MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN
PERSATUAN BANGSA
Doa Pembuka
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Allah Bapa di Surga, Engkau memanggil
setiap orang untuk mencintai alam ciptaan-Mu. Engkau pula memanggil kami untuk
mensyukuri keanekaragaman suku, agama, dan budaya. Semoga bangsa Indonesia yang
penuh keanekaragaman ini hidup bersatu padu, saling menghargai satu dengan yang
lain sehingga terciptalah perdamaian sejati di antara kami. Semoga melalui
sabda-Mu yang kami dengar pada kegiatan pembelajaran ini, kami dapat menjadi
pembawa damai bagi bangsa dan negara yang kami cintai ini. Doa ini kami satukan
dengan doa yang diajarkan Yesus Kristus Putera-Mu.
Bapa kami...
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Langkah pertama: menggali pemahaman tentang perdamaian dan
persatuan dalam hidup masyarakat
1.
Apersepsi
a. Guru
mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengajak peserta didik berdialog dan
mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang
Keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia. Guru menanyakan,
misalnya; adakah kesulitan atau hambatan dalam melakukan penugasan terkait
rencana aksi dari pokok bahasan tentang Keberagaman sebagai realitas asali
kehidupan manusia.
b. Selanjutnya
guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang mengupayakan
perdamaian dan persatuan bangsa. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru
dapat memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya: bagaimana cara mengupayakan perdamaian dan persatuan bangsa
kita, Indonesia.
Nah, mari kita memulai
pembelajaran dengan menyimak cerita berikut ini.
2.
Cerita
Kehidupan
a. Peserta
didik membaca dan menyimak berita media berikut ini.
Aku
Memaafkanmu, Sahabat! Aku Mengampunimu!
Pada tanggal 13 Mei 1981, dunia
bergempar. Mehmet Ali Agca menembak Paus Yohanes Paulus II saat audensi umum di
lapangan Basilika St. Petrus, kota Vatikan.
Pemuda berkebangsaan Turki ini
ingin menyakiti Paus di tengah-tengah kerumunan para peziarah dan pengunjung
yang datang dari berbagai negara di dunia, namun Tuhan masih melindungi Paus
sehingga tak sampai terbunuh. Mehmed akhirnya berhasil ditangkap polisi Italia
kemudian segera diproses hukum oleh pengadilan Italia dan dijatuhi hukuman
seumur hidup serta dijebloskan ke dalam penjara dengan penjagaan super ketat.
Namun selanjutnya dunia kembali
dikejutkan dengan berita yang luar biasa. Dikisahkan bahwa dua hari setelah
Natal di tahun 1983 Paus Yohanes Paulus II, yang saat itu berusia 63 tahun
mendatangi penjara yang dihuni Mehmet Ali Agca yang berusia 25 tahun.
“Aku memaafkanmu, Sahabat! Aku
mengampunimu,” ujar Paus Yohanes Paulus II sembari memeluk Mehmet Ali Agca.
Selanjutnya Mehmet Ali Agca
dibebaskan pada tanggal 18 Januari 2010. Dia akhirnya menjadi seorang Katolik
dan tinggal di Polandia, kemudian kembali ke negeri asalnya di Turki. Mehmet
Ali Agca kini menyibukkan diri dengan merawat kucing dan anjing yang
ditelantarkan di Istanbul. "Hak-hak hewan sama pentingnya dengan hak asasi
manusia. Saya menghabiskan sekitar 200 pound sterling sebulan untuk memberi
makan mereka," ujarnya. Hewan-hewan itu, kata Agca, mengenal baik dirinya.
Mereka sangat polos. "Saya merasa seperti Paus bagi hewan-hewan liar di
Istanbul."
Pada tahun 2014 Mehmet mengunjungi
Vatikan, berdoa serta memper- sembahkan seikat mawar putih di atas makam Paus
Yohanes Paulus II. Kisah perjalanan menuju Vatikan pun penuh perjuangan
mengingat ia dilarang Italia untuk masuk ke negara itu. Agca terpaksa memasuki
Roma dengan melalui jalan tikus, melalui hutan, bukit dan ngarai akhirnya
sampai di Vatikan demi memberi penghormatan kepada St. Yohanes Paulus II yang
dulu ia pernah coba membunuhnya.
Kisah abadi dan legendaris tentang
cinta, pengampunan dan perdamaian serta persaudaraan sejati. Pada adegan
kehidupan itulah sebuah agama menjadi indah dan suci. Pada akhirnya nama Tuhan
juga yang dimuliakan penuh cinta, bukan penuh ketakutan.
(Daniel Boli Kotan; dari berbagai
sumber)
b. Pendalaman
Peserta
didik berdiskusi dalam kelompok dengan panduan pertanyaan berikut ini.
1) Apa yang dikisahkan dalam cerita
di atas ?
2) Mengapa Paus Yohanes mengampuni
Mehmet Ali Agca?
3) Bagaimana hidup Mehmet Ali Agca selanjutnya?
4) Apa pesan utama dari cerita ini?
5) Mengapa jawaban kalian (pada nomor
4) demikian?
c. Melaporkan
hasil diskusi
Peserta
didik melaporkan hasil diskusi kelompok dan peserta lainnya dapat menanggapi
atau mengkritisinya.
d. Penjelasan
Guru
memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban hasil diskusi peserta
didik, misalnya:
1) Kisah
tentang Paus Yohanes Paulus II dan Mehmet Ali Agca merupakan kisah tentang
cinta, pengampunan dan perdamaian dan persaudaraan sejati. Pada adegan
kehidupan itulah sebuah agama menjadi indah dan suci.
2) Paus
Yohanes Paulus II memiliki kepedulian besar akan Gereja dan dunia, bahkan
menapaki derita serta pergulatan umat manusia. Bahkan dia sendiri ikut menapaki
penderitaan tersebut, tertembak pada 13 Mei 1981 oleh Mehmet Ali Agca. Paus
Yohanes Paulus II tetap mengajak kita semua menapaki jalan kehidupan, yang
ditandai dengan berbagai kesulitan dan tantangan, tanpa kehilangan sukacita,
sebab kita tahu dan sadar bahwa kita tidak berjalan sendirian.
3) Kebersamaan
serta kesatuan sebagai umat manusia, di tengah perbedaan yang ada, merupakan
sesuatu yang melekat dalam kenyataan penciptaan. Hal tersebut diperlihatkan
pula dalam berbagai kunjungan yang dilakukannya. Kunjungan tersebut
memperlihatkan penghargaan akan umat manusia, menyapa siapa saja yang dijumpai
dan meneguhkan kebersamaan umat manusia di dunia ini. Yohanes Paulus II, adalah
Paus yang tidak saja menyingkapkan wajah Gereja sebagai Gereja dunia. Dia
memperlihatkan pula bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang berada di tengah dunia,
menjadi tanda serta sarana keselamatan Allah bagi dunia.
4) Yohanes
Paulus II dikenal sebagai Paus dialog agama dan perdamaian. Dia mengulangi apa
yang dikatakan Paus Paulus VI dalam ensiklik pertamanya, Ecclesiam Suam, bahwa
dialog adalah jalan yang ditempuh Gereja. Yohanes Paulus II menggambarkan
dirinya sebagai Paus dialog, bahkan menyebutkan bahwa dialog agama merupakan
prioritas penting dalam masa kepausannya.
5) Perdamaian
dunia tidak akan mungkin tanpa adanya dialog, bahkan perdamaian, antar umat
beragama. Maka dia tanpa henti memperjuangkan perdamaian di Yerusalem, yang
baginya merupakan ibu kota tiga agama samawi: Yahudi, Kristiani dan Islam.
Perdamaian dan dialog sejati di Yerusalem menurutnya akan memicu perdamaian
bagi dunia.
6) Kita
tidak melupakan pula inisiatif Paus Yohanes Paulus II akan doa perdamaian dunia
di Assisi. Umat beriman adalah pembawa pesan dan pelaku perdamaian, sebab
mereka adalah para pendamba perdamaian dan beriman kepada Allah perdamaian.
Maka umat beriman perlu lebih memperhatikan sesama, saling bekerjasama dan
berbagi satu sama lain dalam saling menghormati satu sama lain.
7) Perdamaian
jangan sekadar menjadi proses kompromi dan negoisasi kepentingan politik dan
ekonomi, sebab upaya pewujud perdamaian bergantung terutama dalam langkah
pencarian diri manusia akan Allah, yang menuntun dan mengenali hati manusia.
Maka doa bagi perdamaian merupakan sesuatu yang amat mendasar, pun kerja sama
antarumat beriman bagi perdamaian semakin dibutuhkan dewasa ini.
8) Perdamaian
adalah sesuatu yang sangat rapuh. Demikian dikatakan Paus di Assisi pada tahun
1986. Perdamaian senantiasa terancam oleh berbagai upaya untuk meruntuhkannya.
Oleh karena itu perdamaian perlu dibangun di atas landasan yang kokoh. Tanpa
itu, bangunan perdamaian akan mudah digoncangkan. Maka Paus mengingatkan bahwa
perdamaian yang kokoh dan lestari tidak bisa hanya dilandaskan pada segala
upaya manusia.
9) Untuk
itu dibutuhkan doa yang mendalam, rendah hati dan penuh kepercayaan. Doa bagi
perdamaian dunia adalah salah satu upaya penting demi kepentingan tegaknya
perdamaian dunia. Malahan dikatakan bahwa di hari-hari terakhir hidupnya
terungkap pernyataannya, “Betapa lama, bahkan sejak aku mulai menghirupkan
napas, aku tanpa henti mendambakan perdamaian”.
10) Ketika
berkunjung ke Indonesia, saat bertemu dengan para pemuka agama tanggal 10
Oktober 1989, Yohanes Paulus II mengatakan bahwa salah satu tantangan dasar
yang dihadapi masyarakat modern Indonesia adalah bagaimana membangun masyarakat
harmonis dari berbagai unsur berbeda, yang merupakan sumber janji dan masa
depan kebesaran bangsa ini.
11) Umat
Katolik Indonesia termotivasi untuk menyumbangkan diri bagi upaya membangun
masyarakat harmonis dari berbagai unsur berbeda dalam visi harmoni universal,
yang berakar pada iman kristiani pula. Dengan iman kita akan Allah yang Esa,
kita yang mengimani Kristus terinspirasikan untuk bekerja bagi kemajuan
perdamaian serta harmoni antar umat manusia. Dialog dan kerja sama yang saling
menghargai seperti itu dapat memainkan peran besar dalam membangun masyarakat
yang damai dan bersatu.
Langkah kedua: menggali ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja
tentang perdamaian dan persatuan
1.
Ajaran
Kitab Suci
a. Membaca
dan Menyimak Teks Kitab Suci
Peserta
didik membaca dan menyimak Injil Matius 5:9, 21 – 25
9Berbahagialah orang yang membawa
damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
21Kamu telah mendengar yang
difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh
harus dihukum.
22Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada
saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata:
Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
23Sebab itu, jika engkau mempersembahkan
persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam
hati saudaramu terhadap engkau,
24tinggalkanlah persembahanmu di
depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali
untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
25Segeralah berdamai dengan lawanmu
selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu
jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada
pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
b. Pendalaman
Peserta
didik diajak berdiskusi dengan panduan pertanyaan berikut.
1)
Apa
yang dikisahkan dalam Injil Matius 5:9, 21–25?
2)
Apa
pesan perdamaian yang diwartakan dalam teks Injil itu?
3)
Apa
upayamu untuk mewujudkan ajaran Yesus tentang perdamaian dalam hidupmu
sehari-hari?
c. Penjelasan
Guru
memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban peserta didik dalam
diskusi, misalnya:
1)
Yesus
Kristus, adalah tokoh sempurna dalam perdamaian. Demi untuk perdamaian, dan
persatuan hidup manusia, Yesus melalui jalan sengsara, wafat dan
kebangkitan-Nya, mendamaikan dunia dengan Allah. Yesus bersabda, ”Berbahagialah
orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius
5:9).
2)
Pendamaian
adalah sebagai wujud dari kasih Allah kepada manusia. Allah selalu berinisitaif
bagi pendamaian. Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia, yaitu
kasih Bapa kepada anak-Nya. Paulus menandaskan bahwa “Allah menunjukkan
kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita
masih berdosa” (Rm.5:8).
3)
Gagasan
dasar pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak yang sekarang telah didamaikan.
Jalan pendamaian senantiasa bersifat menyingkirkan penyebab timbulnya
permusuhan. Kasih Allah tidak berubah kepada manusia, kendati apa pun yang
diperbuat manusia. Pekerjaan Kristus yang mendamaikan berakar dalam kasih Allah
yang begitu besar kepada manusia.
4)
Dalam
Perjanjian Baru sendiri, Allah-lah yang memprakarsi adanya perdamaian antara
Dia dan manusia, yang merupakan wujud kasih-Nya. Perdamaian yang di dalamnya
kasih, kasih yang telah dinyatakan Allah kepada manusia menuntut agar manusia
juga saling mengasihi terhadap sesamanya.
2.
Ajaran
Gereja tentang perdamaian dan persatuan
a.
Membaca dan menyimak Ajaran Gereja
Peserta
didik membaca ajaran Gereja Katolik tentang pentingnya perdamaian dan persatuan
dalam hidup manusia dalam Gaudium et Spes 78.
“Damai tidak melulu berarti tidak
ada perang, tidak pula dapat diartikan sekadar menjaga keseimbangan saja
kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Damai juga tidak terwujud akibat kekuasaan
diktatorial. Melainkan dengan tepat dan cermat disebut “hasil karya keadilan”
(Yes. 32:17). Damai merupakan buah hasil tata tertib, yang oleh Sang Pencipta
ilahi ditanamkan dalam masyarakat manusia, dan harus diwujudkan secara nyata
oleh mereka yang haus akan keadilan yang makin sempurna. Sebab kesejahteraan
umum bangsa manusia dalam kenyataan yang paling mendasar berada di bawah hukum
yang kekal. Tetapi mengenai tuntutannya yang konkrit perdamaian tergantung dari
perubahan-perubahan yang silih berganti di sepanjang masa. Maka tidak pernah
tercapai sekali untuk seterusnya, melainkan harus terus menerus dibangun.
Kecuali itu, karena kehendak manusia mudah goncang, terlukai oleh dosa, usaha
menciptakan perdamaian menuntut, supaya setiap orang tiada hentinya
mengendalikan nafsu-nafsunya, dan memerlukan kewaspadaan pihak penguasa yang
berwenang.
Akan tetapi itu tidak cukup.
Perdamaian itu di dunia tidak dapat di capai, kalau kesejahteraan
pribadi-pribadi tidak di jamin, atau orang-orang tidak penuh kepercayaan dan
dengan rela hati saling berbagi kekayaan jiwa maupun daya cipta mereka.
Kehendak yang kuat untuk menghormati sesama dan bangsa-bangsa lain serta
martabat mereka begitu pula kesungguhan menghayati persaudaraan secara nyata
mutlak untuk mewujudkan perdamaian. Demikianlah perdamaian merupakan buah cinta
kasih juga, yang masih melampaui apa yang dapat di capai melalui keadilan.
Damai di dunia ini, lahir dari
cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan buah damai Kristus, yang
berasal dari Allah Bapa. Sebab Putera sendiri yang menjelma, Pangeran damai,
melalui salib-Nya telah mendamaikan semua orang dengan Allah. Sambil
mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu Tubuh, Ia telah
membunuh kebencian dalam Daging-Nya sendiri, dan sesudah dimuliakan dalam
kebangkitan-Nya Ia telah mencurahkan Roh cinta kasih ke dalam hati orang-orang.
Oleh karena itu segenap umat
kristiani dipanggil. Dengan mendesak, supaya “sambil melaksanakan kebenaran
dalam cinta kasih” (Ef. 4:15), menggabungkan diri dengan mereka yang sungguh
cinta damai, untuk memohon dan mewujudkan perdamaian.
Digerakkan oleh semangat itu juga,
kami merasa wajib memuji mereka, yang dapat memperjuangkan hak-hak manusia
menolak untuk menggunakan kekerasan, dan menempuh upaya-upaya pembelaan, yang
tersedia pula bagi mereka yang tergolong lemah, asal itu dapat terlaksana tanpa
melanggar hak-hak serta kewajiban-kewajiban sesama maupun masyarakat.
Karena manusia itu pendosa, maka
selalu terancam, dan hingga kedatangan Kristus tetap akan terancam bahaya
perang. Tetapi sejauh orang-orang terhimpun oleh cinta kasih mengalahkan dosa,
juga tindakan-tindakan kekerasan akan diatasi, hingga terpenuhilah Sabda:
“Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak, dan tombak-tombak
mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang
terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (Yes. 2:4). GS 78.
b.
Pendalaman
Peserta
didik berdiskusi unutk mendalami GS 78 dengan pertanyaan-pertanyaan berikut
ini.
1) Apa
pesan dari Ajaran Gereja Katolik yang termuat dalam Gaudium et Spes artikel 78?
2) Apa
upaya kita untuk mewujudkan perdamaian dan persatuan sesuai ajaran Gereja?
3) Apa
pendapatmu terhadap peran Gereja Katolik di Indonesia dalam rangka menciptakan
perdamaian dan kesatuan bangsa?
c.
Melaporkan hasil diskusi
Peserta
didik melaporkan hasil diskusi kelompok dan peserta lainnya dapat menanggapi
atau mengkritisinya.
d.
Penjelasan
Guru
memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban peserta didik dalam
diskusi kelompok, misalnya:
1) Kita
perlu memberikan pertanggungjawaban iman Katolik di tengah-tengah kehidupan
yang konkret. Pertanggungjawaban iman itu di mana saja kita berada, entah di
sekolah sebagai pelajar, di masyarakat sebagai anggota masyarakat. Dengan kata
lain, pertanggungjawaban iman dalam konteks kehidupan yang nyata dengan segala
persoalan yang ada. Misalnya kita ikut ambil bagian secara aktif dalam
membangun kehidupan yang damai sejahtera serta bersatu sebagai anak-anak Allah
dalam memperjuangkan nilai-nilai kehidupan yang diangerahkan Allah semua
manusia serta alam lingkungan.
2) Dasar
pertanggungjawabannya adalah iman akan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan
semua orang, tanpa pandang bulu agama, suku, ras, ideologi, kebudayaan dan
latar belakang apa pun. St. Paulus berkata, ”kasih karunia Allah yang
menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (Titus 2:11). Allah menyelamatkan
semua orang dan semua manusia, maka Gereja Katolik harus sungguh menjadi
sakramen keselamatan dengan perkataan dan perbuatan, melalui pergulatan dan
usaha pembebasan manusia, pembebasan sepenuhnya dan seutuhnya bagi semua orang,
terutama mereka yang miskin dan terlantar.
3) ”Damai
di dunia ini, yang lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan
buah damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa” (GS 78). Dasarnya adalah
peristiwa salib. Yesus Kristus, Putera Allah, telah mendampaikan semua orang
dengan Allah melalui salibNya. Karenanya, semangat perdamaian dalam ajaran
Gereja Katolik tidak pernah bisa dilepaskan dari peristiwa salib Kristus. Umat
Kristiani dipanggil dan diutus untuk memohon dan mewujudkan perdamaian di
dunia.
4) Salah
satu poin penting dalam ensiklik Fratelli Tutti, Paus Fransiskus, bahwa
perdamaian adalah “seni” yang melibatkan dan menghargai setiap orang dan di
mana setiap orang harus melakukan bagiannya. Ensiklik yang diumumkan tanggal 3
Oktober 2020 di Asisi itu juga menegaskan bahwa pembangunan perdamaian adalah
“upaya terbuka, tugas yang tidak pernah berakhir” dan oleh karena itu penting
untuk menempatkan pribadi manusia, martabatnya, dan kebaikan bersama sebagai
pusat dari semua aktivitas.
Langkah ketiga: menghayati makna perdamaian dan persatuan
1.
Refleksi
Peserta
didik menuliskan sebuah refleksi tentang bagaimana upaya konkretnya sebagai
umat Katolik untuk sekaligus sebagai seorang warga negara Indonesia ikut serta
mengupayakan kehidupan yang damai dan penuh persatuan dalam kehidupan
sehari-hari.
2.
Aksi
a.
Peserta
didik menuliskan sebuah doa untuk perdamaian dan persatuan bangsa Indonesia,
dan mendoakannya dalam doa-doa pribadi atau dalam doa bersama di keluarga dan
di lingkungan rohaninya.
b.
Peserta
didik dapat membuat video pendek dalam menjaga perdamaian dan persatuan bangsa
Indonesia.
Doa Penutup
Dalam
nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.
Ya
Bapa, yang Maha Esa, Bangsa kami telah Kau pilih untuk mendiami tanah air
ciptaan-Mu yang kaya raya dalam ragam suku, agama, dan budayanya. Kami mohon
berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Satu padukanlah kami dalam
kebersamaan untuk saling menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Panggil dan
tuntunlah kami untuk tekun membangun tanah air kami demi kemakmuran dan
kesejahteraan seluruh bangsa. Bantulah kami mewujudkan tanah air yang adil, makmur,
aman, damai dan sejahtera, sehingga tanah air yang kami diami di dunia ini
selalu mengigatkan kami akan tanah air surgawi, tempat kami akan berbahagia
abadi bersama Dikau. Semua ini kami unjukkan kepada-Mu dengan pengantaraan
Kristus, Tuhan kami. Amin.
Dalam
nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.
Rangkuman
1. Dalam
kehidupan menggereja, kaum awam merupakan bagian terbesar.
2. Yesus
Kristus, adalah tokoh sempurna dalam perdamaian. Demi untuk perdamaian, dan
persatuan hidup manusia, Yesus melalui jalan sengsara, wafat dan
kebangkitan-Nya, memperdamaikan dunia dengan Allah. Yesus bersabda,
”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak
Allah” (Matius 5:9).
3. Pendamaian
adalah sebagai wujud dari kasih Allah kepada manusia. Allah selalu berinisitaif
bagi pendamaian. Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia, yaitu
kasih Bapa kepada anak-Nya. Paulus menandaskan bahwa “Allah menunjukkan
kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita
masih berdosa” (Rm. 5:8).
4. Gagasan
dasar pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak yang sekarang telah didamaikan.
Jalan pendamaian senantiasa bersifat menyingkirkan penyebab timbulnya
permusuhan. Kasih Allah tidak berubah kepada manusia, kendati apa pun yang
diperbuat manusia. Pekerjaan Kristus yang mendamaikan berakar dalam kasih Allah
yang begitu besar kepada manusia.
5. Dalam
Perjanjian Baru sendiri, Allah-lah yang memprakarsi adanya perdamaian antara
Dia dan manusia, yang merupakan wujud kasih-Nya. Perdamaian yang di dalamnya
kasih, kasih yang telah dinyatakan Allah kepada manusia menuntut agar manusia
juga saling mengasihi terhadap sesamanya.
6. Kita
perlu mewujudkan iman Katolik di tengah kehidupan yang konkret.
Pertanggungjawaban iman itu di mana saja kita berada, entah di sekolah sebagai
pelajar, di masyarakat sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain,
pertanggungjawaban iman dalam konteks kehidupan yang nyata dengan segala
persoalan yang ada. Misalnya kita ikut ambil bagian secara aktif dalam
membangun kehidupan yang damai sejahtera serta bersatu sebagai anak-anak Allah
dalam memperjuangkan nilai-nilai kehidupan yang diangerahkan Allah semua
manusia serta alam lingkungan.
7. Salah
satu poin penting dalam ensiklik Fratelli Tutti, Paus Fransiskus, bahwa
perdamaian adalah “seni” yang melibatkan dan menghargai setiap orang dan di
mana setiap orang harus melakukan bagiannya. Ensiklik yang diumumkan tanggal 3
Oktober 2020 di Asisi itu juga menegaskan bahwa pembangunan perdamaian adalah
“upaya terbuka, tugas yang tidak pernah berakhir” dan oleh karena itu penting
untuk menempatkan pribadi manusia, martabatnya, dan kebaikan bersama sebagai
pusat dari semua aktivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar