergolong lemah, asal itu dapat terlaksana tanpa melanggar hak-hak serta kewajiban-kewajiban sesama maupun masyarakat.

Karena manusia itu pendosa, maka selalu terancam, dan hingga kedatangan Kristus tetap akan terancam bahaya perang. Tetapi sejauh orang-orang terhimpun oleh cinta kasih mengalahkan dosa, juga tindakan-tindakan kekerasan akan diatasi, hingga terpenuhilah Sabda: “Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak, dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (Yes. 2:4). GS 78.

 

b.    Pendalaman

Peserta didik berdiskusi unutk mendalami GS 78 dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1)      Apa pesan dari Ajaran Gereja Katolik yang termuat dalam Gaudium et Spes artikel 78?

2)      Apa upaya kita untuk mewujudkan perdamaian dan persatuan sesuai ajaran Gereja?

3)      Apa pendapatmu terhadap peran Gereja Katolik di Indonesia dalam rangka menciptakan perdamaian dan kesatuan bangsa?

 

c.     Melaporkan hasil diskusi

Peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompok dan peserta lainnya dapat menanggapi atau mengkritisinya.

 

d.    Penjelasan

Guru memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban peserta didik dalam diskusi kelompok, misalnya:

1)   Kita perlu memberikan pertanggungjawaban iman Katolik di tengah-tengah kehidupan yang konkret. Pertanggungjawaban iman itu di mana saja kita berada, entah di sekolah sebagai pelajar, di masyarakat sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, pertanggungjawaban iman dalam konteks kehidupan yang nyata dengan segala persoalan yang ada. Misalnya kita ikut ambil bagian secara aktif dalam membangun kehidupan yang damai sejahtera serta bersatu sebagai anak-anak Allah dalam memperjuangkan nilai-nilai kehidupan yang diangerahkan Allah semua manusia serta alam lingkungan.

2)   Dasar pertanggungjawabannya adalah iman akan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan semua orang, tanpa pandang bulu agama, suku, ras, ideologi, kebudayaan dan latar belakang apa pun. St. Paulus berkata, ”kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (Titus 2:11). Allah menyelamatkan semua orang dan semua manusia, maka Gereja Katolik harus sungguh menjadi sakramen keselamatan dengan perkataan dan perbuatan, melalui pergulatan dan usaha pembebasan manusia, pembebasan sepenuhnya dan seutuhnya bagi semua orang, terutama mereka yang miskin dan terlantar.

3)   ”Damai di dunia ini, yang lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan buah damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa” (GS 78). Dasarnya adalah peristiwa salib. Yesus Kristus, Putera Allah, telah mendampaikan semua orang dengan Allah melalui salibNya. Karenanya, semangat perdamaian dalam ajaran Gereja Katolik tidak pernah bisa dilepaskan dari peristiwa salib Kristus. Umat Kristiani dipanggil dan diutus untuk memohon dan mewujudkan perdamaian di dunia.

4)   Salah satu poin penting dalam ensiklik Fratelli Tutti, Paus Fransiskus, bahwa perdamaian adalah “seni” yang melibatkan dan menghargai setiap orang dan di mana setiap orang harus melakukan bagiannya. Ensiklik yang diumumkan tanggal 3 Oktober 2020 di Asisi itu juga menegaskan bahwa pembangunan perdamaian adalah “upaya terbuka, tugas yang tidak pernah berakhir” dan oleh karena itu penting untuk menempatkan pribadi manusia, martabatnya, dan kebaikan bersama sebagai pusat dari semua aktivitas.

 

Langkah ketiga: menghayati makna perdamaian dan persatuan

1.    Refleksi

Peserta didik menuliskan sebuah refleksi tentang bagaimana upaya konkretnya sebagai umat Katolik untuk sekaligus sebagai seorang warga negara Indonesia ikut serta mengupayakan kehidupan yang damai dan penuh persatuan dalam kehidupan sehari-hari.

2.    Aksi

a.    Peserta didik menuliskan sebuah doa untuk perdamaian dan persatuan bangsa Indonesia, dan mendoakannya dalam doa-doa pribadi atau dalam doa bersama di keluarga dan di lingkungan rohaninya.

b.    Peserta didik dapat membuat video pendek dalam menjaga perdamaian dan persatuan bangsa Indonesia.

 

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Ya Bapa, yang Maha Esa, Bangsa kami telah Kau pilih untuk mendiami tanah air ciptaan-Mu yang kaya raya dalam ragam suku, agama, dan budayanya. Kami mohon berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Satu padukanlah kami dalam kebersamaan untuk saling menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Panggil dan tuntunlah kami untuk tekun membangun tanah air kami demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh bangsa. Bantulah kami mewujudkan tanah air yang adil, makmur, aman, damai dan sejahtera, sehingga tanah air yang kami diami di dunia ini selalu mengigatkan kami akan tanah air surgawi, tempat kami akan berbahagia abadi bersama Dikau. Semua ini kami unjukkan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

 

 

Rangkuman

 

1.    Dalam kehidupan menggereja, kaum awam merupakan bagian terbesar.

2.    Yesus Kristus, adalah tokoh sempurna dalam perdamaian. Demi untuk perdamaian, dan persatuan hidup manusia, Yesus melalui jalan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, memperdamaikan dunia dengan Allah. Yesus bersabda, ”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).

3.    Pendamaian adalah sebagai wujud dari kasih Allah kepada manusia. Allah selalu berinisitaif bagi pendamaian. Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia, yaitu kasih Bapa kepada anak-Nya. Paulus menandaskan bahwa “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm. 5:8).

4.    Gagasan dasar pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak yang sekarang telah didamaikan. Jalan pendamaian senantiasa bersifat menyingkirkan penyebab timbulnya permusuhan. Kasih Allah tidak berubah kepada manusia, kendati apa pun yang diperbuat manusia. Pekerjaan Kristus yang mendamaikan berakar dalam kasih Allah yang begitu besar kepada manusia.

5.    Dalam Perjanjian Baru sendiri, Allah-lah yang memprakarsi adanya perdamaian antara Dia dan manusia, yang merupakan wujud kasih-Nya. Perdamaian yang di dalamnya kasih, kasih yang telah dinyatakan Allah kepada manusia menuntut agar manusia juga saling mengasihi terhadap sesamanya.

6.    Kita perlu mewujudkan iman Katolik di tengah kehidupan yang konkret. Pertanggungjawaban iman itu di mana saja kita berada, entah di sekolah sebagai pelajar, di masyarakat sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, pertanggungjawaban iman dalam konteks kehidupan yang nyata dengan segala persoalan yang ada. Misalnya kita ikut ambil bagian secara aktif dalam membangun kehidupan yang damai sejahtera serta bersatu sebagai anak-anak Allah dalam memperjuangkan nilai-nilai kehidupan yang diangerahkan Allah semua manusia serta alam lingkungan.

7.    Salah satu poin penting dalam ensiklik Fratelli Tutti, Paus Fransiskus, bahwa perdamaian adalah “seni” yang melibatkan dan menghargai setiap orang dan di mana setiap orang harus melakukan bagiannya. Ensiklik yang diumumkan tanggal 3 Oktober 2020 di Asisi itu juga menegaskan bahwa pembangunan perdamaian adalah “upaya terbuka, tugas yang tidak pernah berakhir” dan oleh karena itu penting untuk menempatkan pribadi manusia, martabatnya, dan kebaikan bersama sebagai pusat dari semua aktivitas.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar