DIALOG DAN KERJA SAMA ANTARUMAT
BERAGAMA DAN BERKEPERCAYAAN
Doa Pembuka
Dalam
nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.
Ya
Allah, pencipta alam semesta, Engkau telah mengumpulkan umat-Mu hari ini dalam
kekuatan Roh Kudus untuk mendengar sabda dalam pertemuan pembelajaran kami.
Tuhan melalui berbagai cara, Engkau hadir menyapa dan mengetuk hati kami untuk
bersujud dan berbakti kepada-Mu. Karya keselamatan-Mu yang selalu hadir ya
Tuhan membuat kami untuk merindukan keselamatan yang bersumber dari pada-Mu.
Pada
kesempatan ini, kami bersyukur atas agama-agama di negara kami yang dapat
menuntun para penganutnya sampai kepada-Mu, melalui ajaran iman yang benar
untuk sampai kepada-Mu.
Di
negara kami, ada begitu banyak tokoh agama. Semoga mereka menjadi panutan dalam
berbakti kepada-Mu dan dalam mengasihi sesama manusia.
Kami
mohon, ya Bapa, semoga Engkau berkenan mengembangkan semangat kerukunan
antarumat beragama. Jauhkanlah dari kami sikap merendahkan penganut agama lain.
Semoga semua orang sungguh menghayati dan mengamalkan ajaran imannya, dan hidup
dengan bertakwa.
Bantulah
para pemuka agama agar tekun meneladani dan mengajak umatnya untuk menghormati,
mengasihi, menghargai penganut agama lain, dan saling mengakui adanya perbedaan
antaragama.
Dalam
nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.
Langkah Pertama: Mendalami Kasus-Kasus Intoleransi
1. Apersepsi
Guru
mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengajak peserta didik berdialog dan
mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang hidup
bersama dalam keberagaman. Guru menanyakan, misalnya adakah kesulitan atau
hambatan dalam melakukan penugasan terkait rencana aksi dari subpokok bahasan
terakhir tentang mengupayakan perdamaian dan persatuan bangsa
Selanjutnya
guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang dialog dan kerja
sama antarumat beragama. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat
memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya: Apakah dialog
itu? apa makna dialog dan kerja sama antarumat beragama dan berkepercayaan.
Pada bagian pertama ini kita akan belajar tentang makna dialog dan kerja sama
antarumat beragama dan berkepercayaan.
Nah,
mari kita memulai pembelajaran dengan mengamati kasus-kasus intoleransi dan
toleransi dalam masyarakat kita.
2. Mengamati
Kasus Intoleransi
a. Mengamati
kasus
Guru
mengajak peserta didik untuk menelusuri beberapa kasus intoleransi antarumat
beragama di Indonesia. Peserta didik diminta untuk mendata kasus-kasus
tersebut. Kasus-kasus tersebut dapat ditelusuri melalui pengalaman pribadi,
berita media massa baik cetak maupun elektronik atau digital. Bila sarana
internet memungkinkan, peserta didik dapat mengunduh berita di internet yang
tersedia.
b. Pendalaman
Setelah
mengumpulkan kasus-kasus intolerasi di Indonesia peserta didik dalam kelompok
berdiskusi untuk mendalami kasus-kasus yang ditemukan dengan panduan pertanyaan
berikut ini:
1) Apa
penyebab terjadinya intoleransi antarumat beragama?
2) Apa
akibat terjadinya intoleransi antarumat beragama?
3) Apa
tindakan atau sikap yang sebaiknya dilakukan oleh masyarakat yang hidup di tengah
masyarakat yang heterogen di Indonesia?
4) Bagaimana
sikap kalian sendiri sebagai orang Katolik bila mengalami kasus- kasus
intoleransi seperti itu?
5) Mengapa
kalian bersikap seperti itu? (lihat nomor 4).
c. Melaporkan
hasil diskusi
Guru
meminta peserta didik untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya masing-
masing, kemudian ditanggapi oleh kelompok lain, baik dalam bentuk pertanyaan
informatif atau pernyataan kritis atas laporan hasil diskusi kelompok.
d. Penjelasan
Guru
memberikan penjelasan sebagai peneguhan setelah mendengar laporan kelompok
diskusi, misalnya:
Intoleransi yang sering terjadi di
masyarakat adalah pelarangan umat agama lain untuk beribadat, melarang
pendirian rumah ibadat di daerah-daerah tertentu di Indonesia, karena
menganggap agama lain itu kafir, atau latar belakang daerah yang diklaim hanya
milik agama tertentu saja. Kasus intoleransi sering terjadi juga karena ada
kelompok orang yang mempolitisir agama dalam gerakan politik sektariannya.
Tujuannya jelas hanya untuk meraup suara dukungan politik, mereka memainkan isu
agama sehingga merusak kehidupan bersama masyarakat yang pluralistik. Kasus
intoleransi yang melukai kebhinekaan kita sebagai bangsa Indonesia sejauh ini
terjadi di beberapa tempat tertentu di Indonesia, namun bila dibanding hidup
saling bertoleransi, saling bergotong-royong sebagai sesama anak bangsa
Indonesia masih dilaksanakan di banyak tempat di bumi pertiwi Indonesia.
3. Toleransi
Hidup Antaraumat Beragama dan Berkepercayaan
a. Mengamati
toleransi antarumat beragama dan berkepercayaan di Indonesia
Peserta
didik membaca dan menyimak cerita berikut ini.
Indahnya
Kebersamaan
Sejumlah Tarekat dan Keuskupan
Mengutus Anggotanya Belajar Islam
Upaya
membangun dialog, kerja sama, dan memupuk persaudaraan antarsesama anak
Abraham. Masa Ramadhan selalu mengingatkan Romo Philipus Tule SVD pada masa
kecilnya di dusun Maundai, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Hampir saban sore, bapaknya, Wilhelmus Beke, mengajak bungsu dari enam
bersaudara itu bertandang ke rumah saudara mereka, Haji Ibrahim Embu Sawo dan
Haji Abdul Hamid Nura. Lulusan Lincentiat Islamologi di Pontifical Institute
for Arabic and Islamic Studies (PISAI) Roma, Italia, memanggil kerabatnya itu
kakek.
Bapak-anak
itu datang tidak dengan tangan kosong. Mereka membawa beberapa butir kelapa
muda, singkong, dan ubi untuk kerabat yang sedang berpuasa. Begitu waktu
berbuka tiba, keluarga mereka menyuguhkan ketupat dan ikan dalam dua rupa,
yakni berkuah santan kental dan asam.
Ketika
Idul Fitri tiba, dosen Islamologi di STF Ledalero menyaksikan keluarganya yang
Muslim berziarah ke makam sambil membawa sesajen (tii ka pati ae) untuk para
leluhur. Di Maundai, jamak ditemui makam untuk umat Islam dan Katolik dibangun
berdampingan, tanpa sekat, atau pembatas sedikit pun. Begitu mereka kembali ke
rumah, Romo Philipus beserta orang tua dan saudara datang serta memberikan
selamat Lebaran untuk keluarganya.
Hidup Berdampingan
Adat
dan tradisi seperti itu tak hanya terjadi di Maundai, tulis Doktor Antropologi
jebolan Australian National University Canbera, Australia, dalam surat
elektroniknya. Di berbagai pelosok Flores dan Nusa Tenggara, ritual ini juga
ada. “Umat Muslim dan beragama lain di sini hidup membaur dan berdampingan,”
ujar mantan Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero dan Wakil Provinsial SVD
Ende.
Relasi
Romo Philipus dengan Muslim semakin luas sejak studi Islamologi di PISAI serta
kursus bahasa Arab di Institute Oriental Kairo, Mesir. Di sana, ia juga membuat
penelitian, serta berguru kepada imam Dominikan asal Suriah serta Islamolog
terkenal Profesor George Anawati OP (1905-1994).
Bila
Romo Philipus bersinggungan dengan Islam sejak bocah, Romo Bertolomeus Bolong
OCD baru mengetahui setitik ajaran Islam kala berada di seminari tinggi.
Kebetulan ada mata kuliah Islamologi. Ia mengaku memahami tentang Islam saat
mengambil program doktor kajian Islam di Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. “Tak hanya ajarannya, tapi juga interaksi dengan
penganutnya,” beber Sekretaris Umum dan salah satu pendiri Asosiasi Sarjana
Kristiani Kajian Islam Indonesia (ASAKKIA).
Meski
paling beda di antara para civitas akademika, Rektor Seminari Tinggi Biara
Karmel OCD San Juang Kupang ini mengaku nyaman di sana. Kata Romo Berto, unsur
penting dalam membangun relasi persaudaraan dalam perbedaan adalah saling
terbuka dan percaya, menghargai perbedaan, memahami sambil menyadari
keterbatasan pengetahuan pribadi tentang ajaran iman orang lain.
Begitu
lulus 2009, otorita UIN Sunan Kalijaga menawarkan Romo Berto menjadi dosen.
Tapi karena tarekat membutuhkan tenaga dan ilmunya, ia kembali ke Flores.
“Semula saya terima, karena ingin menjalin hubungan lebih akrab dengan saudara
Muslim sebagai implementasi ilmu yang saya peroleh,” ujar imam asal Warukia,
Riung, Flores, NTT.
Pinangan
almamaternya baru bisa ia penuhi setahun kemudian. Romo Berto menjadi dosen
tamu di sana hingga 2016. Sebab, pada tahun yang sama, ia didapuk menjadi
Rektor Universitas San Pedro Kupang. Selama di Yogyakarta, Romo Berto juga
membentuk empat paguyuban lintas iman di Berbah, Baciro, Gamping, dan Ganjuran.
Misi
paguyuban itu tak hanya memberdayakan iman, tapi juga ekonomi para anggotanya,
lewat modal usaha. Hingga kini paguyuban itu masih eksis. Tiap bulan, kata
mantan anggota Dewan Komisariat OCD Indonesia ini, anggota paguyuban itu
bertemu, berkumpul, berdoa, dan berusaha bersama-bersama.
Yanuari Marwanto
Sumber: majalah.hidupkatolik.com
(2017)
Catatan:
Jika ada sarana internet yang
memungkinkan, guru dapat membuka video untuk menyaksikan semangat toleransi di
Ende-Flores. Youtube Channel, Athanua Media. Kata Kunci Pencarian: Menengok
Kehidupan Umat Beragama di Ndona-Ende Flores-NTT
b. Pendalaman
Setelah
menyimak artikel berita, peserta didik berdiskusi dalam kelompok tentang
toleransi hidup beragama di Indonesia dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1) Apa
yang diceritakan pada artikel ini?
2) Berdasarkan
cerita, bagaimana caranya untuk hidup saling berdampingan ?
3) Apakah
ada pengalaman kalian sendiri dalam hidup berdampingan dengan tetangga yang
beragama lain?
4) Jelaskan
pendapatmu tentang indahnya tolerasi dalam hidup bersama di dalam masyarakat
yang majemuk!
c. Melaporkan
hasil diskusi
Peserta
didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya masing-masing, dan peserta lain
dapat menanggapinya.
d. Penjelasan
Guru
memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban peserta didik, misalnya:
Sampai saat sekarang hubungan,
relasi umat Katolik (keluarga P. Philpus Tule, SVD) dengan umat beragama lain
(Islam) terjalin erat menjadi sebuah keluarga yang hidup damai dan saling
memperhatikan.
Pada masa puasa ramadhan,
bapak-anak (Pater Philipus dan bapaknya) datang membawa buah tangan beberapa
butir kelapa muda, singkong, dan ubi untuk kerabat yang sedang berpuasa. Saat
buka puasa, mereka makan bersama penuh persaudaraan. Sampai sekarang hubungan,
relasi mereka yang beda agama namun masih ada ikatan keluarga ini hidup damai
dan selalu saling memperhatikan.
Kisah lain, tentang Pater
Bertolomeus OCD. Ia baru mengetahui sedikit ajaran Islam waktu sekolah di
seminari tinggi. Kebetulan ada mata kuliah Islamologi, katanya. Ia mengaku
memahami tentang Islam saat mengambil program doktor kajian Islam di
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Menurut Pater Bertolomeus,
tak hanya ajarannya, tapi juga interaksi dengan penganutnya. Pater Bertolomeus
juga sebagai sekretaris umum dan salah satu pendiri Asosiasi Sarjana Kristiani
Kajian Islam Indonesia (ASAKKIA).
Misi paguyuban atau perkumpulan
itu tak hanya memberdayakan iman, tapi juga ekonomi para anggotanya, lewat
modal usaha. Hingga kini paguyuban itu masih eksis. Setiap bulan, anggota
paguyuban itu bertemu, berkumpul, berdoa, dan berusaha bersama-bersama.
Langkah Kedua: Mendalami Ajaran Gereja Tentang Dialog Antarumat
Beragama Dan Berkepercayaan
Ajaran
Gereja Katolik tentang dialog antarumat beragama dan berkepercayaan
a. Guru
mengajak peserta didik untuk menyimak ajaran Gereja berikut ini.
“Gereja Katolik tidak menolak
apapun yang benar dan suci di dalam agama- agama ini. Dengan sikap hormat yang
tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta
ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan
diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang
menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib
mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh. 14:6); dalam Dia
manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan
segala sesuatu dengan diri-Nya. Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya
dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para
penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta
perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan
rohani dan moral serta nilai- nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka.”
(Nostra Aetate artikel 2).
b. Pendalaman
Guru
mengajak peserta didik untuk berdiskusi dalam kelompok dengan panduan
pertanyaan-pertanyaan, misalnya:
1) Apa
poin-poin penting isi ajaran Gereja tentang dialog antarumat beragama dari
Nostra Aetate artikel 2?
2) Apa
bentuk-bentuk dialog yang perlu dikembangkan dalam hidup bersama dengan
agama-agama dan kepercayaan lain di Indonesia?
3) Sikap
apa yang perlu dimiliki dalam membangun dialog?
c. Melaporkan
Hasil diskusi
Peserta
didik melaporkan hasil diskusi kelompok masing-masing, dan kelompok lain
diminta untuk menanggapi atau bertanya untuk memperdalam hasil diskusi
kelompok.
d. Penjelasan
Guru
memberikan penjelasan, setelah mendengarkan hasil diskusi kelompok, seperti
berikut ini.
1) Sikap
Gereja
•
Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam
agama-agama lain.
•
Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara
bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam
banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi
tidak jarang memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang”.
•
Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan
Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh. 14:6);
2) Bentuk-bentuk
dialog
a) Dialog
Kehidupan
Kita
hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu lingkungan atau daerah.
Dalam hidup bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa, bergaul, dan
saling mendukung serta saling membantu satu sama lain. Hal itu dilakukan bukan
saja demi tuntutan sopan santun dan etika pergaulan, tetapi juga tuntutan iman
kita. Dengan demikian terjadilah dialog kehidupan.
b) Dialog
Karya
Dalam
hidup bersama dengan umat beragama lain, kita sering diajak dan didorong untuk
bekerja sama demi kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan
luhur. Kita bekerja sama dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, kegiatan sosial
karitatif, kegiatan rekreatif, dan sebagainya. Dalam kegiatan-kegiatan seperti
itu, kita dapat lebih saling mengenal dan menghargai kekayaan iman
masing-masing.
c) Dialog
Iman
Dalam
hal hidup beriman, kita dapat saling memperkaya, walaupun kita berbeda agama.
Ada banyak ajaran iman yang sama, ada banyak visi dan misi agama kita yang
sama. Lebih dari itu semua, kita mempunyai perjuangan yang sama dalam
menghayati ajaran iman kita. Dalam hal ini, kita dapat saling belajar, saling
meneguhkan, dan saling memperkaya.
Dari
pihak kita, umat Katolik, dapat memberikan kesaksian iman kita tentang
bagaimana kita menghayati nilai-nilai Injili seperti: cinta kasih, solidaritas,
pengampunan, pemaafan, kebenaran, kejujuran, keadilan, perdamaian, dan
sebagainya.
Langkah Ketiga: Menghayati Dialog Antarumat Beragama Dan
Berkepercayaan Dalam Hidup Sehari-Hari
1. Refleksi
Peserta
didik menuliskan sebuah refleksi tentang pentingnya melakukan dialog antarumat
beragama dan berkepercayaan lain dalam hidup sehari-hari, agar terciptanya
damai dan sejahtera. Refleksi dapat dibuat dalam bentuk doa atau puisi.
2. Aksi
a. Peserta
didik membuat rencana aksi nyata dalam membangun dialog kehidupan dan dialog
karya dalam hidup sehari-hari.
Jika
situasi sekolah memungkinkan peserta didik di kelas dapat dibagi dalam beberapa
kelompok, lalu mereka diminta untuk mewawancarai tokoh agama Islam, Katolik,
Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, terkait pandangan mereka terhadap dialog
antarumat beragama. Hasil wawancara dilaporkan.
b. Peserta
didik mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan doa untuk kerukunan antarumat
beragama.
c. Peserta
didik menempelkan hasil refleksinya di majalah dinding, atau mengunggah, hasil
refleksinya di media digital sekolah atau media sosial pribadinya sebagai
ajakan hidup rukun dan damai tanpa sekat suku dan agama.
Doa Penutup
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Ya Allah, pencipta alam semesta,
hanya kepada-Mulah segala ciptaan bersembah sujud dan berbakti. Engkau mengenal
setiap hati, dan melalui berbagai cara Engkau mewahyukan diri kepada mereka.
Kami bersyukur kepada-Mu atas begitu banyak orang yang dengan tulus mencari
keselamatan. Kami bersyukur pula atas agama-agama yang dapat menuntun para
penganutnya sampai kepada-Mu, sebab hanya Engkaulah satu-satunya sumber
keselamatan. Engkaulah tujuan hidup manusia. Kami bersyukur atas begitu banyak
tokoh agama yang menjadi panutan dalam berbakti kepada-Mu dan dalam mengasihi
sesama manusia. Kami mohon, ya Bapa, semoga Engkau berkenan mengembangkan
semangat kerukunan antar umat beragama.
Jauhkanlah dari kami sikap
merendahkan penganut agama lain. Semoga semua orang sungguh menghayati dan
mengamalkan ajaran imannya, dan hidup dengan bertakwa. Bantulah para pemuka agama
agar tekun meneladani dan mengajak umatnya untuk menghormati, mengasihi,
menghargai penganut agama lain, dan saling mengakui adanya perbedaan antar
agama. Kami mendoakan pula orang-orang yang tidak masuk dalam agama manapun,
tetapi sungguh percaya akan Dikau, Allah yang Esa. Hanya Engkau sendirilah yang
mengenal iman mereka. Terangilah mereka ini, dan bimbinglah agar sampai pada
jalan keselamatan. Ini semua kami mohon kepada-Mu dengan pengantaraan Tuhan
kami, Yesus Kristus. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
(PS. Nomor 199)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar